Tertumpar air mata ibu dan anak (Seri 1)
#Tantangan Menulis Gurusiana hari ke 32#
Mengikuti KML (Kursus Mahir Lanjutan) dan ditambah suntikan motivasi dari tetangga sebelahku menjadi bekal berarti, untuk bekerja lebih baik. Namun, dalam renungan dan lamunan itu, aku teringat peristiwa yang terjadi di sekolah beberapa tahun lalu, dari kepala temanku yang dipukul hingga bocor, kesurupan berjamaah dan mencukur rambut hingga sampai ke kejaksaan.
Berbagai ‘prahara’ dalam sekolah memang membuatku harus waspada dan berhati-hati. Apalagi sekolahku, terletak di kota Kabupatan yang sebagaian besar dari kalangan bawah, yang nota bene orang tuanya kurang pendidikan, sehingga langkahnya sering ‘semaunya’ saja.
Masih terngiyang-iyang dalam benakku, sahabat dekatku dalam satu sekolah kepalanya bocor dan berdarah. Kenapa, ?. benda tumpul mengenai bagian atas Pak Haji Dwihan, nama panggilan kerennya. Batangan kayu, sengaja dipukulkan, siswanya sendiri, gara-gara Pak Guru IPA ini memarahi, Melindo supaya tenang, tidak ramai di dalam kelas.
“Saya tidak mengira Meilando, nekat memukul kepalaku,” kata Pak Dwihan kepada guru-guru SMPN di wilayah Klaten bebera waktu lalu. Peristiwa berdarah itu terjadi, sekitar pukul 11.00 menjelang istirahat ke dua.
Mendapat perlakuan seperti itu, beberapa guru di sekolahku tidak terima begitu saja. Dimotori wakasek kesiswaan, Agus Suprihadi mencari keberadaan Melindo untuk dimintai keterangan. Di bawanya anak “nekat” itu di ruangan BP. Satu persatu, guru IPA ini melontarkan pertanyaan kepada Melindo. Bentakan tak bisa terhindarkan, karena anak kelas IX G ini tidak memberikan jawaban yang jelas, bahkan cenderung membela diri dan merasa benar.
Pengakuan akhirnya meluncur juga dari mulut anak “bandel” ini. “Saya terpaksa memukul Pak Dwihan, karena aku jengkel dan diolok-olok melulu,” ujarnya dengan suara sengau. Anak yang berasal dari Kecamatan Trucuk rupanya tidak dalam kondisi stabil. Ada dugaan, dia semalam begadang dan minuman keras. Ini terlihat jelas dari raut muka dan matanya yang merah. Ditambah bau mulutnya yang “menyiyir” seperti bau minuman berakohol.
Kordinator BK ikut geram dan mulai mengintrograsi siswa yang masih seragam putih biru. “Mestinya semangkel apapun, kamu tidak boleh memukul guru seperti itu,”timpal Sudarno seraya seakan-akan mau membalaskan memukul kepala si siswa yang duduk tepat di depannya. Namun, karena kita guru, hal itu tidak boleh terjadi, justru kalau dilakukan akan bisa memunculkan masalah baru.
Kenapa kamu lakukan, bentak guru BK lainya, dengan mimik tidak merasa salah, kembali mengatakan “ saya mangkel, saya mangkel dengan ucapan Pak Dwihan,” katanya singkat.
Sementara guru lainnya membawa Bapak Haji Dwihan ini ke poliklinik terdekat, tepatnya di PMI Klaten. Dengan di damping beberapa guru, Pak Dwihan diperiksa team medis. Beberapa jahitan dan perban akhinya menempel di kepala bapak guru senior ini. “Bisa saja, kita melaporkan anak tersebut ke pihak berwajib,”ujar guru olah raga ini. Namun, dengan berbagai pertimbangan, dan atas saran Bapak Kepala Sekolah, niat itu tidak dilakukan. (Diq/bersambung)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Efek jeranya bagaimana? bisa saja hal itu akan terulang lagi. masalahnya dia sepeeti menegak minuman keras yang juga dianggap pelanggaran...? berani kpd guru apalagi kepada temannya..mestinya ada tindakan tegas. tidak hanya maaf. tindakan juga termasuk proses mendidik dan mengajar. maaf hanya sekedar saran. salam.
Inggih, maturnuwun. Setuju banget. Salam hangat
Karya yg menginspirasi.. kren pak.Salam kenal