Saya seorang pengajar. Mengenali lingkungan yang serta merta mengajarkan akan hidup adalah konsumsi bagi saya. Di dalam kehidupan sebagai pengajar,saya banyak berinteraksi dengan banyak pikiran,mulai dari pikiran yang objektif hingga subjektif. Tak dapat dipungkiri, kalimat ataupun pernyataan menjadi media dalam diri.

Saya menyadari, bahwa setiap apa yang kita mulai, haruslah kita selesaikan. Begitupun juga dengan kepercayaan, karena itu adalah landasan kita sebagai penyeleksi gagasan. Saya merasa kepercayaan atau sebuah keyakinan yang diberikan, dapat menjadi tolak ukur bagi saya untuk menyeleksi diri sendiri, baik benar ataupun salah. Kepercayaan yang diberikan selalu saya usahakan dengan sekuat tenaga untuk menjaganya. Baik kepercayaan eksternal maupun internal.

Sikap kepercayaan orang lain kepada saya, selalu disikapi dengan jiwa besar untuk senantiasa mengoreksi kesalahan. Karena hal itu dapat memberikan ‘cambuk’ bagi saya untuk memperoleh kekuatan secara lahiriah. Oleh sebab itu, sesuatu hal yang dipercayakan kepada saya ataupun sekedar keyakinan, selalu saya titik-beratkan kepada jati diri.

Konsep kepercayaan yang saya anut merupakan refleksi dari kepercayaan orang lain kepada saya. Di dalam sebuah kepercayaan dibutuhkan afiliasi terhadap sesama. Tanpa kepercayaan ataupun keyakinan mustahil hubungan antarsesama dibangun,karena butuh dari sekedar konsolidasi maupun rekonsiliasi. Apapun yang saya terima (kepercayaaan) terhadap diri saya, sejauh ini selalu dijaga agar tidak terjadi sebuah kesalahpahaman nantinya. Karena komunikasi yang baik terjadi apabila informasi awal tidak ‘dibumbui’ oleh pembicaraan yang masif.

Oleh karena itu,sebuah kepercayaan yang diberikan merupakan kebanggaan bagi saya sendiri, apalagi itu semua sudah melalu justifikasi yang kokoh. Kepercayaan yang saya terima dari orang lain merupakan ujung tombak sikap yang mereka terima dari pribadi saya, dan itu subtansinya. Jagalah kepercayaan orang lain terhadap kita, karena itu semua berawal dari pribadi kita sendiri.