Kompetisi
Sekarang sedang ramai pemberitaan di media massa tentang pemecatan Helmy Yahya sebagai Direktur TVRI. Saya baru mengetahui bahwa beliau itu Direktur TVRI, ternyata sudah sejak dua tahun yang lalu beliau menjabat. Ketinggalan informasi karena sudah lama sekali tidak menonton program-program televisi Indonesia lagi. Tak penting juga mungkin ya?
Namun ada hal yang menarik, Helmy Yahya menyampaikan bahwa beliau diperlakukan dengan peraturan yang sangat „ketat”. Seluruh aktifitasnya dipantau terus, bahkan seakan berlebihan diterapkan aturan kepada beliau. Padahal kiprah beliau saat menjadi Direktur TVRI sudah membawa pembaruan pada program-program TVRI, salah satu prestasinya TVRI diakui sebagai stasiun televisi yang ramah anak. Pemecatan beliau sebagai Direktur TVRI pun dianggap tidak beralasan, sehingga membuat 4000 karyawan TVRI keberatan dengan pemecatan tersebut.
Pada kesempatan ini, saya bukan fokus pada kondisi Helmy Yahya tetapi saya lebih tertarik dengan hubungan interpersonal antara manusia dalam kasus ini. Di dunia ini terjadi persaingan ketat, kalau ini dikatakan persaingan, manusia berlomba untuk terlihat unggul. Dalam segala hal kondisi ini berlaku. Persaingan/kompetisi itu merupakan salah satu ciri dari makhluk hidup. Dalam segala aktifitas kehidupan makhluk hidup harus bersaing untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Banyak cara dilakukan untuk berhasil dalam beradaptasi ini. Demikian pula berlaku bagi manusia, sebagai makhluk hidup yang memiliki kelebihan dari makhluk hidup lain yaitu manusia itu berakal. Namun sayangnya, akalnya ini tidak selalu digunakan untuk sesuatu hal yang positif tetapi juga hal yang negatif. Kemampuan berkompetisi sebagai ciri yang melekat pada diri manusia sebagai salah satu makhluk hidup membuat manusia mencari akal bagaimana menjadi yang unggul. Berbagai cara akan ditempuh untuk mencapai tujuannya, yaitu manusia unggul!
Cara-cara yang dilakukan bisa secara beradab atau tidak beradab tergantung manusia itu menjalani kehidupannya dengan beragama atau tidak. Memiliki keyakinan akan keberadaan Tuhan membuat manusia akan mengontrol dirinya dalam menjalankan kehidupannya. Dalam bertindak manusia akan mempertimbangkan benar dan salah sesuai ajaran agamanya. Namun, apabila kebutuhan dunia yang lebih diutamakan, ajaran agamapun menjadi prioritas yang kesekian. Tindakan-tindakan yang akan dilakukan menjadi tak terkontrol, yang akhirnya cara-cara tak beradab pun dilakukan yang penting manusia tersebut bisa mengungguli manusia yang lain.
Kompetisi tak kan pernah terhindarkan dalam kehidupan di dunia ini....
Tantangan hari ke-3
#TantanganGurusiana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar