Setyo Nugroho

Tinggal di Wonosobo, Jawa Tengah. Pernah menempuh S2 di PPs Unesa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia lulus tahun 2016. Saat ini bertugas di SMP Negeri 3 Kal...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pesona Tempo Dulu

Pesona Tempo Dulu

Menyusuri jalan yang berliku dengan udara sejuk khas pedesaan di lereng Gunung Sindoro menjadi menu suguhan awal yang mengesankan. Berderet rombongan mobil dan sepeda motor menuju pasar tradisional di minggu pagi. Pasar ini sebenarnya tidak jauh dari jalan utama Wonosobo-Magelang. Apabila Anda dari arah Wonosobo, sebelum Pasar Kertek belok kanan tepatnya di pertigaan Dusun Siyono. Kurang lebih sepuluh menit Anda akan tiba di lokasi. Sepanjang perjalanan, mata akan dimanja oleh hijaunya persawahan dan pepohonan serta suara gemericiknya air mengalir

Pasar tradisional ini dikenal dengan nama Pasar Kumandang. Pasar yang dibuka mulai pukul 07.00 hingga kurang lebih pukul 12.00 WIB setiap minggu ini selalu dipadati pengunjung. Pasar yang berlokasi di Dusun Bongkotan, Desa Bojasari, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo menyuguhkan konsep tradisional yang ramah lingkungan dan sarat nilai pendidikan.

Kumandang berarti bunyi suara yang memantul, bergema, atau bergaung. Filosofi dari nama ini merupakan doa agar keberadaannya selalu bergaung atau bergema hingga akan terus dikenal. Setidaknya hingga saat ini, Pasar Kumandang masih tetap berkumandang seperti namanya.

Apa yang beda dari pasar ini sehingga selalu ramai dikunjungi oleh pengunjung baik dari Wonosobo maupun kota-kota di sekitarnya. Bahkan saat ini, menjadi destinasi wisata yang sayang untuk dilewatkan. Oleh karena itu, mari kita kupas satu per satu apa yang beda dari pasar tradisional ini.

1. Konsep Tempat

Parkir yang cukup luas serta keramahan petugas dan senyumannya menyambut kedatangan setiap pengunjung. Kurang lebih lima menit, Anda akan berjalan kaki menyusuri Kampung Bongkotan yang di kanan kiri berjajar rumah-rumah penduduk. Jalan menanjang pun dilalui menjelang tiba, jalan ini sudah berpaving sehingga kelihatan bersih dengan bunga dan taman-taman kecil di sampingnya. Dengan berjalan dari tempat parkir hingga ke lokasi cukup membuat napas tersengal, tentu bagi yang tidak terbiasa, lumayan untuk olahraga pagi hingga sedikit berkeringat.

Lokasinya menempati area yang datar dan luas di bawah pepohonan yang rimbun. Stan yang ada semuanya menggunakan meja dan kursi yang terbuat dari kayu atau bambu. Kelihatan sekali seperti tempo dulu, mungkin seperti Kerajaan Majapahit di masa itu. Para pengunjung bisa memanfaatkan tempat duduk yang ada dengan menikmati jajanan tradisional serta menikmati pertunjukkan yang ditampilkan dari panggung yang tersedia di pojok area itu.

Selain itu, tidak jauh dari area pasar kurang lebih seratus meter terdapat situs Bongkotan. Merupakan situs candi peninggalan zaman Mataram Kuno, tepatnya pada masa Kerajaan Syailendra. Tempat ini bisa dijadikan wahana belajar bagi anak untuk mengenalkan sejarah di masa lalu.

2. Penjual, Dagangan, dan Alat Pembayaran

Semua penjual yang ada di pasar ini mengenakan pakaian tradisional Jawa, yaitu pakaian surjan berblankon bagi bapak-bapak. Pakaian kebaya berjarit dan berkerudung bagi ibu-ibu. Bahasa yang digunakan pun menggunakan bahasa Jawa. Hal ini dilakukan untuk melestarikan budaya Jawa sekaligus memertahankan bahasa Jawa yang sudah mulai ditinggalkan pemakainya. Bagi Anda yang tidak bisa berbahasa Jawa jangan khawatir, penjual akan melayani dengan baik, bahkan mengajarkan bahasa Jawa dengan ramah dan sopan.

Dagangan yang ada, semuanya merupakan makanan tradisional. Setiap stan menawarkan dagangan yang berbeda-beda. Makanan ini akan mengingatkan makanan zaman dulu yang sudah mulai hilang keberadaannya. Makanan tradisional itu antara lain cenil, lopis, buntil, tiwul, geblek, depuk, sengkulun, rangin, wajik, jenang, ketan, dll.

Alat pembayaran yang digunakan adalah uang keping yang terbuat dari batok kelapa yang dibuat membentuk bulatan kecil dan dihaluskan. Nilainya satu keping adalah dua ribu rupiah. Maka dari itu, setelah memasuki pasar, di pintu masuk ada penukaran uang dengan keping tersebut. Di dalam pasar pun terdapat stan penukaran uang. Ini diperuntukkan bagi pengunjung yang kehabisan keping saat belanja.

3. Wanaha Dolanan Anak

Di pasar ini disediakan juga wahana dolanan anak. Untuk masuk area ini dikenakan biaya satu keping atau dua ribu rupiah bagi anak-anak. Untuk orang dewasa tidak dikenakan biaya alias gratis. Ada beberapa dolanan anak yang sederhana, seperti ayunan, permainan keseimbangan, sudamanda, egrang, dll. Selain itu, ditempat area ini juga terdapat perpustakaan kecil tempat anak-anak membaca sambil bermain. Akan tetapi, sayang buku yang tersedia masih sangat terbatas.

