Saatnya Menjaga Akal Sehat Sesaat setelah informasi politisi Setya Novanto masuk rumah sakit akibat kecelakaan lalu lintas, Kamis (16/11), meme, gosip, dan kalimat satire beredaran di dunia maya. Praduga, reka peristiwa, hingga analisis pasca-kecelakaan itu jadi obrolan masyarakat dari kelas bawah hingga para elite negeri. Mobil yang ditumpangi Ketua DPR dan tersangka korupsi KTP elektronik Setya Novanto dikabarkan menabrak tiang lampu di Jalan Permata Berlian, Jakarta. Novanto pun dirawat di Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Jakarta, sebelum dipindah ke RS Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, Jumat (17/11). Sebelumnya, Novanto tercatat dua kali dirawat di rumah sakit berbeda saat akan dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi pada 11 September dan 18 September lalu. Alih-alih merasa kasihan atas naas yang dialami Novanto, pandangan warga justru cenderung negatif. Publik bukannya tak empati dengan apa yang dialami pimpinan lembaga negara itu, melainkan banyaknya ketidakjelasan dan ketidaklogisan berbagai informasi tentang sakit dan kasus Novanto membuat warga menyimpulkan apa yang terjadi. ”Otak manusia cenderung menilai segala sesuatu berdasarkan informasi yang dimiliki sebelumnya. Informasi terdahulu itulah yang membentuk persepsi masyarakat tentang Novanto,” kata Kepala Pusat Studi Otak dan Perilaku Sosial Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado Taufiq Pasiak, Minggu (19/11). Karena itu, tak salah jika masyarakat akhirnya berpandangan negatif pada Novanto. Sejak kasus korupsi KTP elektronik bergulir, Novanto beberapa kali tak menghadiri panggilan pemeriksaan KPK dengan berbagai alasan, termasuk sakit dan dirawat di rumah sakit. Belum lagi, sepak terjang Ketua Umum Partai Golkar itu dalam sejumlah kasus banyak diketahui publik.