Pagi ini, melalui sebuah tulisan di whatsapps saya menghubungi salah satu tim kesiswaan saya, sebagai Koordinator Kesiswaan, saya memiliki tiga orang guru yang saya tunjuk sebagai bagian dari tim kesiswaan. “Pak Dayat, tolong nanti dipersiapkan untuk pemilihan pengurus OSIS yang baru ya, kalau bisa dalam minggu minggu ini saja, supaya tidak terlalu lama prosesnya?”. Kataku dengan pak Hidayatullah, S.Pd, seorang guru Bahasa Indonesia yang ikut program Guru Garis Depan (GGD 2017), berasal dari Aceh, dan di tempat tugas kan di SMA kami.

“Oke pak Sil, siap?, kira kira saya minta arahannya ini, kira kira apa yang bisa jadi panduan saya nanti untuk menyampaikan kepada para kandidat?”. Katanya lagi. Saya kemudian memberikan gambaran, sebagai pedoman untuk menentukan pedoman bagi para calon Ketua OSIS.

Setibanya di sekolah, sayapun menemui beliau, dan kami santai membicarakan hal yang barusan kami bahas di whatsapps.

“Oya pak sil, maaf sebelumnya, kalau seandainya apa yang saya kerjakan nanti tidak maksimal, soalnya beberapa hari ini saya masih kepikiran dengan anak saya yang sakit, barusan saya bicara sama istri saya yang ada di Kalbar sana, bagaimana untuk menangani anak saya yang sedang sakit itu, kata keluarga yang ada di Aceh juga menyarankan, kalau anak saya diperiksa juga oleh dokter lain, untuk memastikan putra saya itu terkena sakit apa, soalnya benjolan di sekitar lehernya itu yang bikin saya agak kuatir, yah semoga saja bisa segera ditangani, dan kemungkinan kalau nanti saya harus ke sana, pasti ada beberapa pekerjaan yang tidak bisa saya kerjakan disini, rencananya saya mau bawa anak saya itu di periksa di kotanya saja pak, mungkin juga istri terpaksa harus ijin juga dari pekerjaannya, jadi kalau saya beberapa hari ini tidak maksimal mengerjakan sesuatu, sebenarnya itu tadi, kepikiran dengan putra saya itu pak?, maaf juga ini pak sil, mungkin ini juga curhat saya yang saya sampaikan, sama bu Rahmi, juga saya sudah sampaikan, sekiranya nanti jadi saya pulang ke Kalbar, kemungkinan untuk mengisi kekosongan pelajaran yang saya ampu, saya minta bu Rahmi bisa bantu saya secara propesional juga”. Kata pak Hidayat pelan.

Saya mendengarkan dengan seksama keluhan dari tim Kesiswaan saya itu, memang menjadi pikiran, jika ada keluarga apalagi si buah hati yang masih kecil sedang sakit, ia bersama istrinya yang juga bekerja sebagai Guru Garis Depan, dengan tempat tugas yang berbeda dan jarak yang sangat jauh walaupun masih berada di satu pulau, yakni Kalimantan, tetapi tetap menjadi kendala, karena tidak bisa dengan cepat untuk tiba ke tempat istrinya, butuh waktu dua belas jam perjalan darat.

Nampak dari raut mukanya, ia cukup prihatin dengan putranya itu, ada beberapa gejala penyakit yang harus segera di tangani dan diobati secara intens. Namun karena tugasnya sebagai GGD, ia hanya berkomunikasi dengan istrinya melalui handphone untuk mengetahui keadaan putranya itu.

Aku memandangi tim ku itu dengan penuh perhatian, dan memberikan dukungan moral dan semangat untuk menjalani semua pekerjaan yang dilakukannya, dan juga berharap anak laki lakinya yang masih balita segera ditangani dengan cepat