Setyo Nugroho

Tinggal di Wonosobo, Jawa Tengah. Pernah menempuh S2 di PPs Unesa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia lulus tahun 2016. Saat ini bertugas di SMP Negeri 3 Kal...

Selengkapnya
Navigasi Web

Miris dengan Komentar Miring

Sebagai guru bahasa yang mengajarkan bagaimana berbahasa yang baik dan sopan pada siswa-siswanya. Sekaligus juga, pernah belajar tentang kesantunan berbahasa, sungguh prihatin saat membaca kolom komentar pada berita online yang marak pada portal berita-berita internet. Berita yang disajikan dengan struktur bahasa yang baik, mengungkap peristiwa yang aktual, dan memberi informasi penting dikomentari dengan nada miring, ungkapan kasar, menyakitkan pihak tertentu, bahkan ada yang jorok dengan kata-kata yang tidak layak dituliskan. Sungguh sebuah peristiwa pergeseran nilai budaya ketimuran yang menjunjung tinggi nilai kesopanan. Dulu, kita sebagai bangsa yang dikenal beradab, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, saling asah, asih, asuh telah bergeser menjadi bangsa yang kebarat-baratan dengan kebebasan yang kebablasan.

Penulis menyakini bahwa anak didiknya pun membaca berita-berita online tersebut sesuai kegemarannya. Sebagai contoh, anak yang suka olahraga akan mencari berita olahraga. Anak yang suka tokoh idola dalam dunia keartisan akan update informasi artis idolanya, dan contoh-contoh yang masih banyak lagi. Bagaimana kalau mereka membaca komentar-komentar miring tersebut? Ini menjadi permasalahan yang tidak sederhana, apabila tetap dibiarkan.

Ada kecenderungan pada siswa untuk mengikuti apa yang dilihat, didengar, dan dibaca. Selanjutnya, yang diikuti akan berkembang di lingungan tempat tinggalnya. Bahasa-bahasa komentar miring itu pun bisa ditiru, diikuti dan berkembang. Selanjutnya, disahkan seolah tidak ada kesalahan karena jadi hal yang lumprah saja. Padahal sebenarnya hal-hal itu menyimpang dari norma kebenaran.

Di saat pemerintah mendengungkan pendidikan karakter, dengan ujung tombak melalui tangan kanan guru yang terus berupaya meningkatkan nilai-nilai karakter. Di tambah dengan perbuatan-perbuatan guru yang penuh kehati-hatian agar bisa mencerminkan keteladanan. Di sekolah siswa-siswa telah dibina dengan penuh ketelatenan, dididik budi pekerti dengan kedisiplinan. Akan tetapi, di dunia maya yang kerap disinggahi siswa, disuguhkan ungkapan-ungkapan yang tidak mencerminkan karakter yang diajarkan. Maka akan sulit membentuk generasi massa depan yang didambakan.

Penilain kepribadian dimulai dari hal yang sederhana, terutama yang paling kentara, yaitu melalui ungkapan kata-kata yang diucapkan. Kalimat komentar merupakan perwakilan kata yang dituliskan. Kalimat yang baik cermin pribadi yang baik. Demikian pula sebaliknya, kalimat yang tidak baik cermin pribadi yang tidak baik. Ungkapan ‘mulutmu harimaumu’ jadi peringatan, maka hati-hati dengan kata-katamu. Banyak yang membaca, tidak saja orang dewasa tetapi anak-anak pun turut membacanya.

Bagaiman solusinya? Apakah jadi tanggung jawab pemerintah? Sepertinya pemerintah terlalu banyak yang dipikirkan. Lalu? Penulis serahkan kepada pembaca, karena penulis memahami bahwa pembaca tahu apa yang mesti dilakukan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Santun berbahasa, menunjukkan kualitas diri.

03 May
Balas

Benar, ada korelasinya disitu, makasih kunjungannya. Salam kenal

03 May

Asiik, enak dibaca. Dimanapun kalo tulisan jelas kalimat utama dan kalimat penjelas maka enak dibaca. Mengapa? Karena saya sering mengalami kritikan,"komen sampean tidak jelas " Nemu paragraf yang berisi beberapa pernyataan dan kesimpulannya. Nemu juga kalimat penjelas minor. Terima kasih pak nung meski belajar bahasa udah telat banget.

03 May
Balas

Asiik, enak dibaca. Dimanapun kalo tulisan jelas kalimat utama dan kalimat penjelas maka enak dibaca. Mengapa? Karena saya sering mengalami kritikan,"komen sampean tidak jelas " Nemu paragraf yang berisi beberapa pernyataan dan kesimpulannya. Nemu juga kalimat penjelas minor. Terima kasih pak nung meski belajar bahasa udah telat banget.

03 May
Balas

Butuh pembiasaan saja Pak Armin, nanti lancar sendiri. Tidak ada kata terlambat, untuk belajar. Tetap semangat.

03 May

Kesantunan barang mahal di negeri ini saat ini. Zaman now kali ya, Pak. Kita harus bisa jadi teladan.

01 May
Balas

Benar Pak, yang santun justru terkikis oleh zaman.

01 May



search

New Post