Di hari pertama lebaran, selepas salat idul Fitri banyak sanak saudara yang berkunjung ke rumah. Bapak aku adalah anak pertama dari kakek dan nenekku. Aku bersama kakak dan adikku senang bertemu dengan kemenakan yang usianya hampir rata sebaya. Bukan hanya itu saja, sebelum pulang paman dan bibiku memberi kami ampauw. Wah senangnya kami, tentu saja saat - saat inilah yang kami tunggu. Sebagai anak - anak yang baru berusia sembilan tahun, mendapat hadiah apa pun itu tentu akan membuat aku girang.

"Besok kita ke tambakan, yu!" Ajak kakak aku yang ke dua.

"Ayo! Aku mau beli boneka!" Aku menyetujui ajakan kakakku.

"Tapi kalian jangan naik getek ya!" Terdengar suara bapak keluar dari kamar.

"Ya, nggak pak! Aku ga berani" jawab kakakku.

Lebaran hari kedua aku, Kak Emi dan kak Topan pergi ke tambakan. Adik - adikku serta kakak pertamaku tidak ikut. Adik - adikku memang tidak diizinkan ikut oleh Emak dan Bapak. Sedangkan Kak Aji memang tidak mau ikut, mungkin karena ia SMA jadi tidak mau ikut ke tambakan yang merupakan pasar dadakan yang berada tepat di depan Situ Lido.

Situ Lido atau dalam bahasa Indonesianya Danau Lido merupakan tempat wisata dadakan bagi masyarakat sekitar. Disebut tambakan karena di atas permukaan Danau Lido banyak terdapat tambak ikan jaring apung. Di dalam air danau diletakkan jaring yang berfungsi sebagai tempat penampungan ikan yang hidup di danau. Supaya jaring dapat mengapung, ditopang oleh drum plastik yang ukurannya besar. Drum itu juga berfungsi untuk menahan bangunan berupa saung. Saung - saung itu didirikan diatas jajaran bambu yang di pasang di sepanjang tambak tadi.