Proses belajar mengajar, setiap jam pastilah ada yang menyenangkan ada juga yang bisa membuat jenuh, kalau ukurannya adalah faktor suhu udara. Kalau proses belajarnya sekitar pukul enam hingga pukul sembilan, giat belajar sedang asyiknya karena suhu udara yang tidak panas. Walaupun didalam ruangan tidak ada pasilitas kipas angin. Karena ditempat kami memang tidak ada ac.

Masuk lagi untuk mengikuti proses belajar antara jam sepuluh hingga pukul dua belas, suhu sedang naiknya, hawa panas mulai terasa masuk kedalam kelas. Hembusan angin menjadi faktor yang menyebabkan hawa panas itu hilir mudik di dalam kelas. Hingga ruangan pun perlu hembusan angin tambahan melalui kipas angin.

Keringat sudah mulai satu persatu berlomba keluar dari pori pori kulit karena kurang kerasnya hembusan dari kipas angin. Akhirnya buku buku tulispun terpaksa dipakai untuk menambah hembusan angin untuk mengkipas kipas diri agar tidak basah oleh keringat.

Kalau sudah begini, maka kenyamanan belajar sudah mulai dan akan terganggu. Apalagi mata pelajaran yang digeluti kurang asyik dinikmati karena sulit bagi sebagian anggapan peserta didik. Jika sang guru melihat kondisi seperti ini. Akan menimbulkan samangat mengajar memasuki tahap cobaan. Entah bisa baperan karena melihat tingkah polah peserta didik yang sudah mulai jenuh.

Bagi yang ber AC tidak jadi persoalan, udara yang sejuk berpengaruh dengan kondisi fisik peserta didik dalam proses belajar, bagi yang tidak punya. Pasti mengandalkan kipas angin. Terus bagi yang tak punya kipas angin, pasti kencang kencanglah mengkipaskan buku buku tulisnya.

Ternyata proses belajar itu, perlu pengorbanan. Sekecil apapun pastilah pengorbanan itu. Pastilah punya andil dalam meraih kesuksesan dalam belajar. Mampu melewati cobaan jam jam terentu yang kurang nyaman, itu juga sukses. Yang penting tau caranya untuk mengataai masalah yang dihadapi setiap menghadapi suhu panas saat didalam kelas.