Febria Zela Syabilla, M.Pd

Guru SMAS MANARUL QUR'AN PACIRAN || Ketika Kaki Harus Terus Melangkah || ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Ketika Cinta (2)

Ketika Cinta (2)

Kebahagiaanku mengabarkan ke mas Rehan memang bersambut. Namun setelah seminggu aku bertemu dengannya kerisauan seperti terbentur di wajahku. Ya, bagaimana tidak aku harus kembali pulang untuk menyelesaikan Tesisku. Huh..

Sebelum aku pulang, aku duduk di ruang depan dan entah mengapa suara-suara mas Rehan seperti mengiringi ingatanku.

"Apakah ini yang namanya cinta?". Gumamku dalam hati.

Kemudian mas Rehan datang dan membuyarkan lamunanku.

Senyumnya dan tatapan matanya. Aah mas Rehan..

Kupeluk ia..

Dan ia mengeryitkan dahinya.

"Sabar sabar" ucapnya sambil mengusap kerudung panjangku.

Aku hanya bisa menarik napas dalam-dalam dan kemudian mengubah posisi dudukku. Kupandangi suamiku masih tanpa kata-kata.

Kemudian ponselku berdering, kutemui suara tanpa salam.

"Sha, kamu sudah di rumah?" Tanyanya.

"Masih di rumah suami Mir" Jawabku lemas.

"Gini Sha, aku dah rekrut temen-temen yang kemarin ikut kajian. Ya mereka siap join d bisnisnya kita." Jelas Almira sahabatku.

"Alhamdulillah, Mira. Terima kasih ya" ungkapku.

"Sha.." suara almira tiba-tiba parau.

"Iya, Mira. Kenapa tiba-tiba suaramu menghilang?"

"Ada hal yang ingin kubicarakan serius dengamu." Jelasnya.

"Oh iya Mira sabar dulu ya, kita ketemu besok di rumahku yaa"

"Terima kasih, Sha. Sampai jumpa besok dan hati-hati. Assalamu'alakum"

Wa'alaikumsalam..

Rehan memandangiku.

"Kenapa sayang?" Tanyanya.

"Almira nanya kapan pulang, ya sama ngabari sih kalau ada beberpa teman kajian yang mau join dibisnisku" jelasku pada padanya.

Mas Rehan manggut-manggut.

***

Langit sore itu mengisyaratkan kegwmbiraannya, senja di kemerah-merahan telah menembus kaca ruang tamu. Ya, rumah mas Rehan memang berada di dataran tinggi dan pemandangannya sungguh indah.

Aku membereskan barang bawaanku, termasuk beberapa barang orderan telah ku packing dengan rapi. Mas Rehan, dia tiba-tiba datang mengagetkanku.

"Sayang, aku punya sesuatu untukmu?" Ucapnya dengan menyodorkan bingkisan bersampul merah jambu itu.

Aku senyum-senyum dan langsung kuraih tangan mas Rehan, kucium punggung tangannya.

"Terima kasih, mas." Ungkapku.

Kubuka bingkisan tersebut, dan aku terpesona dengan sepotong gamis.

Mas rehan..panggilku.

Namun mas rehan tidak berucap kata apapun, yang ada hanyalah sorot matanya yang berbicara.

Tiba-tiba ponselku berdering, kulihat.

Mas Zaky memanggil.

Aku jadi gemetar ketika mas Zaky mulai berucap kata.

Dek, Shabrina?

Iya mas..ini aku Shabrina..

Dek..

Iya mas..

Kita harus sabar ya, Mbak Syifah sudah kembali penghadapNya. Ujarnya dengan suara yang tiba-tiba menghilang.

Innalillahi wa innailaihi rojiun..kuusap air mataku yang tiba-tiba juga membasahi pipi ini.

Mbak Syifah, dia kakak iparku yang sangat baik sekali. Dia yang sering mengajakku ke tempat pengajian dan dia pula lah yang menginspirasiku untuk berhijrah lebih baik laogi. Mbak syifah pula lah yang mengajariku cara menjalankan bisnis online dan offline yang saaf ini sudah bisa dikatalakan mendekati sukses.

Namun sayang, Allah lebih dulu memanggilnya. Kepergiannya dengan cobaan sakit yang menimpanya berkali,kali tapi dia tetap bersyukur. Ya, masa orang hidup tiada yang tahu selain Tuhan. Sejatinya manusia hanya bisa mempersiapkan, sebab kapanpun malaikat maut datang menjemput tiada dari manusia yang mengetahuinya. Entah setelah melakukan aktifitas hari ini, esok ataupun lusa.

Kutegaskan sekali lagi, mbak syifahku dia pergi setelah berhasil melawan penyakitnya. Selamat jalan mbak Syifahku..

...

Mas Rehan menepuk-nepuk pundakku.

"Sabar ya sayang, semoga mbak syifah tenang disisiNya..

***

Sore itu setelah langit perlahan mulai gelap, dan aku masih dengan berbalut duka terpasang di wajahku.

"Aku diantar sama mana mas?" Tanyaku sambil memboyong barang bawaanku ke mobil.

"Sampai rumah!" Jawabnya.

Aku kaget dan kuulang lagi pertanyaanku.

"Sampai mana?"

"Sampai rumah". Jawabnya kalem.

Aku melongo melihatnya.

"Aku antar sampai rumah, kan orang rumah lagi berduka. Aku ingin bertakziyah". Jelasnya.Oooh..ucapku spontan.

Kemudian aku dan mas rehan berangkat Ke kotaku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpennya keren

19 Feb
Balas

Terima kasih,

19 Feb

Wah sudah pinter buat cerpen ya

19 Feb
Balas

Belum pinter pak guru.. hihihi masih belajar ini ..

19 Feb



search

New Post