Shilakhul Muzaddin

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
LOKO STASIUN

LOKO STASIUN

Stasiun Panjang rel kereta di pulau Jawa tinggal 1/3 dari panjang rel di jaman Belanda, demikian menurut sejarawan Denys Lombard, dalam buku terjemahan Nusa Jawa Silang Budaya, seri 1, tahun 1999 yang saya baca. Perkeretaapian di Jawa menjadi rajanya di Asia. Hal itu mudah kita buktikan dari bekas-bekas rel yang dimatikan dan dibiarkan berkarat bahkan ditumbuhi rumah-rumah atau bangunan lain di banyak tempat. Saya pernah menonton sebuah film dokumenter kereta uap yang melaju dari tempat-tempat yang sungguh 'moi' dari wilayah Wonosobo menuju stasiun Purwokerto menyeberangi sungai, menitipkan pesan dari masa lalu, mobilitas manusia yang dikelola dengan sebuah visi yang mempertimbangkan pertumbuhan penduduk dibanding lingkungan yang tersedia. Anda mudah mendapatkan film dokumenter itu tentunya. Mengapa banyak rel tidak dijaga keberlangsungannya? Padahal mobiltas orang adalah yang menggerakkan sejarah masyarakat? Tentu terkait kebijakan transportasi, masa lalu. Sebagai awam saya mengira, memang insfrastruktur dibiarkan sekarat berkarat-karat sebagai cara menghadirkakan investor asing untuk buka pabrik-pabrik mobil. Konon demi membuka lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ini membuat infrasutruktur KA yang sudah ada banyak rusak sia-sia, betapa banyak modal terbuang, bila kita menyimak jumlah yang harus disiapkan pemerintahan presiden Joko Widodo untuk menghidupkan kembali atau menambah jalur. Tentu saja sebagaimana umumnya produsen akan membuat masyarakat sebagai konsumen merasa butuh, atau dibuat merasa hidupnya tidak sempurna bahkan rasa nyamannya dibentuk seperti apa agar membeli produk mereka. Demikianlah pada akhirnya masyarakat sangat merasa berkebutuhan tinggi pada mobil, bukan hanya soal kenyamanan, tapi preatise. Banyak orang yang sebenarnya belum mampu membeli memaksakan diri, itu terbukti dari pilihan untuk beli dengan mencicil, karena tidak kuasa keluar dari cara pikir yang ada. Tentu saja, keuntungan besarnya kembali menumpuk pada pemilik modal yang memutarkan uang dalam dunia cicil mencicil barang itu. Masyarakat banyak dicukupkan dengan ilusi kesuksesan hidup dengan prestise sebuah kendaraan pribadi. Korbannya ada jalan raya yang tidak akan pernah sanggup menampung ekpresi cara berfikir ini, seberapa pun jalan tol dibuat, (dengan merenggut lahan yang membuat banyak petani menyerah, lalu kita mula kelabakan untuk menyiapkan lahan penyedia bahan makanan). Uuh betapa mahal kebijakan dengan visi itu. Kemarin saya baca, ada teman yang mudik dari Jakarta pukul 07, sampai Cirebon magrib. Tak terbayang bagaimana lambatnya pergerakan mobil, emisi karbon yang melonjak dan secara emosi juga melelahkan. (Semoga semua yang menempuh perjalanan darat sehat lancar aman). Hari ini kami mudik dengan kereta. Stasiun-stasiun makin memamerkan keadaban; banyak pojok menawarkan suasana hijau tanaman, toilet makin bersih dan yang paling penting diantara semua bagi saya adalah tepat waktu. Kelegaan yang membuat sehat dan penumpang terlihat normal. Kalau sudah begini saya teringat Pak Ig. Jonan yang membawa perubahan besar dunia perkeretaapian. Pemimpin yang punyai visi, disiplin, jujur meneladani, itu semua terlihat dari jejak karyanya. Terimakasih Pak Jonan, semoga sehat
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post