sholikul Hardy Girinatakusumadihard

sholihul Hardi gurunatakusuma_ tukang pijat alternatif dan spiritual hubungi 082325958964...

Selengkapnya
Navigasi Web
malam cinta di palestina

malam cinta di palestina

Malam Haturan Cinta dan Harapan untuk Bumi Palestina "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan”. Penggalan dari Undang-Undang Dasar 1945 tersebut merupakan nyawa dari acara Doa untuk Palestina yang diadakan oleh Kiai Musthofa Bisri dan kawan-kawan di Jakarta, Kamis (24/8). Gus Mus, panggilan karib Musthofa Bisri, mengatakan, hubungan Indonesia dengan Palestina akrab sejak Indonesia masih bernama Hindia Belanda. ”Palestina adalah salah satu bangsa pertama yang mengakui kemerdekaan kita,” ujarnya. Karena itu, katanya, sungguh ironis ketika Indonesia merayakan 72 tahun kemerdekaan, Palestina yang belum mereguk nikmatnya kemerdekaan memberi ucapan selamat. Karena itu, Gus Mus ingin mengingatkan kembali bangsa Indonesia tentang saudara nun jauh di sana, di Timur Tengah, yang masih berada di bawah kaki penjajah itu. Caranya dengan mengadakan pembacaan 40 puisi karya penyair Palestina yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia. ”Tahun 1982, saya dan Gus Dur (Abdurrahman Wahid) pernah mengadakan acara serupa,” ucap Gus Mus. Acara ini sekaligus mengenang Gus Dur di bulan kelahirannya. Hadir juga Duta Besar Qatar untuk Indonesia Ahmed Jassim Al-Hamar dan Konselor Kedutaan Palestina untuk Indonesia Thahir Hamad. Puisi yang ditampilkan antara lain karya Mahmoud Darwish, Adonis, dan Fadwa Touqan. Semua menyuarakan perdamaian, persaudaraan, dan perjuangan untuk kemerdekaan. Para penyair itu berasal dari berbagai agama dan suku bangsa di Palestina. Ini menunjukkan Palestina sebagai bangsa yang berbudaya dan kaya akan karya sastra. Merefleksikan itu, 24 pembaca puisi di Indonesia pun berasal dari berbagai latar belakang suku, agama, dan profesi. Ada pakar hukum Mahfud MD, ulama Quraish Shihab, seniman Butet Kartaredjasa dan Slamet Rahardjo Djarot, penyair D Zawawi Imran dan Joko Pinurbo, serta artis Renny Djajoesman. ”Ini untuk mengingatkan masyarakat, Palestina sama dengan Indonesia. Mereka bangsa yang majemuk,” kata Gus Mus. Kepedihan penjajahan tecermin dalam puisi karya Samih Al-Qasim, perempuan pujangga Nasrani yang karyanya berjudul”Risalatun Ilallah” (Surat untuk Tuhan) diterjemahkan Ulil Abshar-Abdalla dan dibacakan oleh Fatin Hamama. ”...wahai Bapa kami penguasa alam, beribu-ribu iman kami kepada-Mu dan seterusnya. Dari ladang-ladang kesengsaraan kalimat-kalimat kami melesat. Dari lautan yang tak lagi berpulau, tak ada lagi yang tersisa kecuali layar-layar ingatan yang menyakitkan”. Asep Zamzam Noor membacakan puisi dari buku anak-anak bergambar yang pengarangnya tidak diketahui. ”Kucing senang berkeliaran di jalan. Tapi, seliar-liarnya kucing, ia punya rumah yang dibanggakan. Burung punya rumah, yaitu sarang burung yang indah. Tapi, orang Palestina tidak punya rumah. Kemah-kemah dan tenda bukanlah rumah ataupun kampung halaman”. Semangat perjuangan Thahir Hamad dalam sambutannya mengatakan, sastra merupakan salah satu bentuk perlawanan rakyat Palestina terhadap penjajahan. ”Menegaskan bahwa bangsa Palestina tidak bisa dibungkam. Inilah yang disebut sastra penjara di Palestina. Para pujangga yang terus menyuarakan kemerdekaan dari balik jeruji besi. Semangat perjuangan ini serupa dengan yang dikumandangkan Chairil Anwar, Mochtar Lubis, dan Sutan Takdir Alisjahbana,” ujarnya. Dia melanjutkan menggunakan bahasa Indonesia, ”Semoga saudara-saudara Indonesia selalu berjaya dan bersatu. Umat Islam, Nasrani, Hindu, dan Buddha dari Aceh sampai Papua hidup bersama di bawah Merah Putih.” Putri bungsu Gus Dur, Inayah Wahid, yang juga pelopor Positive Movement, gerakan perdamaian yang menargetkan generasi muda, mengingatkan agar isu Palestina tak dipandang sekadar sebagai konflik agama dan politik. ”Permasalahan di Palestina adalah tragedi kemanusiaan. Sebuah pelanggaran hak asasi manusia yang fundamental,” kata Inayah. Dia berharap generasi muda Indonesia bisa belajar dari pengalaman Palestina sekaligus memberi dukungan untuk terwujudnya Palestina yang damai dan berdaya. (LARASWATI ARIADNE ANWAR. Kompas, 25-8-2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post