SILVIANTI

Tinggal di Halaban, Kab.Lima Puluh Kota, mengajar Mapel Bahasa Indonesia di MTsN 4 Lima Puluh Kota. Motto: Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya (Ali bin Abi Thali...

Selengkapnya
Navigasi Web

INTERFERENSI  BAHASA 

Bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua bagi kebanyakan masyarakat Minangkabau. Penguasaan bahasa kedua tentu tidaklah semahir dan sefasih bahasa ibu. Kefasihan bahasa kedua secara umum dipengaruhi oleh kuantitas dan frekuensi penggunaan bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi dalam dunia pendidikan. Sebagai bahasa resmi, penggunaan bahasa Indonesia dalam pembelajaran baik secara lisan atau pun tulisan masih kurang optimal. Baik dalam pelafalan maupun dalam penulisan. Masih ditemukan beberapa kosa kata bahasa Minangkabau yang di-Indonesiakan.

Chaer dan Agustina (2004:120) mengemukakan bahwa interferensi adalah digunakannya unsur- unsur bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa yang dianggap suatu kesalahan karena menyimpang dari kaidah atau aturan bahasa yang digunakan. Tarigan (1995:16) menyatakan interferensi adalah salah satu faktor penyebab kesalahan berbahasa. Setiap orang dari masyarakat bilingual memiliki kecenderungan untuk menggunakan kosa kata lain ke dalam bahasa yang sedang digunakannya.

Kemampuan berbahasa merupakan salah satu keterampilan berbahasa selain kemampuan membaca, menulis, dan mendengarkan. Keterampilan berbahasa lisan ataupun tulisan akan terasah seiring seringnya bahasa kedua tersebut digunakan. Mengasah kemampuan berbahasa bagi peserta didik salah satunya berlangsung di madrasah sebagai lembaga pendidikan formal.

Interferensi yang terdapat dalam bahasa tulis peserta didik kelas 9 MTsN Gadut Bunga Setangkai (sekarang MTsN 4 Lima Puluh Kota) ditemukan tataran fonologis, morfologis, dan sintaksis.

1. Interferensi fonologis.Temuan interferensi fonologis yang ditemukan antara lain, saptu, menudu, suda, sawa, dan pata. Di masyarakat Minangkabau, distribusi fonem /b/ di tengah kata jika bersamaan dengan konsonan lain, cenderung disebut /p/. Sementara itu, penggunaan fonem /h/ di masyarakat Minangkabau hampir tidak ditemukan, apalagi jika distribusinya di akhir kata.

2. Interferensi morfologis. Beberapa interferensi morfologis yang ditemukan antara lain: pembuak ‘pengambek’, tersampang ‘tersekat’, terbau ‘tercium’, dibelit ‘dililit’, penangis ‘cengeng’, pelawan ‘suka melawan, dan berantam ‘berkelahi’.

3. Interferensi sintaksis. Beberapa interferensi morfologis yang ditemukan antara lain:

a) Sesampainya saya di rumah orang tua saya, saya langsung diajak bermain sama teman-teman saya, dia mengajak saya bermain betminton di halaman rumah saya

b) Saya membawa anjing dan ditariknya sekuat tenaga dan saya terjebur ke dalam rawa

c) Sebelum pergi memancing saya mencari ubi batang untuk dijadikan umpan ikan

d) Saya pergi mengait rumput untuk kerbau yang saya miliki

e) Setelah itu saya pergi membeli nasi

f) Pada hari minggu saya pergi maraton pagi

g) Hampir dua jam menanti, kail paman disambar oleh ikan garing

h) Diperjalanan saya menemui ada anak yang kesakitan karna jatuh dari sepeda

i) Sesampainya di tepi sungai paman memarut ubi batang untuk memancing ikan supaya mendekat.

j) Setelah itu paman membuat umpan dari ubi tadi dan dilemparkannya pancing ke tengah sungai.

k) Setelah teman-teman saya sudah mencari kayu, saya menghidupkan api

l) Keempat, lalu kasilah pupuk sesudah beri pupuk langsung siram

m) Tunggu loading agak 15 menit

n) Kalau diubah-ubah nantik pohon yang dicangkok tidak akan berbuah

Melalui observasi dan wawancara singkat dengan peserta didik ditemukan fakta bahwa penggunaan bahasa Indonesia hanya dilakukan ketika dalam proses pembelajaran saja. Hal ini tentu berpengaruh terhadap kefasihan mereka dalam mengaplikasikan bahasa tersebut secara lisan dan tulisan.

Kedepannya diharapkan intensitas penggunaan bahasa di kalangan peserta didik di lingkungan pendidikan formal menjadi perhatian kita semua. Selain untuk kefasihan berbahasa juga untuk memperdalam rasa cinta terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

_________. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post