ANTOLOGI GURU ITU BERNAMA TRIANTOLOGI
SUDAH SAATNYA DARI MONOANTOLOGI BERINOVASI KE “TRIANTOLOGI GURU”
Mencermati semangat komunitas MGI dan Gurusianer dalam menulis, menuangkan ide dan gagasanya dalam sebuah artikel dengan berbagai kateorinya. Perlu ada inovasi dan pembaharuan ide dan gagasan dalam membuat kelompok karya sastra dimaksud. Salah satu yang paling banyak disenangi dan mudah untuk menjadi sebuah karya tulis dan diBUKUkan adalah jenis ANTOLOGI. Pengertian Antologi, disebutkan dapat berarti kumpulan karya sastra lain seperti cerita pendek, novel pendek, prosa, dan lain-lain. Dalam pengertian modern, kumpulan karya musik oleh seorang artis, kumpulan cerita yang ditayangkan dalam radio dan televisi juga tergolong antologi (Wikipedia, Indonesia).
Dalam konteks, karya sastra yang dihasilkan oleh para pendidik (guru), maka perlu dilakukan terobosan. Saya menyebutnya, Antologi yang saat ini banyak dibuat oleh para pendidik (dalam bentuk Buku yang dicetak-dipublish) adalah MONOANTOLOGI. Kenapa demikian?, beberapa alasan bisa menjadi pertimbangan sebagai kelemahan dan sekaligus untuk menjadi terobosan kedepan bagi perkembangan karya-karya sastra, khususnya yang ditulis oleh para guru ditinjau dari segi korelasi profesi yang melekat pada diri pendidik sebagai penulisnya. Saya mengamati, dengan latar belakang yang melekat pada diri pendidik dengan latar belakang AKADEMIS yang berbeda, sudah sepatutnya karya-karya sastra yang ditulisnya “haruslah berkorelasi” dengan latar belakang pendidikannya. Sebagai contoh, seorang pendidik dengan latar belakang pendidikan BIOLOGI kemudian membuat karya sastra ANTOLOGI yang semua isinya tentang PUISI, PENTIGRAF, yang muatannya seluruhnya dengan latar belakang Bahasa Indonesia. Lalu, pendidik dengan latar belakang PJOK yang notabene pastinya mengajar PJOK juga menuliskan ANTOLOGI-nya seluruhnya dalam bentuk/berlatar belakang atau bermuatan Sastra Indonesia, Puisi, pentigraf cerpen, dan sejenisnya.
Beberapa guru karya sastranya yang dipublish/diposting di MGI atau Gurusiana sudah membuat karyaa sastar dengan konten yang sesuai dengan Latar Belakang Pendidikanya. Ini sudah bagus, ide cemerlang dan akan sangat bermanfaat. Dalam konteks penulis sebagai Guru PNS/ASN karya-karya yang sudah memuat tulisan berkonten sesuai dengan latar belakang pendidikan akan membantu dalam pengajuan pengembangan diri dan kenaikan kepangkatannya. Kenapa, karena tulisannya yang mungkin dibukukan resmi sudah sesuai dengan (linier) dengan latar belakang pendidikan dan mata pelajaran yang diampunya. Memang tidak ada yang salah dengan karya sastra yang ditulisnya. Tapi dalam konteks pengajuan kenaikan pangkat idnividual, ini menjadi masalah.
Lalu bagaimana solusinya?
============================
Buatlah model karya sastra dengan jenis TRIANTOLOGI. Karya sastra TRIANTOLOGI hendaknya mengacu pada bidang keprofesian guru itu sendiri. Maksudnya karya sastra yang didsarkan kepada: Kompetensi penting jabatan guru, yaitu: (1) Kompotensi profesional, kompetensi pada bidang substansi atau bidang studi, kompetensi bidang pembelajaran, metode pembelajaran, sistem penilaian, pendidikan nilai dan bimbingan; (2) Kompetensi sosial, kompetensi pada bidang hubungan dan pelayanan, pengabdian masyarakat; dan (3) Kompetensi personal, kompetensi nilai yang dibangun melalui perilaku yang dilakukan guru, memiliki pribadi dan penampilan yang menarik, mengesankan serta guru yang gaul dan ”funky.”. Dengan demikian, karya sastra yang bapak dan ibu buat sudah memenuhi kelayakan keprofesian yang dimilikinya. Ketika, karya sastra ini diperuntukan guna melengkapi unsur-unsur penilaian Kenaikan pangkat dan golongan, karya ilmiah (KI) dalam bentuk karya sastra yang dibukukan sudah memenuhi “kompetensi” bapak dan ibu guru. Mislanya, ketika bapak dan ibu guru menulis karya sastra, bisa dibuat dari aspek “Kompetensi profesinya”, berceritalah/menulislah misalnya tentang metode pembelajaran, bercerita tentang sistem penilaian mata pelajaran yang diampu, bercerita tentang penilaian dan bimbingan, dan lain-lain, dalam kontekskompetensi profesionalismenya. Begitu juga antologi dalam bidang sosial, dan antologi kompetensi personal. Sehingga, dari kumpulan antologi-antologi itu tersusun dalam sebuah TRIANTOLOGI. Nah bentuk Triantologi Guru inilah yang “layak” diperuntukan dalam USULAN KENAIKAN PANGKAT.
Lalu, bagaimana dengan ANTOLOGI yang sudah dibuat dan dicetak untuk dipublish secara nasional Internasional?. Yups, jangan takut tidak berguna. Jika penulisnya berlatar belakang bukan Pendidkan Sastra Bahasa Indonesia, tenang saja. Karya tulis dalam bentuk Karya sastra yang dominan Sastar Indonesia, masih bisa untuk mendatangkan rejeki. Yups, cetak dalam bentuk BUKU ber ISBN lalu jual.
Semoga Bermanfaat,
Mari memulai menulis TRIANTOLOGI GURU
===========================
Limo, Ciner, Depok. Kamis, 18 Juni 2020
Siswandi Adi Nugroho
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisan yang memberikan inspiratif Mantap pak
terimakasih bu sdah mampir. Salam triantologi