Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Laillahaillallahuallahuakbar...

Takbir bergema di sekitar kampungku, datangnya dari arah masjid yang letaknya lebih rendah. Tepatnya di seberang lintasan rel kereta api. Rumah aku tinggal berada di areal yang lebih tinggi. Di depan merupakan jalan raya antar kota, sedangkan tepat di belakangnya adalah lintasan rel kereta api yang sudah ada sejak zaman sebelum kemerdekaan. Tidak banyak bangunan rumah di areal ini, hanya ada lima rumah saja berikut yang aku tempati bersama Emak, Bapak, dan kakak adikku.

Hari ini aku dan keluargaku akan merayakan hari kemenangan, setelah satu bulan penuh berpuasa, salat tarawih, tadarus, dan ibadah lain di bulan Ramadhan. Aku sudah mandi dan memakai baju baru, baju lebaran yang dibelikan Emak sebelum mulai puasa. Aku ingat Emak mengajak aku ke pasar lebih dulu sebelum kakak dan adikku. Kebiasaan Emak memang seperti itu. Menyicil membelikan baju dan sepatu baru untuk lebaran. Kami semuanya delapan bersaudara, sehingga tidak mungkin bagi Emak harus mengajak kami sekaligus dalam satu waktu.

"Kalau tidak Emak ajak, nanti kalian tidak cocok dengan baju yang Emak belikan" kata Emak mengatakan alasannya.

"Ya! Apalagi Vina dan Yanti sering berebut, akhirnya bertengkar" kata bapak ikut menimpali.

"Kenapa harus Kak Wina dulu yang dibelikan baju lebarannya, Mak?" Adikku, Yanti protes.