Shilakhul Muzaddin

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
DOA KIRIMAN

DOA KIRIMAN

Kebijaksanaan paling sederhana adalah sikap tahu diri ; mengerti dengan sewajarnya atas kesanggupan dan keterbatasan diri dan peran pihak lain dalam banyak peristiwa yang diharapkan maupun yang.tidak diharapkan, untuk kemudian menerima tanpa terpaku pada ketidaksempurnaan diri maupun pihak lain; mengihlaska ketidaksempunaan sebagai kewajaran. Kedamaian dalam hati akan jadi buahnya. (Daoat kiriman tetangga yang tahu kami selalu membutuhkan jeruk nipis. Jeruk nipis matang pohon ini enak sekali untuk minuman teh jeruk. Terimakasih, semoga semesta membalas dengan yang lebih baik) masih ada mudik... Setiap hati ‘dikutuk’ dengan dengan rasa rindu. Rindu asal, rindu muasal, rindu asal dari muasal, atau mencari yang tak terisi dalam hati, entah apa. Itu yang kupahami bila melihat berjubelnya jalan raya oleh kendaraan, rebutan tiket atau para pendendara sepeda motor jarak jauh melawan panas hujan siang malam. Semua ingin pulang. Bisa pulang mudik bagi banyak orang sungguh melegakkan. Semua kerepotan menjelang dan dalam perjalanan terasa wajar, karena hati menemukan makna, banyak sekali orang yang mengalami, bahkan pulang seperti ini membuat istilah udik (jauh dari peradaban kota) terasa jadi keren. Pergerakan manusia besar-besaran, yang sebenarnya mendebarkan bila dilihat dari sisi keamanan, tampaknya akan terus mentradisi. Hampir setiap lebaran, jalan raya di depan rumah Ibu-bapakku selalu ada pertistiwa ‘brak’. Alhamdulillah, lebaran tahun ini tidak ada kecelakaan yang berarti kecuali ada peristiwa mobil mengerem mendadak sehingga tersundul kendaraan di belakangnya. Dan tentu ada banyak resiko lain. Menurut data Jasa Raharja, mudik 2022 menjadi peristiwa lalu lintas terbesar sepanjang sejarah, namun justru terjadi penurunan angka kecelakaan. Selama masa mudik lebaran 2022 korban luka-luka karena kecelakaan sebanyak 3. 194 menurun 22% dibanding tahun 2019 yang memakan korban 4.083. Korban meninggal dunia 441 jiwa, menurun 46% dari tahun 2019 yang berjumlah 824 jiwa. Prestasi pengelolaan mudik yang perlu disyukuri. Mudik menggambarkan masyarakat membutuhkan proses menjaga ikatan kekeluargaan, nilai hidup manusia yang dikerangkai oleh relasi-selasi saling memaknai dengan kepedulian, dalam sapaan hingga tolong-menolong dalam berbagai segi. Teknologi informasi dan komunikasi mungkin saja mulai membuat luruh kekuatan dan cara kerja lembaga-lembaga formal, namun rupanya ikatan kultural lebih kuat, sekurang-kurang lebih memikat masyarakat kita. Secara tidak langsung peristiwa mudik tidak lain pengakuan pentingnya silaturahim, menjaga persaudaraan yang lebih luas, karena dalam setiap keluarga dalam pengertian keluarga besar, biasanya terdapat ragam perbedaan. Perubahan sosial tentu membawa perbedaan yang makin beragam dalam keluarga-keluarga, dari soal gaya hidup hingga pilihan-pilihan politik, madzhab dll. Mudik membuat bertemu dengan orang-orang dari masa lalu yang telah berubah. Bertemu dan saling meminta maaf, entah dengan tulus atau sekedar basa-basi, tetap berharga karena perjumpaan akan memeberi sentuhan manusiawi yang dapat melembutkan hati. Ini adalah obat hati. Setelah banyak orang didera oleh cara pikir yang dijejalkan oleh para pihak yang berkontestasi dalam pemilu yang menyisakan pengelompokkan, (ada yang menyebut pembelahan masyarakat dalam kutub-kutub yang diantaranya memunculkan ujaran-ujaran yang tak enak didengar/baca, sepwrti dilakukan dua akademisi dengan gelar kehormatan yang salah satunya dari perguruan tinggi ternama, dapat menjadi signal masih membaranya pembelahan itu. Orang yang menyandang gelar kehormatan diandaikan dapat menjadi figur teladan dalam hal adab sopan santun, justru mencontohkan yang sebaliknya, masih berkomentar tidak pantas tentang liyan, bagaimana masayarakat awam? (Tapi bisa jadi justru orang yang merasa awam lebih mampu menjaga sopan santun? ) Berharap setelah lebaran suasana jadi adem seperti usai hujan turun menebar segar. Dalam pikiran yang optimis, selama masih ada mudik, selama masih banyak orang yang bersedia berepot-susah payah untuk pulang dan bertemu dengan asal-usul-muasal, demi ke-keluarga-an, semoga pembelahan itu tetap terjembatani oleh hati yang ‘dikutuk’ rindu. Selama hati tidak kosong, kering dan mengeras, ‘kutukan’ ini adalah rahmat bagi ke Indoneisa an . 135135 14 Komentar 2 Kali dibagikan Bagikan
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post