Febria Zela Syabilla, M.Pd

Guru SMAS MANARUL QUR'AN PACIRAN || Ketika Kaki Harus Terus Melangkah || ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Bahasaku Bahasa Hatimu

Di ruang kelas siang itu, tanganku dan tangannya saling berpegangan. Ya niat hati ingin mengambil tas yang dibawanya namun apalah tanganku belum sempat meraihnya ternyata Mimi kecil sudah dengan cepat menggendong tas mungilnya. Sedangkan waktu itu sudah masuk jam persiapan sholat dhuhur.

"Mimi, ayo wudhu! tidak bawa tas! Ucapku dengan berusaha melepas tas punggungnya.

Setelah satu lepas namun kurasa yang satu masih kuat ia menahaninya.

Aku masih berusaha melepas tas kecil itu. Dan akhirnya kumelepas napasku.

Mimi kemudian berlari ke kelas sebelah dengan perasaan yang aku tidak pernah mengetahuinya. Melewati kelas satu dan sampai pada kelas tiga dia masuk dan berupaya menutup pintunya. Namun sebelum dia berhasil menutup pintu, aku dengan kuat mendorong pintu itu agar tidak benar-benar di kunci. Ya maklum saja aku khawatir akan hal itu.

Setelah kudapati dia dan aku tepat berada di depannya. Aku menyentuhnya pelan dan kupegangi kedua lengannya. Kutatap matanya yang perlahan basah dengan air mata. Juga bibirnya yang bergetar tanpa kata.

Aku merasa sakit pada diriku sendiri. Bagaimana tidak, bocah sekecil mimi perasaan sungguh luar biasa.

"Mimi, mimi tidak boleh seperti itu yaa!

Ibuk sayang mimi. Kalau wudhu tasnya tidak di bawa ya?" Aku mencoba menjelaskan kepadanya.

Mata mimi yang bulat dan hitam memandangiku dengan rasa bersalah. Ia sedikit menunduk

Aku menyenggadahkan tanganku, memberi isyarat aku ingin dipeluknya. Tanpa hitungan detik si kecil Mimi memelukku erat, kemudian melepas pelukannya dan memandangiku. Di sana sudah tidak kujumpai genangan yang basah di sudut matanya. Namun ketika tangan, tubuh kecilnya berada dalam pelukanku mengapa aku yang ingin memuntahkan air mata ini. Dadaku sesak.. Ya Robb ijinkan kami bertemu di Surgamu nanti. Gumamku dalam hati.

Aku memandanginya dengan tatapn yang sama seperti dia memandangiku. Kuulurkan tanganku meminta maaf kepadanya. Ya bagaimanapun dia-(Mimi) aku lah yang setiap saat harus meminta maaf. Apapun dan bagaimanapun itu, minta maaf adalah kebiasaan bagi kami jika telah melakukan kesalahan.

"Mimi, maafkan ibuk ya?" Ucapku padanya.

Mimi kecil hanya diam saja. Entah apa yang ada dipikirannya dan ada di hatinya. Yang jelas aku beberapa kali mengucap kata maaf itu.

Sampai pada terakhir kubilang meminta maaf kemudian dia mengangguk ya pertanda kalau dia memaafkanku.

Lega lah rasanya hatiku.

Setelah itu yang membuatku semakin ingin tetap bersamanya di sini adalah keseharian bersamanya yang tanpa diduga.

Cerita-cerita dan pelajaran yang sangat berharga bagiku.

Kupeluk dia lagi dan kemudian kugenggam tangan kanannya beranjak mengambil air wudhu di belakang. Tetapi sebelum mimi kecilku mengambil air wudhu kurapikan bajunya.

"Tuhan, jika pertemuanku tergantikan. Ijinkanlah aku bertemu dan memeluknya seperti pelukanku saat ini". Doaku sambil menggandeng tangan kecilnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post