Pocong miskin
Hari ini nadia putri sulungku ikut menemaniku di sekolah. Karena hari ini kami sekolah mulai jam 13.00 hingga jam 14.30 saja, jadi kalau aku antar dia pulang sudah tidak terburu waktu. Karena nadia pulang sekolah jam 11.30. Untuk menghilangkan rasa suntuknya, dia meminta buku dan pena kepadaku. Aku pun memberinya.
Ternyata dibuku itu dia menggambar, gak lama kemudian keluarlah kata-kata pocong miskin dari mulut kecilnya itu. Aku tertawa kecil. Kenapa miskin pocongnya nak? Tanyaku. Iya lah ummi kan udah jadi pocong mi, udah nggak punya mobil, uang, baju bagus, mainan dan semuanya dia nggak punya, cuma kain putih aja kan mi, jawabnya sambil bertanya meyakainkan bahwa yang dijawabnya itu benar. Aku membenarkan jawabannya sambil mengangguk. Dan mencoba memberikan penjelasan dengan bahasa sederhana.
Semua orang yang sudah meninggal itu tidak membawa barang-barangnya di dunia nak. Mereka hanya membawa amal atau pahala kebaikan yang pernah dilakukan semasa hidup. Oooo begitu y mi. Jadi emang benerlah kalau pocong itu miskin, jawabnya lagi.
Aku tersenyum karena akan melanjutkan pelajaran bersama siswaku. Nadia kembali menggambar yang lain. Anak hebat dengan pertanyaan dan analisa yang hebat.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar