Setyo Nugroho

Tinggal di Wonosobo, Jawa Tengah. Pernah menempuh S2 di PPs Unesa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia lulus tahun 2016. Saat ini bertugas di SMP Negeri 3 Kal...

Selengkapnya
Navigasi Web

DIKLAT KUIKUTI, SAGUSABU KUJALANI, BUKU KUDAPATI

Sudah cukup lama sebenarnya mendengar Sagusabu. Istilah yang cukup popular beberapa tahun belakangan ini. Khususnya di kalangan guru. Pertama mendengar ketika teman dari Bondowoso, Jawa Timur aktif dalam kegiatan Ikatan Guru Indonesia dengan gerakan literasi bertajuk Sagusabu. Setelah itu, beberapa teman dari Bandung dan Surabaya bercerita tentang diklat menulis yang mencanangkan Sagusabu. Mereka antusias bercerita tentang proses penulisan hingga menghasilkan karya buku. Mereka pun berbagi pada kerabat, sahabat, teman, juga kolega terdekat. Dari situlah diketahui, sahabat-sahabat terbaik telah berhasil mencetak buku karya mereka sendiri. Di kesempatan lain bahkan beberapa sahabat meminta untuk menulis endosmen pada buku mereka. Satu hal yang terlintas saat itu, mereka bisa mengapa saya tidak.

Dari media massa baik cetak maupun elektronik makin ramai mengulas tentang Sagusabu. Diklat-diklat terus dilaksanakan dari kota yang satu ke kota yang lain. Pesertanya pun membludak terlihat dari tayangan dan gambar yang ditampilkan dalam ilustrasi kegiatan. Pada bagian lain, setelah usai pelatihan diberitakan dan ditayangkan, peserta dengan hasil karyanya terpampang jelas dengan wajah semringah. Sungguh luar biasa, mereka benar-benar bisa.

Awal mengenal Sagusabu sebenarnya cukup meragukan, bagaimana tidak. Satu guru satu buku bukanlah pekerjaan yang mudah. Mengapa? Dengan tugas utama mengajar dan mendidik siswa ditambah tugas tambahan yang cukup berat telah menyita waktu dan konsentrasi. Belum lagi persoalan keluarga dan lingkungan sosial yang harus dikerjakan. Akan tetapi, dengan melihat sahabat-sahabat berhasil menulis buku, keraguan-keraguan mulai sedikit demi sedikit menghilang. Tinggal persoalannya, kapan memulainya?

Mencoba menulis sendiri ternyata tidak mudah. Paling sulit sejujurnya adalah semangat untuk memulai tulisan. Sebentar memulai, lalu terhenti lagi, semangat pun hilang. Ini terjadi mungkin karena kurangnya motivasi dari diri sendiri juga dari orang-orang terdekat yang ada. Selain itu, ide tulisan selalu mentah di tengah jalan hingga tidak mampu meneruskan. Mungkin butuh dipaksakan.

Sebenarnya ditunggu diklat menulis di kotaku seperti yang dilaksanakan di kota-kota lain. Kesempatan itu ada sekitar awal tahun ini. Kegiatan bertajuk menulis artikel di media massa. Kerjasama dengan salah satu Koran sore yang ada di Jawa Tengah. Dengan mengusung slogan tulisan guru dimuat di koran. Cukup bagus kegiatannya, dengan latar belakang dan tujuan membantu guru dalam pengumpulan angka kredit untuk kenaikan pangkat. Beberapa teman artikelnya benar-benar dimuat. Diri ini termotivasi dan mencoba untuk memulai menulis. Dengan tema yang cukup menarik tentang pendidikan inklusi dicoba diselesaikan. Apa yang terjadi, lagi-lagi gagal karena alasan yang melemahkan yang tidak mungkin diungkapkan dalam tulisan ini.

Waktu berlalu begitu cepat, tanpa ada karya yang dihasilkan. Keinginan menulis sebenarnya tetap ada, walau kadang tekubur oleh kesibukan. Beberapa bulan kemudian, ada pemberitahuan adanya diklat menulis lagi. Kerjasama dengan koran yang berbeda dan dengan latar belakang serta tujuan yang kurang lebih sama dengan kegiatan yang pertama. Anehnya, diri ini benar-benar tidak tergerak, walaupun bujuk rayu dari teman-teman dekat terus merayu. Mereka mengatakan pesertanya lebih banyak, korannya lebih baik dan alasan-alasan lain yang mengunggulkan kegiatan ini. Diri ini tetap diam tidak tergerak. Akhirnya, kegiatan itu berlalu tidak diikuti. Kesempatan itu pun hilang lagi.

Di tengah kesibukan dalam mengurus UNBK, muncul lagi penawaran kegiatan diklat menulis. Diri ini sebenarnya masih belum tergerak, sepertinya akan berlalu seperti kegiatan terdahulu karena kegiatan akhir sekolah UNBK merupakan rangkaian kegiatan yang cukup menguras energi dan pikiran. Tiba-tiba pikiranku berubah karena kegiatan diklat dilaksanakan setelah UNBK. Dengan alasan itu, kubaca lagi poster kegiatannya, terpampang jelas di situ kata Sagusabu. Ingatanku langsung tertuju pada sahabat-sahabat terbaikku di Bondowoso, Surabaya, dan Bandung yang telah berhasil menulis buku dari kegiatan diklat Sagusabu. Aku ingin seperti mereka, kupastikan diri ini mendaftar dengan harapan tinggi semoga nanti buku karyaku ada digenggaman. Hari ini, 28 April 2018 kegiatan Sagusabu di Wonosobo dilaksanakan. Aku ada di sana dan inilah tulisan pertamaku, moga menginspirasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa! Tulisannya mengalir. Lanjutkan!

29 Apr
Balas

Makasih, masih harus terus belajar. Siap Lanjutkan

30 Apr

keren....

29 Apr
Balas

Maturnuwun...

30 Apr



search

New Post