Pahalawan Devisa dan keluarga (tantangan hari ke 5)
Beliau adalah anak sulung dari bapak Nasrul dan ibu syariah. Dilahirkan pada tanggal 13 desember 1985. Beliau adalah Uni saya. Usia beliau dan saya terpaut 3 tahun. Secara fisik wajah kami hampir mirip, postur tubuh kamipun hampir sama. Menjalani hari - hari masa kecil bersama, ditemani oleh dua orang adik perempuan kami. Kami merawat mereka bersama. Bergantian mengasuhnya, memandikannya. Hingga kami tidak ada waktu untuk menikmati hari-hari seperti anak remaja lainya. Kami tidak kenal malam mingguan. Malam minggu kami itu di surau.
Kami dibesarkan darii keluarga sederhana. Kami merasakan pahit getirnya kehidupan. Berjalan kaki menempuh sekolah yang berjarak 3KM dari rumah kami. Jika hari minggu tiba, maka libur jualah uang jajan dari bapak kami. Kami melewati hari libir dengan membantu bapak dan ibu di ladang. Tidak jarang pulang sekolah hingga petang kami juga keladang. Jika tidak keladamg kami akan pergi mengembala sapi ke hutan belantara, membawa serta adik kami yang masih kecil. Kami bersyukur dengan kehidupan kami.
Hingga kami beranjak dewasa. Ketika uni saya sudah menamatkan sekolahnya di Sekolah menengah kejuruan (SMK), sebenarnya Uni menjadi mahasiswa undangan di jurusan akuntansi di sebuah universitas di Yogyakarta. Namun karena keterbatasan ekonomi keluarga uni harus mengubur dalam-dalam impiannya untuk melanjutkan pendidikanya di perguruan tinggi.
Bapak menyuruh beliau untuk merantau ke kota jakarta. Dengan berat hati ibu saya harus melepaskan anak sulungnya itu menempuh ibu kota. Berbulan-bulan lamanya Uni mengadu nasib di ibu kota tak kunjung menemukan titik terangnya. Akhirnya beliau memutuskan untuk kembali kekampung halaman kami di Sijunjung.
Disinilah perjuangan pahlawan devisa dan keluarga kami ini dimulai. Tepatnya tahun 2007, ketika Uni sekitar 2 minggu tiba dikampung. Uni mendapatkan informasi bahwa pemerintah daerah kami bekerja sama dengan penyalur tenaga kerja keluar negeri. Menyalurkan anak-anak muda yang ingin bekerja keluar negri untuk menjadi Tenaga kerja indonesia (TKI). Beliau pun meminta izin kepada ibu dan bapak, bapak adalah orang yang pertama sekali mendukung beliau untuk pergi merantau kemalaysia tepatnya.Sementara ibu belum memberikan jawaban. Lama beliau berusaha meyakinkan ibu, bahwa beliau akan baik-baik saja dan bekerja dengan sungguh -sungguh. Akhirnya dengan hati yang cukup berat ibu harus melepas anak gadis sulungnya itu kembali merantau ke negara orang. Saya sebagai anak kedua hanya berusaha memberikan keyakinan kepada ibu bahwa uni akan baik-baik saja. Ibu cukup mendoakanya saja.
Baru 1 pekan uni di malaysia, kedua adik saya yang ketika itu masih duduk di sekolah dasar, demam tinggi. Kemungkinan mereka merindukan uninya. Dengan deraian air mata say mengenai bagai mana uni merawat kami ketika sakit. Dalam hati yang lirih saya berdoa semoga uni sehat-sehat saja dirantau orang. Komunikasi ketika itu bekum lancar seperti sekarang ini. Kami hanya bisa menunggu telfon dari uni. Belum ada Whats up seperti sekarang ini. Di malysia uni saya berkerja di perusaan / kilang. Hingga akhirnya beliau bisa membantu keungan keluarga kami.
Banyak sekali jasa Uni kepada saya dan kelaurga. Saya yang memilki kemaun yang kuat untuk kuliah, dengan biaya seadanya. Kuliah sambil kerja juga saya lakukan agar kuliah selesai tepat waktu. Uni hanya berpesan, "kuliah dengan benar, uni akan membantu semampu uni,kita terlahir dari keluarga yang sederhana, tidak ada seorang pun dikelurga kita yang menjadi sarjana. Kamu harus jadi sarjana dan menjadi guru., ujarnya" Biarlah Uni tidak mengenyam bangku kuliah.. Kata-kata uni inilah yang selalu menjadi motivasi saya, hingga saya menamatkan pendidikan saya di pasca sarjana UNP. Itu semua berkat bantuan Uni dan paman saya.
Hingga kini, uni saya masih menjadi TKI sudah 13 tahun lamanya. Berkumpul satu kali dalam setahun, menjadi moment yang paling kami tunggu. Saling melepaskan kerinduan yang membucah dihati.Uni masih tetap menjadi pahlawan di keluarga kami. Sekarang uni membiyai kuliah adik bungsu kami. Setiap bulannya selalu memberi untuk si bungsu dan untuk ibu. Harapan yang sama juga ditompangkan Uni kepada sibungsu. Uni hanya berharap kelak sibungsu menjadi penari yang hebat seperti keinginannya. Dapat membuat keluarga bangga dengan prestasinya.
Sementara adik ketiga kami, menemani ibu dikampuang dengan keluarga kecilnya. Saya sudah merantau ikut suami, sibungsu kuliah di kota lain, uni juga tidak dirumah. Alhamdulillah ada adik ketiga yang menemani ibu dan bapak dirumah. Rumah masih terasa hangat dengan hadirnya cucu yang cerewet dan imut.
Sebenarnya bukan karena disana keuangan lebih baik, namun karena dinegri sendiri Uni tidak mendapatkan kesempatan bekerja. Barangkali rezki uni memang dirantau orang. Dalam setiap bait doa saya selalu meminta kepada Allah agar uni selalu dalam lindungaNYA.saya hanya berharap uni kembali kekampung halaman kami, berkumpul dengan keluarga dirumah, menemukan jodoh terbaiknya. Sebaik -baiknya hidup dirantau orang, masih elok hidup di negei sendiri.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeeen, selamat berkarya