Namanya Kania Dewi Utami, panggilan akrabnyaTami. Duduk di kelas enam dua sama seperti aku. Tami termasuk anak yang pandai, walaupun ia belum dapat merebut peringkat pertama yang selalu aku raih sejak kelas satu. Badannya tinggi, bahkan lebih tinggi dari aku. Kulitnya putih, matanya bening, kalau tersenyum kelihatan lucu, membuat aku ingin selalu melihat ke arahnya saat berada di dalam ruang kelas. Akan tetapi aku tidak berani. Paling hanya meliriknya diam - diam

"Abi!" Terdengar suara Bu guru memanggil namaku.

"Ya Bu!" Aku terkejut karena sedang memikirkan Tami, yang hari ini tidak datang ke sekolah.

"Kamu lagi mikirin apa? Sudah dua kali ibu panggil diam saja" Bu guru tiba-tiba sudah berada di samping mejaku.

"Ayo kamu yamg memimpin untuk berdo'a sebelum kita mulai belajar" lanjut Bu guru menjauh dari mejaku.

Ya ampun! Ternyata namaku sudah dipanggil dua kali oleh Bu guru. Tapi aku tidak mendengarnya, ah.

Aku memimpin teman-teman kelasku untuk membaca do'a sebelum belajar.

Hari Sabtu, biasanya kami hanya belajar sampai jam sepuluh saja. Siang hari kami mengikuti ekstrakurikuler sesuai pilihan. Sudah pasti aku akan berpisah dengan Tami, sebab aku mengikuti ekstrakurikuler futsal, sedangkan Tami ikut pencak silat. Nanti aku baru bisa melihat Tami lagi di hari Senin. Ah! Lama rasanya menunggu hari Senin tiba.