MENJEMPUT MIMPI DI KOTA JAMBI

**

Dasrun bersuka cita, karena naik kelas 3. Dibagikannya cerita bahagianya kepadaku, saat kami ngaji malam di mushola.

Terlihat betul Dasrun sangat bahagia. Tapi diraut wajahnya ada sedikit rasa kecewa, karena menyayangkan aku, tidak ikut ujian kenaikan kelas.

Ya, begitulah Dasrun. Sahabat terbaikku itu yang selalu ada untukku.

Aku tidak menyesal tidak ikut ujian, ntah lah sama sekali tidak punya rasa penyesalan. Padahal kan otomatis aku tidak naik kelas.

Tapi dihati aku punya keyakinan, kalau suatu saat aku akan tetap melanjutkan sekolah.

Saat ini memang tidak ada pilihan lain, kecuali memang harus bekerja dan menghasilkan uang.

Dengan uang gajian sebesar 70 an ribu rupiah sebagai buruh harian lepas. Akhirnya aku bisa membeli baju lebaran sendiri, dan baju adik-adikku walaupun itu sekedar baju rombengan ( bekas) di pasar.

Aku pun dapat membelikan orang tua minyak sayur dan tepung terigu, untuk membuat pisang goreng, sekedar untuk hidangan jika ada para tetangga yang silaturahmi ke rumah.

Rasa bangga dan bahagia sangat lebih kurasakan dibandingkan hanya sekedar menerima rapot kenaikan kelas saja.

Tak terasa beberapa bulan telah berlalu. Dan aku pun sudah merasakan beberapa kali yang namanya menerima uang gajian dari hasil jerih payah sendiri.

Batinku mulai berontak. Tiba-tiba hadir dalam hatiku rasa ketakutan. Takut akan masa depan yang suram. Apakah aku harus terus begini?. Selalu menjadi pekerja buruh sampai tua nanti?.

Bersambung...

Bunga Antoi, 09 02 2022

#tantangan menulis hari ke-40