Hj.Septa Arfina S.Pd

Nama : Hj.Septa Arfina SP.d Pekerjaan : Guru Sekolah : SMPN 3 Karawang Barat Motto : Teruslah berkarya Alamat : Jalan Gunung Tampomas No 2...

Selengkapnya
Navigasi Web
Istri Pilihan Ayah

Istri Pilihan Ayah

Oleh : Hj. Septa Arfina, S.Pd

Hujan belum juga berhenti. Udara dingin terasa menusuk kulit. Ditambah lagi angin yang berhembus kencang membuat Riri gemetar, menggigil kedinginan. Ia terpaksa menyusuri kampung ini. Riri ingin tahu siapa wanita yang ingin dinikahi Ayah. Ia tak habis pikir dengan keinginan Ayahnya yang tiba-tiba ingin menikah di usianya yang sudah tua. “Apa kurang kasih sayangku, hingga ayah bersikeras ingin menikah lagi?” Gerutu Riri.

Semalam ayah mengutarakan niatnya pada Riri bahwa ayah akan menikah lagi. Sejak Ibu meninggal, ayah tidak pernah menunjukkan tanda-tanda ingin menikah lagi. Namun hari ini, tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba ayah mengutarakan niatnya yang ingin menikah lagi dengan seorang janda dari kampung sebelah. Riri benar-benar tak percaya. Ia bertanya dalam hati seperti apa wanita itu hingga Ayah ingin menikahinya. Yang Riri tahu, selama 5 tahun sepeninggal Ibu, tak ada wanita yang dapat menyaingi Ibu di hati Ayah. Diusianya yang menginjak 65 tahun, Ayah tidak menunjukkan tanda-tanda ketertarikan dengan wanita lain, kesehariannya dihabiskan dengan beribadah, membaca buku, merawat tanaman, dan bermain dengan anak-anak Riri. Bahkan tak jarang aku memergoki Ayah sedang merenung sambil memegang foto Ibu, mengingat kenangan dengan Ibu. Tapi mengapa kini tiba-tiba Ayah ingin menikah lagi? berbagai pertanyaan berkelabat dalam pikiran Riri.

Riri terus berjalan sambil melipat tangannya. Ia berharap dengan demikian bisa menghilangkan rasa dinginnya. Riri tak peduli kakinya yang kotor karena melewati tanah yang becek. Pikirannya hanya ingin tahu siapa wanita yang ingin dinikahi Ayah. Wanita hebatkah? Sampai bisa membuat Ayah melupakan Ibu, batin Riri.

Akhirnya Riri sampai di depan rumah wanita yang alamatnya tertulis dalam buku catatan Ayah. Riri sengaja mengikuti Ayahnya yang sudah pamit meninggalkan rumah saat pagi masih dingin-dinginnya ditemani dengan hujan yang cukup lebat. Ia tak peduli dengan cuacanya. Ia harus mengikuti ayahnya menuju rumah wanita pilihan Ayah. Riri terdiam lama di depan rumah wanita itu. Ia tertegun mendengarkan percakapan Ayah dengan wanita itu. Hatinya bergemuruh, ia ingin tahu lebih jelas apa yang Ayah bicarakan dengan wanita itu.

“Menikahlah denganku Mira, aku akan membantumu membesarkan anak-anakmu, Kamu tak mungkin bisa membesarkan anak-anakmu tanpa ada yang menjaga dan bertanggung jawab denganmu. Aku tak akan menuntut hak apa-apa padamu, aku hanya ikhlas ingin mengeluarkanmu dari beban hidupmu yang berat sejak suamimu meninggal.” Ucap ayah hati-hati.

Mendengar perkataan Ayah yang sangat hati-hati, Riri merasakan kehangatan dan ketulusan pada hatinya. Ayah ingin di sisa usianya bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain. Itulah sebabnya Ayah ingin menikahi Bu Mira. Bu Mira, yang belakangan ini baru Riri ketahui pernah membantu Ayah saat Ayah pingsan di jalan karena asmanya kambuh. Sejak itulah Ayah tahu kehidupan Bu Mira sangatlah sulit untuk menghidupi dan menyekolahkan anak-anaknya. Ayah ingin menikahinya agar ayah tidak sungkan membantu dan menghilangkan prasangka buruk orang lain nantinya.

Riri Menangis terisak, ia tak menyangka begitu mulia niat ayahnya. Selama ini Ia sudah salah sangka pada Ayahnya. Riri mengetuk pintu rumah Bu Mira yang terbuat dari kayu yang sudah lapuk. Tak lama Ayah membuka pintu dan terkejut melihat Riri yang terisak. Sambil menangis ia langsung memeluk ayahnya. “Maafkan aku Ayah, aku yang tak mengerti niat baik Ayah“ ucap Riri sambil terus memeluk Ayahnya. Ayah merasa lega karena akhirnya sang putri memahami niat baiknya. Ayah membalas pelukan Riri sambil mengusap kepalanya. “Terimakasih telah mengerti Nak. Tenang saja, Ayah tak akan pernah melupakan Ibumu. Cinta Ayah tak akan pernah padam pada Ibumu sampai Ayah menutup mata,” ucap Ayah lirih.

*

Salam literasi

Karawang, 7 Februari 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cinta Ayah tak akan pernah padam pada Ibumu sampai Ayah menutup mata. Ayah memang keren. Aku jadi teringat Papaku tak pernah mengganti Mamaku dengan orang lai hingga akhir hayatnya

07 Feb
Balas

Iya ya Bu Fit..ayah yang hebat

08 Feb

Bagus ceritanya

08 Feb
Balas

Makasih Bun

08 Feb

Yah Allah sedih sekali ceritanya bunda, terhanyut membacanya, sukses selalu bunda

07 Feb
Balas

Iya Bun..belajar menulis cerpen Bun..terima kasih ya Bun

08 Feb

Kisah yang apik, Bu. Ayah tetap pada cintanya kepada keluarga. Salam sukses, Bu.

08 Feb
Balas

Iya Bun..makasih ya Bun selalu hadir

08 Feb



search

New Post