Hobbyku vs hobby suamiku

Profesi ibu rumah tangga sekaligus wanita bekerja sebagai pengawas madrasah, sangat membutuhkan tenaga dan waktu ekstra. Kesibukan mengurus rumah tangga dan menyelesaikan setumpuk tugas membuat laporan tentang madrasah binaan seakan menguras energy yang luar biasa. Hari-hari ku dilalui dengan rutinitas padat. Terkadang aku selalu merasa kekurangan waktu. Memasak, mencuci, nyetrika,bersih-bersih rumah. Kalau memasak sih aku nggak terlalu terbebani karena itu adalah hobbyku. Walaupun hobby ini hanya berlaku untuk lingkungan sendiri. Karena kalau udah mau dibawa keluar rumah aku udah nggak PD. Tapi lumayanlah untuk keluarga kecilku hobby ini cukup menguntungkan. Karena kalau memasak dengan hati itu, kata suamiku hasilnya luar biasa enaknya.

Rutinitas yang itu ke itu saja, terkadang sering membuat aku bosan, lelah dan terkadang muak. Saat rasa bosan ini datang menghampiriku maka aku selalu merengek ke suami untuk jalan-jalan. Kata anak zaman now jelong-jelong. Karena menurutku hobby jalan-jalan ini bisa sedikit mengurangi kejenuhan rutinitas tersebut. Aku bisa bersenang-senang dengan ditemani suami dan anak bungsu kami. Sekaligus bisa kuliner. Karena makan diluar juga termasuk kesukaanku walaupun tidak terlalu menonjol. Tapi terkadang permintaan jalan-jalan ini ditanggapi dingin. Suami ku tidak merespon keinginan untuk jalan-jalan tersebut. Alasannya karena aku sudah setiap hari jalan-jalan ke madrasah binaan. Lewat danau singkarak dan panorama puncak pas lagi. Aduh… memang sih setiap hari untuk melaksanakan tugas aku selalu melewati danau dan panorama yang pemandangannya memang luar biasa indahnya. Tapi itukan lagi-lagi rutinitas, nggak ada sensasinya. Karena itulah aku selalu mencari trik bagaimana agar suami ku mau memenuhi keinginan ku untuk jalan-jalan. aku juga sering memanfaatkan anak kami yana untuk ikut merengek ke ayahnya agar mau jalan-jalan. Tapi terkadang itupun tidak mempan.

Kenapa ini selalu terjadi? Karena hobby ku itu bertentangan dengan dengan hobby suami ku. Suami ku itu hobbynya berkebun dan beternak. Jadi kalau ada hari libur dan waktu senggang maka ia akan lebih memilih untuk ke kebun atau ke kandang ayamnya…nasiiib..nasiiib..aku selalu harus bersaing dengan ayam-ayam suamiku. Tidak bisa keluar karena nanti akan ada tamu yang mau nengok ayamnya untuk di beli. Atau nggak bisa jalan-jalan ke tempat wisata yang agak jauh dari rumah karena nanti pulang malam, ayamnya siapa yang masukin ke kandang. Huf..ternyata posisi ayam jauh lebih penting nih… akhirnya aku mencari cara gimana agar hobby ku dan hobby suamiku bisa sejalan. Aku buat jadwal seperti jadwal kunjungan ke madrasah binaan.minggu ini jadwalnya ke kebun dan bersih-bersih kandang ayam.. minggu besok suami harus ikut jadwal jelong-jelong bersama ku dan si bungsu kami hayyana. Alhamdulillah solusi ini luar biasa..hobby ku dan suami bisa sejalan.

Wow…luar biasa kan, dua hobby yang berbeda ini bisa akur . menurut ku ini bisa teratasi karena rasa empatyku terhadap orang yang kesusahan.aku tahu ketika aku merajuk bahkan sering marah-marah ke suami karena tidak bisa di ajak jalan-jalan, saat itu suami ku pasti sangat tersiksa, menghadapi istri yang uring-uringan. Jadi karena empaty yang dipoles rasa cinta yang luar biasalah aku coba membuat jadwal untuk menjalankan hobby masing-masing.semoga saling memahami ini selalu mengiringi langkah aku dan suami sampai akhir hayat.