"Mas, sahur-sahur!"

"Mas,sahur-sahur!"

Begitulah aku dan suamiku bergantian membangunkannya. Aktivitas ini sepertinya juga dilakukan banyak orangtua yang anaknya sedang belajar berpuasa. Kalau sudah berhasil bangun, tidak segera beranjak. Masih duduk-duduk dulu di kasur 10 menitan, setelah itu baru beranjak ke kamar mandi.

Pengen rasanya mencari cara cepat dan jitu yang membuat anakku bersemangat bangun dan sahur. Bila dibandingkan dengan diriku, anakku ini sangatlah beda. Apa karena aku perempuan ya? Aku waktu kecil kalau waktunya sahur selalu bersemangat. Malahan orangtuaku yang kasihan kalau aku puasa sampai magrib.

Aku pun mencoba menyadari perbedaan aktivitas anakku dibandingkan denganku waktu itu. Anakku baru sampai rumah sekitar pukul 14.00. Tidur di boncengan motor. Maklumlah, sekolahnya berkilo-kilo meter. Anehnya kalau sudah sampai rumah tidak mau diajak tidur lagi.

Karena mulai awal sampai hari ke-3 ramadhan masih sulit dibangunkan. Akhirnya aku mencoba menawarinya menu yang dia minta saat sahur supaya lebih bersemangat dan makannya banyak. Maklumlah anakku kurus,kalau makannya sedikit bisa dibayangkan jadinya.

"Mas,ini udang gorengnya sudah siap."

Matanya menatap gorengan udang plus soas di piring. Alhamdulillah sudah ada perubahan sedikit. Tapi,hari ini kembali pada keadaan semula karena aku lupa menanyakan makanan yang diinginkannya. Bismillah hari berikutnya bangun lebih bersemangat karena sudah terbiasa bangun sahur. Jadi,aku tidak perlulagi menanyai makanan yang ia kehendaki.