Siswi Mardiastuti

Lahir di sebuah desa di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah 48 silam. Kesehariannya momong anak-anak umur belasan. Saat ini sedang bekah-bekuh nulis, nulis dan...

Selengkapnya
Navigasi Web
BELAJAR, BISA DI MANA SAJA

BELAJAR, BISA DI MANA SAJA

#H23

By Dias Toeti

"Hanuuuun…!!!" Mita berteriak kencang memanggil temannya.

Perempuan berkaos pink yang berada kurang lebih tujuh setengah meter di depan Mita memelankan kayuhan pedalnya. Sementara Mita dengan terengah-engah mempercepat laju sepedanya.

Tepat di sebuah jembatan, mereka berhenti. Jembatan pelangi, begitu anak-anak muda menyebutnya. Jembatan beton di atas sungai irigasi yang dicat warna warni menyerupai pelangi.

Awalnya, jembatan tersebut terbuat dari bambu. Namun, bila terjadi banjir sering terseret. Penduduk desa itu pun sudah berkali-kali membuat sarana penghubung menuju sawah mereka. Atas usul salah satu warga, akhirnya pemerintah desa bersedia memberikan bantuan.

Alhamdulillah, sekarang tidak hanya dimanfaatkan para petani di desa itu. Melainkan juga digunakan anak-anak muda untuk berswafoto atau sekadar nongkrong. Tapi pagi ini tampak sepi.

"Mit, lihat itu!" Ujung telunjuk Hanun menunjuk ke arah timur.

"Wow… Indahnya… Masya Allah… Seperti…" Mita terperangah melihat pemandangan yang menakjubkan.

"Seperti apa, Mit?"

"Mataharinya seperti kuning telur asin…" jawab Mita sambil cengengesan.

"Ah, makanan aja yang ada di pikiranmu."

"Hahahaaaa…" Serentak mereka tertawa.

"Aku kok jadi laper." ujar Hanun sambil memegang perutnya.

*

Tiba-tiba ada seorang pria tua membawa bibit tanaman lewat di depan mereka.

"Permisi, Mbak…"

"Iya, Pak." Dengan membungkukkan badannya sedikit ke depan, Mita dan Hanun menjawab seraya tersenyum.

"Nun, yuk kita ikuti bapak itu!" Mita mengajak Hanun sambil berjalan, jauh di belakang pria tadi.

"Mau ngapain?" tanya Hanun mengikuti langkah Mita.

"Ada deh…"

Ternyata jauh juga sawah bapak itu dari jembatan pelangi. Berulang kali tangan Hanun mengusap peluh di dahinya.

"Capek, Mit…" Hanun mengeluh.

"Tuh, tinggal dikit lagi sampai."

Begitulah Mita kalau punya kemauan. Semangatnya luar biasa, capek pun tak dirasa.

*

Pria berkaos hijau yang sudah memudar warnanya itu terperanjat melihat kedatangan Mita dan Hanun.

"Ada apa mbak-mbak ini kok mengikuti bapak." tanya pria itu dengan suara agak parau.

"Pingin tahu aja. Bapak mau menanam apa?" jawab Mita balik bertanya.

"Ini bawang merah."

"Maaf boleh tahu nggak, gimana cara menanamnya?"

Pria itu belum sempat menjawab.

"Eh, tapi mengganggu Bapak ya?" ujar Mita kemudian.

"Nggak kok… Gini nih… Sebelumnya, membuat bibit terlebih dulu. Nah, caranya... Memilih benih bawang merah yang berkualitas. Lalu benih itu ditanam di media tanam yang sudah disediakan. Usahakan semua bagian umbi tertanam dibawah permukaan tanah, dan sisakan bagian ujungnya yang sudah ditumbuhi bakal tunas. Setelah itu kemudian siram menggunakan air bersih secukupnya. Tapi jangan sampai air menggenang." tutur pria itu.

"Itu butuh waktu berapa lama, Pak." Hanun mulai penasaran.

"Lima sampai tujuh hari."

"Trus?" Mita segera ingin tahu.

"Bila sudah menjadi bibit seperti ini, lalu ditanam. Nah, tanah yang digunakan sebelumnya harus sudah diolah agar menjadi gembur dan subur." Pria itu menjelaskan dengan sabar.

"Itu kenapa diberi jarak, Pak?" tanya Mita sembari menuding bibit yang sudah ditanam.

"Yah… Untuk mencegah serangan hama." jawab Bapak itu sekenanya.

"Habis itu pasti disiram dan dipupuk kan, Pak?"

Bapak itu mengangguk.

"Trus panennya kapan?" tanya Mita dan Hanun hampir bersamaan.

"Enam puluh sampai seratus hari kemudian."

"Wow… Lama juga ya..." jawab Mita sambil memandangi Hanun.

"Pak, makasih banget ya… Ngomong-ngomong dari tadi kita belum kenalan. Namaku Hanun, ini temenku Mita. Maaf udah ngganggu Bapak."

"Iya, sama-sama Mbak…"

"Kalo boleh tahu, Bapak siapa ya?" tanya Mita.

"Sudadi."

Tak terasa hampir satu jam mereka bercengkrama. Setelah berpamitan pada Pak Sudadi, Mita dan Hanun pun beranjak meninggalkannya sendirian.

*****

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

keren menewen bu. salam sukses

09 Nov
Balas

Terima kasih, Bu Nelfia... Salam kenal...

09 Nov
Balas

Terima kasih, Bu Yunita... Salam sukses juga.

10 Nov
Balas

Keren cerpennya bu. Salam sukses selalu.

09 Nov
Balas



search

New Post