Berbekal raket listrik semua nya bergelimpangan tak bergerak lagi. Pagi ini diujung kantor majelis guru kucoba selesaikan tuisan dipenghujung waktu yang tersisa, masih saja ada mengganggu konsentrasiku untuk menulis. Apakah nyamuk ini tidak ikut Sa Muk Sa Bu (Satu nyaMuk Satu Buku) atau malah mereka ikut Sa Muk Sa Rang (Satu nyaMuk Satu oRang) mesti dihisap darahnya pagi ini. KPPL mana nih, pengen tau gua. Pasti sudah banyak karya-karya yang sudah mereka torehkan berarti.

Ada rasa berdosa diriku pagi ini, karena mestinya pagi ini kita menebar kebaikan pada semua orang sekaligus melempar senyum manis. Tapi gara-gara nyamuk aku sudah melakukan pembunuhan tak berdarah. Semoga Allah mengampuni dosa kita semua teruntuk bagi kawan-kawan penggiat literasi yang sudah pernah melakukan hal yang sama.

Satu hal yang perlu kita ambil dari nyamuk pagi ini, visi dan misi mereka sudah berjalan dengan baik untuk sekadar mengisi perut yang kosong dengan darah manusia. Nah..kita masa kalah dengan visi dan misi nyamuk. Ayo...bukunya sudah ending belum, aku bukannya sedang ber ironi kepada bapak ibu yang hebat tetapi ironi untuk diriku sendiri.

Semoga saja nyamuk tidak membawa virus corona kepada penulis, cukup virus menulis saja.