SEKOLAHKU, RUMAH KEDUAKU
SEKOLAHKU, RUMAH KEDUAKU --Sis Subagyo SP Purnama ketiga semakin menguatkan dan menghujami semangat bertubi-tubi. Rasa betah di sekolah seperti rumah ternyata tak hanya aku yang rasa. Semangat itu juga menular. Seperti virus, menebar ke seluruh sekolah. Adalah Senin pagi lalu. Seperti biasa, aku berangkat pagi ke sekolah. Namun, suasana berbeda dan mengenjutkan menyambutku di gerbang sekolah. Jika sebelumnya para siswa bersaliman di depan ruang guru, kali ini suasananya berbeda. Dua orang guru berbaris di depan gerbang sekolah. Para guru menyambut kedatangan siswa. Siswa berbaris menyalimi satu per satu guru lalu berhambur ke kelas masing-masing. Aku turut menyalami rekan guru di gerbang sekolah. Kejutan berikutnya datang! Di kelas, para siswa setelah berdoa memulai belajar diajak rekan guru bernyanyi bersama di depan kelas. Selain itu mereka juga diajak melantunkan surah pendek bersama di kelas. Suasana religius kental terasa. Tak hanya itu. Kembali aku dikejutkan ketika singgah ke ruang guru. Sebuah jadwal tertempel di dinding depan. Jadwal piket guru. Adalah bu Ida, sang inisiatornya. “Biar lebih tertib, Pak Sis.” Ujar beliau ketika kutanyai mengapa dibuat jadwal seperti itu. “Ndak ada yang nyuruh kok. Jemput bola aja,” kata beliau lagi. “Tugas guru piket apa saja bu?” tanyaku lagi “Menyambut siswa, Pak Sis. Wong selama ini kan kita nunggu depan ruang guru to? Jadi pagi- pagi guru sudah siap menyambut di gerbang sekolah. Trus PJ kebersihan di kantor. Semisal kalo ada gelas kotor abis ada tamu atau buat minuman sendiri gitu, bantu-bantu diberesin dan dibersihkan. Penanggung jawab harian di sekolah lah,” jelas beliau. Aku mengangguk. Tersenyum lega. Perlahan, kurasa perubahan positif terus terjadi disini. Membuatku semakin betah. Membuatku serasa di rumah. Jika aku merasa sekolah adalah rumah, bagaimana dengan siswa di sekolah? Sebut saja Rendi. Siswa kelas empat yang jiwa seninya mulai terlihat. Beberapa waktu lalu, dia sudah bisa menggambar ayam. Perpaduan warna bulu ayam pada gambarannya mulai menyerupai warna ayam yang sesungguhnya. Dia sudah mulai menuangkan intuisinya dalam bentuk gambar. Lalu, hasil gambarnya di tempel di dinding kelas. “Sekolah kan rumah kedua, Pak.” Katanya ketika kutanya mengapa menempel hasil gambarnya di kelas. “Ada yang menyuruhmu?” tanyaku lagi. Rendi menggeleng mantap. “Kalau mau betah di sekolah kan harus menciptakan suasana kayak di rumah, Pak. Kalau di rumahku, ya hasil gambar kutempel di dinding rumah, Pak.” Jawabnya lagi. Aku tersenyum. Mendekat ke arahnya dan mengendar pandang ke isi kelas. “Silahkan buat sekolah seperti di rumah kalian ya. Buatlah betah belajar di sekolah.” Ucapku. Bel pergantian jam pelajaran berbunyi. Disambut riuh kecewa siswa jam pelajaranku usai. Sekolah bukan hanya tempat singgah. Sekolah adalah rumah kedua. Sekolah bukan hanya tempat belajar. Sekolah adalah tempat melatih kecakapan dan nalar.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cerpennya, Pak. Salam literasi
terimakasih pak Dede Saroni, M.Pd. Mohon bimbingannya pak. Salam literasi
Keren pak
Terimakasih pak. Mohon bimbingannya pak y