Jarum jam menunjukkan pukul 16.00 sambil menungģu giliran masuk untuk berjumpa sesorang yang berseragam putih dilengkapi APD lengkap si mungil kesayangan menatap cemas dan merintih memegangi pèrut bagian bawahnya sàmbil sesekali jari mungilnya bergerak menyentuh layar gadgetnya dan sesekali tertawa rìang menghilangkan ràsa sakit yang dialaminya karna mènyaksikan game kuda poninya yang sedikit menghiburnya.

Ruang dingin dengan berbagai macam alat rekam, scan dan rontgen mulai dimasuki si mungil didampingi bunda dengan kursi dorong untuk mengikuti saran pria bersèragam putih saat pertama kali berjumpa tadi. Kecemasan si mungìl terus memuncak sehingga terlontar ucapan lirih dan memelas penuh rasa ketakutan yang luar biasa " Cuma difoto perutnya saja kan dok? Aku tidak dirawatkan mah? Aku tidak dioperasikan mah?, Perasaan bunda mana yang tak terenyuh hatinya mendengar kecemasan sang buah hati yang sangat belia menyimpan kecemasan dan ketakutan dan rasa sakitñya tanpa berteriak dan menangis selayaknya anak seusianya yang berumur 4 tahun

Bersamaan dengan suara adzan magrib ďimana semua orang bersukà cita menyiapkan hidangan untuk berbùka puasa, datànglah wanita berseragam putih lengkap di ruang ICU anak mengabarkan kepada keluarga si mungil yang telah lama menunggu dengan kecemasan dan sangat keletihan bahwa ananda mereka harus segeŕa masuk ruang operasi karna radang usus buntu (Apendiksitis) akut. Bagai disambar petiŕ di siang hari ayah dan bunda si mungil mendengarnyà