Sinthesia

Guru SMA Negeri 1 Cisarua...

Selengkapnya
Navigasi Web
Beri Aku Waktu

Beri Aku Waktu

Beri Aku Waktu

Bel berbunyi, bergegas aku menuju ke kelas dan kulangkahkan kakiku secepat mungkin. Di dalam kelas terlihat murid-murid ku telah bersiap untuk mengaji yang merupakan pembiasaan di sekolah pada awal pembelajaran. Setelah selesai mengaji dan berdoa. Kulanjutkan untuk mengecek kehadiran murid-murid. Terdengar pintu di ketuk dan masuklah salah seorang muridku “Maaf bu saya kesiangan”. Kupersilahkan anak tersebut untuk duduk.

Lelah sudah aku mengajar kemudian aku duduk di kursi ruang guru. Tiba-tiba datang anak yang tadi pagi kesiangan waktu jam pertama aku mengajar di kelas tadi. Anak tadi memperkenalkan dirinya, "Maaf bu, mengganggu nama saya Dzikri, tadi pagi saya kesiangan masuk jam pertama karena saya habis dari rumah sakit. Saya sering sakit dan sering tidak masuk ke kelas, saya masih ingin belajar tapi kondisi tidak memungkinkan, saya khawatir tidak bisa mengikuti ujian nasional.”

Satu minggu berlalu dan benar, Dzikri kembali tidak masuk sekolah. Bergegas setelah mengajar aku pergi menuju rumah sakit untuk menjenguknya. Sesampainya di rumah sakit terlihat Dzikri badannya lemah dengan penuh infus. Aku bertemu dengan ibunya dan menceritakan awal dari akar penyebab sakitnya. Menurut ibunya, Dzikri sering begadang untuk mengerjakan tugas di sekolah karena keinginan yang tinggi untuk menyelesaikannya, diselingi minum kopi yang terlalu banyak, sampai-sampai ampas kopinya diminum habis. Gejalanya sering pusing dan akhirnya harus transfusi darah.

Ketika dua bulan menjelang ujian nasional (UN), ibunya Dzikri datang dan meminta keringanan agar Dzikri bisa mengikuti UN dan dari pihak sekolah memberikan keringanan untuk memperbolehkan sekolah semampu Dzikri bisa mengikuti kegiatan belajar karena pertimbangan melihat kondisi kesehatannya.

Kulihat Dzikri masuk untuk belajar, tapi entah kenapa dia mengeluh. “ Saya merasa teman-teman menjauhi saya karena sering tidak masuk.” Aku pun berkata padanya “ Itu hanya perasaan mu saja Dzikri, mungkin teman-teman mu itu sama-sama sibuk untuk mempersiapkan UN. Sekarang kamu harus mempersiapkan UN, coba kamu kejar pelajaran yang ketinggalan.”

Menjelang UN itu Dzikri benar-benar berusaha untuk mengejar ketinggalan selama dia tidak masuk dengan cara meminjam catatan dari temannya, sampai menghadap ke tiap guru-guru untuk meminta tambahan waktu (les). Aku sempat mengatakan pada teman-temannya bantulah Dzikri semampu kalian bisa dan janganlah kalian merasa keberatan untuk membantunya.

Hari itu UN aku melihat Dzikri telah siap melaksanakan ujian dengan baik, walaupun aku tetap khawatir takut sakitnya kambuh tapi Alhamdulillah Ujian dapat diikuti oleh Dzikri dengan lancar. Ku lihat Dzikri tersenyum karena bisa mengikuti ujian dengan baik. Diakhir pengumuman kelulusan UN, Dzikri dinyatakan lulus. Begitu bahagia nya Dzikri sambil berkata "Terimakasih bu".

Seperti umumnya diakhir penghujung kelulusan selalu diadakan kegiatan perpisahan dan aku tak menyangka Dzikri mau mengikuti perpisahan untuk siswa kelas XII. Terlihat dia berbahagia dapat berfoto dengan teman-temannya. Selamat yah Dzikri, cepat sehat dan beraktivitas kembali. Itu pertemuan terakhir aku dengannya.Aku pun turut bahagia melihatnya, karena akhirnya Dzikri dapat lulus dan menamatkan sekolahnya dengan baik.

Satu bulan berlalu hp ku berbunyi dan ada kabar dari ibunya Dzikri bahwa anaknya meninggal. Kaget aku mendengarnya ketika aku melayatnya terbujur kaku tubuhnya dengan penuh senyum seolah-olah mengatakan bahwa tugasku sudah selesai sebagai anak.

Ibunya menceritakan bahwa seminggu setelah perpisahan itu Dzikri sering sakit dan terus-terusan transfusi darah sampai akhirnya pindah ke rumah sakit yang tidak biasanya karena mengingat dekat dengan lokasi rumah. Disanalah terjadi transfusi salah golongan darah dari faktor rhesus. Dari pihak rumah sakit telah diberitahu sebelumnya agar memperhatikan golongan darah Dzikri O Rhesus positif. Tapi entah kenapa dari pihak rumah sakit hanya memperhatikan cukup golongan darah O nya sedang kan mereka memberikan Rhesus negatif dan menjawab tidak apa-apa kan sama-sama golongan darahnya O ini. Detik-detik terakhir Dzikri saat transfusi darah almarhum terlihat hanya tersenyum dengan melambaikan tangan dibalik kaca ruangan. Seolah-olah merupakan lambaian terakhir nya. Sambil terbata-bata ibu nya Dzikri melanjutkan ceritanya "Saat itu terlihat almarhum secara perlahan-lahan menutup matanya dan vonis terakhir dokter hanya mengatakan maaf tidak tertolong bu."

Saat itu kuberanikan diri memberikan foto terakhir perpisahan Dzikri yang kubawa dan kuberikan pada ibu almarhum. Dengan mendekap erat foto tersebut sambil berbisik " terimakasih Ya Allah Kau telah berikan waktu buat Dzikri untuk menyelesaikan keinginannya."

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terharu Bu Sinthesia. Jika bagian akhirnya dibuat panjang, pasti lebih dapat feel-nya.

29 Apr
Balas

Bagus ya, tinggal pengembangan ceritanya ..semangat ceu !

29 Apr
Balas

terimakasih bu

30 Apr

Iya terimakasih masukannya

29 Apr
Balas



search

New Post