Semenjak kelas Sagu Sabu berakhir aku jadi makin akrab dengan gawaiku, telepon pintar atau netbook. Anak-anak agak protes, begitu juga sang imam, lantaran waktu untuk bersenda gurau agak berkurang. Tapi kelihatannya mereka juga menikmati kesibukanku dan sangat bersemangat memotivasi aku untuk banyak menulis.

“Kalau ibuk ada buku, kita kan bangga, ibu bisa jadi penulis hebat.”

“Tapi ibuk sedih, kita belum bisa berenang tiap Ahad, sampai buku ibuk selesai.”

“Tenang bu, it ok, gak apa.....” kulihat kejujuran di binar matanya.

Kupeluk si Buyung “Terima kasih sayang.....”

“Sama-sama Ibuk sayang, kita senang Ibuk buat buku, kalau Ibuk sering nulis, kita jadi jarang diomelin, kata si Buyung santai. Jujur sekali kamu nak. OK Buyung, kalaupun nanti buku Ibuk sudah selesai Ibuk tidak ngomel-ngomel lagi. Karena Ibuk juga akan ikut tantangan menulis , kataku dalam hati. Hiks .

***