Belajar dari memotong rambut siswa (Berdasarkan fakta habis)
#Tantangan menulis Gurusiana hari ke 31#
Pagi hari Ar Isdi dan Sudarmo masuk kerja dan menjalankan tugas seperti biasa. Begitu juga aku. Setelah memimpin pembiasaan dengan membaca alqur’an surat-surat pendek dan presensi. Aku teringat lagi, soal pemotongan rambut, karena memang saat aku absen, siswa bersangkutan tidak ada di kelas. “Satria” panggilku mengabsen. Hampir semua siswa menjawab serentak izin pak, malu.
Dalam benakku kenapa semua siswa Kelas VII E sudah tahu, kalau ketidak masuknya Satria karena malu dengan cukurannya. Kuberi penjelasan dan pencerahan secukupnya, bahwa “cukur seperti itu tidak usah malu, tidak perlu malu. Andai ada yang salah, itu manusiawi, guru kan juga manusia,” kataku memberi penjelasan. Akhirnya seluruh siswaku bisa mengerti, dan memang beberapa siswa lain yang dicukur tidak masalah.
Proses belajar mengajar di sekolah berjalan seperti biasa, termasuk kelas VII E. Pikirku masalah pencukuran rambut berarti juga selesai. Ee ternyata meski sudah minta maaf dan sudah di maafkan, sahabatku AR Isdi dan Sudarmo beserta Kasek masih diminta datang ke kantor kejaksaan untuk diminta laporannya. Dan setelah adanya ‘pertemuan’ dan dinasehati dari sisi hukum, masalah ini dianggap selesai. Namun, diminta sekali lagi ke rumahnya, dan merayu agar anaknya mau masuk sekolah seperti biasa.
Kepala Bidang SMP (Kabid SMP) Dinas Pendidikan Drs. Widiyarto, MM ikut mengantar Sudarmo dan AR Isdi ke rumah Satria, begitu juga kepala sekolahku ikut dalam satu mobil. “Ini menjadi pembelajaran buat kita semua”. Berhati-hatilah teman guru. memotong rambut-sah-sah saja, asal hasilnya baik dan tidak mengecewakan anak.
Dari peristiwa tersebut di atas, bisa kita ambil pembelajarannya, yakni, seorang guru yang tujuannya memotong rambut untuk kedisiplinan dan kerapian, harus membekali diri dengan cakap memotong rambut. Artinya, guru mahir dalam memotong rambut siswa. "Memotong rambut boleh-boleh saja, asal hasil akhirnya juga baik dan tidak mengecewakan anak dan orang tuanya". (Diq/habis)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semoga siswa menjadi sadar, bahwa potong rambut sesuai aturan adalah kewajibannya
Iya bu Endang. Salam hangat. Nwn
Sebagai shock therapy bisa juga, tetapi dengan melihat kondisi psikologis anak. Tiap anak punya kedalaman jiwa yang beragam. Ada yang tenang drngan teguran, ada yang rapuh. Salam literasi.
Ya edi, salam literasi juga. Nwn
Setujuu.... Alhamdulillah... akhirnya ada jalan keluar nya...kereen Pak...
salam hangat bu Rika
salam hangat bu Rika
Menurut sy memotong rambut siswa di sklh adalah sebuah teguran kpd siswa karena melanggar aturan sekolah. Guru tidak punya spesialisasi memotong rambut, walau terkadang ada satu atau 2 guru yg bisa, dan itu bukan kewajiban guru. Semoga paradigma seperti ini bisa berobah...
Ya betul bu. Orang tdk sabaran nafsu marah yg didahulukan
Teringat ttg kebiasaanku menertibkan bahkan memangkas rambut siswa.keren pak
Benar Pak. Mendidik dengan hati biasanya hasilnya baik. Memotong rambut siswa pikir 2x karena efeknya 2x bahkan lebih. Orang tua siswa marah dan motong rambut ulang kembali dana juga. Kecuali sudah disepakati.
Sepakat bu Alina. Salam hangat
Mudah-mudahan siswa cepat sadar tanpa harus dipotong guru
Iya Pak Pur, Salam hangat unt semua