dua puluh tujuh tahun lalu
DUA PULUH TUJUH TAHUN LALU
Menulis buku menurut saya adalah sesuatu yang sangat sulit dilakukan. Alasan ini, itu menjadi sebab ide-ide saya tidak pernah jadi tulisan hanya menggelantung dipikiran saja. Pernah suatu waktu saya mencoba untuk menulis tentang pengalaman hidup saya tetapi sekali lagi mentok di jalan karena si krucil-krucil selalu mengganngu kerja dan konsentrasi. Baru mengambil laptop dari tas saja mereka sudah merajuk untuk ikut menari-narikan jari mungil mereka huruf demi huruf. Akhirnya gagal lagi.
Hingga akhirnya ide-ide yang ada dikepala tinggalah ide saja. Sampai saya membaca status dari grup WA yang mengupload brosus tentang pelatihan menulis buku. Dengan semangat sumpah pemuda, modal nekat, dan dana memet karena tangggal tuwek saya berangkat untuk mendaftarkan diri dan berharap ide-ide yang sedah ada dikepala bisa tersalurkan lewat pencerahan dari sang maestro. Ternyata benar maestro menyuruh kita untuk menulis sebuah buku.
Inilah kesempatan saya untuk mulai menuliskan segala ide yang selama ini hanya bersemayam dibenak saja yaitu menuliskan pengalaman hidup yang saya alami 27 tahun yang lalu. Di saat saya kelas a2 SMP. Di mana saya mengalami kejadian yang mungkin hanya dialami oleh beberapa orang saja yaitu mati suri. Saya masih ingat sepulang sekolah karena kelelahan yang amat sangat. Saya langsung tertidur pulas tanpa mengganti baju dan tidak makan. Dalam tidur saya bertemu dengan seorang anak yang seumuran, wajah, rambut, semuanya hampir sama dengan saya. Dia sedang berayun dengan hiasan mawar di antara tali-tali yang bergelayut. Awan putih berarak-arak mengelilingi dia. Saya memandangnya dan bertanya-tanya siapa gerangan. Belum habis segala pertanyaan dia mendekat dan menuntun saya ke tempat dia bermain. Dia mengatakan bahwa dia adalah saya dan saya adalah dia. Di antara percaya dan tidak percaya kami bermain, bercanda, berlari.
Tak terasa suara adzan berkumandang, saya berpamitan untuk pulang karena tadi belum sempat berpamitan dengan ibu. Kembaranku tak memperbolehkan dan berusaha menahanku. Terjadilah tarik-menarik antara kita. Berbarengan dengan berakhirnya suara adzan saya terhempas dan seolah-olah melemparkan sebuah benda yang sangat berat dari badanku sehingga terasa ringan. Saya pun terbangun dan melihat sudah ada keluarga, saudara, dan tetangga saya yang sedang membaca yasin. Saya bingung dengan keadaan ini, mereka memeluk saya dengan nafas lega dan ucapan syukur. Selidik punya selidik ternyata saya sudah tidak sadar selama seharian padahal saya merasa baru 15 belas menit tertidur. Saya ceritakan pada mereka kalau saya telah bertemu dengan seorang anak yang mirip. Ibu saya pun kalau saya harus menyadari bahwa saya sudah sendiri tidak dua lagi. Jadi, sudah tidak boleh meminta segala sesuatu dengan jumlah dua seperti dulu. Kini saya hanya bisa tersenyum mengingat masa itu. Kembali saya buka almari yang dulu untuk menyimpan barang-barang dia masih baru dan ada plastiknya. Kuambil dan kupanggil anak-anak kecil di sekitar rumah. Mereka sangat senang mendapatkan mainan baru tapi model lama.
Tak terasa malam mulai merajuk. Jangkrik menyanyi dengan riang dan dingin terasa menusuk tulang. Sudah saatnya kuhentikan semua ini dan klik kirim ke www.gurusiana.id. Semoga bermanfaat catatan kecil ini. D
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lanjutkan kawan
Bismillahirrohmanirrohim lah jeng...yuk kita sama2 merampungkan...