Hari itu sabtu 29 Februari 2019 saya belanja kepasar kaget. Itu rutinitas saya setiap sabtu, berbelanja kebutuhan dapir untuk seminggu. Sedang asyik memiloh ikan bisa pula mata saya tertuju kepada bapak- bapak yang sedang berjualan sayur bayam.

Saya tinggal ikan yang sedang dibersihkan oleh penjualnya. Saya menuju bapak tua yang berjualam sayur bayam. Ternyata ada jengkol juga. Saya membeli sayur satu ikat dan jengkol satu kantong plastik. Total harga yang saya bayarkan Rp.7.000 saja. Kemudian saya kembali mengambil ikan dan membayarnya.

Karena sabtu itu saya sibuk, barulah tadi saya bisa memasak jengkol itu. Betapa kagetnya saya, jengkol.itu tidak seperti yang saya bayangkan. Jengkolnya masih muda enak untuk dilalap mentah saja.

Pupus sudah harapan saya untuk memasak jengkol pakai cabe rawit yang di ulek kasi bawang merah dan bawang putih diguyur sama minyak panas. Sudah terbayangkan sedapnya dilidah. Namun apalahdaya, jengkol yang saya belik itu masih muda belia.

Alhirnya saya pergi kewarung dekat rumah untuk mencari jengkol yang tua. Namun sudah habis

Demi tetap menikmati pedasnya cabe rawit mentah itu, akhirnya saya membeli petai dan ika asin. Meskilum tidak ada jengkol yang tua, untung masih ada petai yang jadi penggantinya. Makan siang saya dan keluargapun tetap nikmat. Meskipun anak saya berteriak karena pedas. Asli pedasnya ummi......