septyana eka rahmawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MENYAPA Vaksin COVID-19 AstraZeneca

MENYAPA Vaksin COVID-19 AstraZeneca

Pemerintah Indonesia membeli 100 juta dosis Vaksin Astrazeneca untuk menghadapi pandemic COVID 19 di Indonesia. Vaksin COVID-19 AstraZeneca diprakarsai oleh Universitas Oxford dengan pengembangan kegiatan selanjutnya pada AstraZeneca AB. Setelah tinjauan ekstensif terhadap kualitas , keamanan dan kemanjuran vaksin COVID-19 AstraZeneca telah diizinkan untuk pasokan sementara di Inggris untuk indikasi berikut : > 18 tahun untuk pencegahan penyakit COVID19 (DHSCAB,2020)

Vaksin universitas Oxford/Astrazeneca AZD122 menggunakan adenoviral non replikasi vector untuk mengirimkan materi genetic dari protein spike COVID19 ke sel. vector virus yang tidak bereplikasi hanya dapat menginfeksi satu sel sehingga umumnya memiliki profil keamanan yang sangat baik. Seperti vaksin virus yang inaktif, virus vaksin vector dibudidayakan menggunakan kultur sel mamalia secara bioreactor skala besar-besaran. Namun karena adenovirus itu sendiri bukanlah pathogen pada manusia, tingkat keamanan hayati yang diperlukan selama proses pembuatannya sangat berkurang (Micchelleti et al, 2020).

Vaksin COVID19 AstraZeneca adalah larutan injeksi yang disimpan pada suhu 2-8oC yang diberikan dalam Intramuskular (IM). Botol tunggal 4 ml berisi 8 dosis (masing-masing 0,5 ml) dan satu botol 5 ml berisi 10 dosis (masing-masing 0,5 ml).

Setelah pemberian vaksin, vector (ChAdOx1-S) masuk ke dalam sel tubuh dan menghasilkan S glikoprotein dari SARSCOV2 yang kemudian diexpresikan di permukaan sel. Ekspresi protein spike menginduksi VNA (Vyrus Neutral Antibody) dan sel T untuk melawannya. Jika tubuh kemudian terinfeksi SARSCOV2 dan menyerangnya (DHSAAB,2020).

Menurut Graham et al (2020), satu dosis antigen-antibodi spesifik menginduksi respon sel T. Imunisasi booster meningkatkan antibodi respon terutama pada babi dengan peningkatan yang signifikan dalam titer penertral SARS COV2. Tikus menunjukkan CD4+ dan CD8+ seperti Th1 Respon sel T. Tanggapan yang terlihat pada babi menunjukkan respon booster dalam serum antibodi dan menunjukkannya respon sel T seperti CD4+ dan CD8+ve seperti th1 yang dianggap berkontribusi mengendalikan infeksi. Pada babi, titer setelah satu dosis vaksin serupa dengan yang ada di manusia tanpa gejala, sedangkan mereka yang setelah boosting sebanding dengan pasien yang sembuh dari penyakit COVID19 (DHSCAB, 2020)

Respon IgG antispike pada puncak respon selah vaksinasi (hari ke28) menunjukkan IgG1 terpolarisasi, konsisten dengan antibodi yang didapat secara alami terhadap SARSCOV2. Vaksin menimbulkan sebagian besar respon IgG3. Kombinasi IgG1 dan IgG3 , dengan tingkat IgG2 rendah dan sedikit ada IgG4 yang terdeteksi konsisten dengan IgG manusia tipe Th1 subclass (IgG1 dan IgG3) (DHSCAB,2020).

ChAdOx1 nCov-19 menunjukkan profil keamanan yang dapat diterima dan meningkatkan antibodi homolog. Hasil ini bersama dengan induksi respon imun humoral dan seluler, mendukung evaluasi berskala besar dari kandidat vaksin ini dalam progam fase 3 yang sedang berlangsung (Folegati et al , 2020)

Voysey et al (2021) menyatakan keamanan dan kemanjuran sementara data pertama untuk vaksin virus korona vector virus ChAdOx1 nCoV-19 yang dievaluasi dalam empat percobaan di tiga benua tanpa masalah keamanan menunjukkan kemanjuran vaksin (efikasi) setelah dua dosis yang signifikan yaitu 70,4% dan perlindungan 64% setelah pemberian satu dosis standar.

Menurut saya, Vaksin ini direkomendasikan untuk digunakan pada masyarakat Indonesia karena memiliki respon imun yang dibutuhkan dalam penanggulangan COVID 19. Serta lebih aman karena tingkat patogenitas adenovirus rendah bagi manusia. Secara umum, masih belum jelas seberapa efektif vaksin COVID 19 dan apakah terdiri dari vaksinasi satu kali atau bersifat musiman, seperti vaksin flu. Bahkan jika vaksin yang menjanjikan muncul pada tahun 2021 dan bisa diproduksi massal, pencarian tidak akan berakhir disitu. Serta mungkin membutuhkan lebih dari satu vaksin untuk memenuhi permintaan global.

SUMBER REFERENSI

Folegatti Pedro M , Katie J Ewer, Parvinder K Aley, Brian Angus, Stephan Becker, Sandra Belij-Rammerstorfer, Duncan Bellamy, Sagida Bibi, Mustapha Bittaye,et al. 2020. Safety and immunogenicity of the ChAdOx1 nCoV-19 vaccine against SARS-CoV-2: a preliminary report of a phase 1/2, single-blind, randomised controlled trial. Lancet. Volume 396. Hal 467-478 Voysey Merryn et al. 2021. Safety and efficacy of the ChAdOx1 nCoV-19 vaccine (AZD1222) against SARS-CoV-2: an interim analysis of four randomised controlled trials in Brazil, South Africa, and the UK. Lancet. Volume 9. Hal 99-111. doi: 10.1016/S0140-6736(20)32661-1

Departement of Head and Social Care AB (DHSCAB). 2020. Public Assessment Report Authorisation for Temporary Supply COVID-19 Vaccine AstraZeneca, solution for injection in multidose container COVID-19 Vaccine (ChAdOx1-S [recombinant]). Medicine & Helathcare products Regulation Agency.

Micheletti Martina, Steve Morris, dan Penny Carmichael. 2020. Part 2 : Manufacturing New Vaccine for pandemics – Future Vaccine Manufacturing Research Hub. Policy Briefing. UCL United Kingdom
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post