Masih di area dolanan anak terdapat juga kambing-kambing jenis etawa yang diikat pada kandang terbuka yang dibuat melingkar. Anak-anak dapat memberi makan kambing-kambing itu dengan rumput yang tersedia. Hal ini dilakukan untuk melatih keberanian anak dan memberikan pelajaran aktual cara memberi makan kambing.

4. Area Bebas Plastik dan Rokok

Di pasar ini bebas plastik, alat pembukus semuanya terbuat dari daun pisang. Piring yang digunakan untuk makan menggunakan piring anyaman bambu yang di atasnya dialasi daun pisang. Mangkuk yang digunakan pun menggunakan batok kelapa yang dibuat menyerupai mangkok dan dihaluskan. Untuk membawa barang dagangan menggunakan keranjang bambu yang ukurannya bervariasi. Oleh karena itu, hal pertama yang dibeli adalah keranjang bambu ini untuk membawa barang dagangan yang sudah dibeli. Harganya bervariasi tergantung besar kecilnya keranjang, untuk ukuran keranjang kecil dihargai tiga keping atau enam ribu rupiah.

Bagi perokok, Anda bisa merokok sebelum masuk atau setelah keluar lokasi. Di dalam area pasar benar-benar dilarang merokok. Hal yang positif untuk menjaga lingkungan tetap sehat bebas asap rokok. Tentu hal ini sangat baik bagi pengunjung terutama anak-anak atau ibu-ibu sehingga mereka tidak terganggu asap rokok dan udaranya pun tetap segar.

Demikian sekilas tentang Pasar Kumandang yang bisa Anda kunjungi setiap hari minggu. Dari pemaparan tersebut, terdapat hal-hal positif sebagai nilai pendidikan yang bisa dicontoh, antara lain:

1. Mengenal kembali makanan tradisional yang sudah mulai hilang.

2. Melestarikan budaya Jawa, baik dalam hal berpakaian dan penggunaan bahasa Jawa yang mulai ditinggalkan penggunanya.

3. Meninggalkan plastik sebagai alat bungkus makanan atau barang.

4. Larangan merokok agar lingkungan bebas asap rokok dan tetap segar dan bersih.

5. Mengenalkan kembali permainan masa kecil dahulu.

6. Mengenalkan kembali aktivitas masa lalu, seperti memberi makan kambing.

7. Mengunjungi situs bersejarah untuk mengenalkan kejayaan masa lalu.

8. Kembali ke alam, meninggalkan kehidupan serba modern.

Anda tertarik, agendakan kunjungan segera, seperti tadi pagi, Minggu, 4 November 2018 Pasar Kumandang sangat ramai. Setidaknya sebelum pergi ke Dieng sempatkan mampir ke pasar ini. Dijamin akan menemui suasana dan nuansa berbeda.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ifo ini yang saya tunggu, membuat saya ingin segera mengunjunginya Salam Literasi

04 Nov
Balas

Kami tunggu kedatangannya, makasih, salam literasi tiada henti.

04 Nov

Sebuah tulisan yg tdk hanya bagus isinya, tetapi tatatulisnya pun nyaris tanpa kesalahan. Materi tulisan sangat bermanfaat untuk mengenalkan masyarakat mengenai Pasar Kumandang yg begitu sayang untuk diabaikan. Ada sedikit salah tulis pada kata "menanjang" yg mungkin seharusnya "menanjak" atau "memanjang". Selain itu pada kata "pertunjukkan" yg mestinya "pertunjukan". Terima kasih atas tulisan Pak Nugroho yg bagus, mohon maaf bila kurang berkenan.

04 Nov
Balas

Terima kasih apresiasinya Pak Edi. Alhamdulillah berkenan memberikan komentar dan koreksi, sehingga tahu kekeliruannya. Salam hormat.

04 Nov

Diam-diam ini bentuk iklan terselubung ya pak hehe... salut, sama-sama orang Wonosobo harus mendukung destinasi wisata baru yang lagi ngetren ini. Tadi (4 November) kecamatan Selomerto juga ada acara pembukaan Pasar Tradisional serupa Kumandang, kemasannya hampir sama. Wah, Wonosobo memang luar biasa, masyarakatnya cepat dan pintar mengadobsi hal-hal baik demi kesejahteraan masyarakatnya.Keren wis, runtut dan cermat penuturannya.

04 Nov
Balas

Iklan gratis Bunda, sambil latihan nulis sekaligus kenalkan daerah tercinta. Makasih apresiasinyan. Barakaallah.

04 Nov

Makasih Ibu apresiasinya,Aamiin semoga berkesempatan utk berkunjung.

04 Nov
Balas

Tempat yg asyik, atau paparannya yg menarik, hehehe. Sukses selalu dan barakallah

04 Nov
Balas

Makasih Bu apresiasinya.

04 Nov

Menarik sekali pemaparannya Pak. Andaikan tempat saya tidak jauh pasti setelah mmbaca tulisan Bapak lgsg sy agendakan k sna. Berhubung jauh, sya ckup mmbyangkan saja dan brdoa smga sy berksmpatan berwisata k situ. Aamiin

04 Nov
Balas



search

New Post