Kisah cinta Roro Jonggrang dengan Bandung Bondowoso adalah kisah cinta yang heroik. Cinta itu tumbuh, namun dibarengi dengan "dendam", karena sang Ayah Raja Boko meninggal ditangan Bandung Bondowoso. Meski sejatinya Roro Jonggrang jatuh cinta pada Bandung Bondowoso karena kedigdayaan dan ketampanan sang Bandung Bondowoso, namun bujukan dendam itu mengalahkan cintanya. 

Akhirnya cinta itu berujung pada KECURANGAN, diumumkanya lah Roro Jonggrang yg menang di DINI HARI, disuruhlah pengikut-pengikut setia Roro Jonggrang untuk membunyikan alat penumbuk padi tanda fajar sudah menyingsing. Begitu kecurangan dimulai. Melihat ini semua, Bandung Bondowoso menjadi murka, sampai detik hampir kemenanganya tinggal 1 arca yg belum dibuat saat Roro Jonggrang mengumumkan kecurangan mencuri waktu fajar menyingsing. Dan Roro Jonggrang lah akhirnya yang menggenapkan kecurangan menjadi arca sebagai tumbalnya.

Sedangkan, batu-batu masih berserakan gambaran rakyat (pengikut) setia pada Roro Jonggrang, mereka adalah sisa-sisa batu yg beserakan di halaman Candi Prambanan, batu-batu adalah gambaran RAKYAT kecil yang menjadi Korban, iya berserakan, bak sudah tak berguna. Mereka korban dari sebuah bangunan yg tak selesai dalam satu malam, sampai kini pun masih seperti itu beserakan di halaman sebuah legenda negara Prambanan. Dan, jika pun dibangun tak mungkin dibuat seindah Arsiteknya Bandung Bondowoso. 

Cerita kesamaran kehidupan antara Cinta dan keserakahan dalam segala bentuknya akan selalu hadir pada dimensi yg lain (waktu dan tempat), tapi hakekatnya sama.

#diintisarikan dari cerita Bandung Bondowoso