Minat Baca Kita, Ranking 62 dari 70 Negara
Penulis Siswo Saroso
#Tagur hari ke 226(365)
Jujur saja membaca sebuah artikel atau karya ilmiah bukan hal yang enteng. Terasa sangat berat dan membosankan. Jangankan tulisan sedikit serius. Baca artikel di WA bila agak panjang saja pasti dilewati. Inilah budaya kita.
Mengacu pada hasil survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tingkat literasi masyarakat Indonesia tergolong sangat rendah. Hasil survei tahun 2019 minat baca masyarakat Indonedia menempati ranking ke 62 dari 70 negara, atau berada 10 negara terbawah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan UNESCO menyebutkan minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001persen. Artinya dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang gemar membaca.
Budaya ini ternyata tidak hanya i pada orang dewasa. Anak-anak usia produktif juga mengalami penurunan minat baca. Ini merupakan kondisi serius yang harus segera diperbaiki..Dunia pendidikan harus segera menyadari rendahnya minat baca bagi anak didik. Bukan hanya bagi anak didik. Tapi juga para pendidik mengalami penurunan minat baca. Kalau tidak mau di katakan tidak suka membaca.
Kalau kita boleh mengkoreksi diri. Sebagai guru atau pendidik. Berapa buku perbulan yang kita beli. Adakah anggaran untuk membeli buku-buku sebagai referensi pembelajaran. Atau buku lain untuk memperluas wacana dan wawasan kita. Rasanya pertanyaannya terlalu menusuk. Atau kita rubah. Pernahkan kita pergi ke perpustakaan baik sekolah atau umum untuk memperluas khazanah kita? Jawabannya bisa kita tebak.
Bila Kita prosentase. Berapa banyak guru yang melakukan PTK? Lebih banyak mana yang membeli dan yang melakukan penelitian sendiri. Jawabnya. sudah tahu sama tahu. Dimana posisi Kita. Jawabnya hanya dalam hati kita sendiri.
Salah satu persyaratan kenaikan pangkat adalah membuat karya ilmiah. Salah satunya, PTK, menulis jurnal, menulis esai atau kolom di mas media dan masih banyak lagi. Tapi berapa yang melakukan. Bahkan saat kita akan mengajukan kenaikan pangkat selalu disibukkan browsing untuk mencari contoh PTK gratis. Sungguh ironis. Jika sebagai pendidik melakukan plagiat. Kadang di bungkus dengan alasan ATM (ambil tiru dan modivikasi).
Gerakan literasi nasional harus kita dukung. Dan pendukung utama tentu dimulai dari dunia pendidikan. Guru adalah garda terdepan dalam membangkitkan minat baca secara nasional. Karena dari merekalah akan lahir generasi emas yang mengisi setiap sudut kehidupan. Anak-anak harus dimotivasi untuk berkarya. Tapi sebelumnya gurunya terlebih dulu memberikan contoh hasil karyanya. Salam literasi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Pak. Salam literasi
Trimakasih Pak Motivavsinya, salam literasi dan sukses selalu amin
Keren Pak. Ulasan yang objektif. Semua bermula dari diri sendiri. Sukses selalu,.. salam sehat.
Trimakasih Bunda Anni Manalu, salam literasi dan sukses selalu