Siti Aisah Ashwan

Berprofesi sebagai pendidik di sekolah dasar, keseharian menjadi ibu ke dua untuk anak didik di sekolah memberikan kepuasan tersendiri. Semoga diant...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tulang Punggung

Tulang Punggung

Langit berselimut kabut. Dewi malam pun belum beranjak, malu-malu ia masih mengintip dengan bentuk sabitnya di balik rimbun pohon randu di seberang jendela bilikku.

Kreek, terdengar pintu bilik sebelah dibuka. Itu pasti ibuku, beliau sudah terbiasa bangun di pagi buta. Tiupan bayu yang menerobos lubang kecil di atas jendela bilik memaksaku untuk tetap berbaring. Kutarik selembar kain usang yang setia memberi kehangatan di kala malam sejak hampir enam musim berlalu. Melanjutkan asa yang hanya bisa terwujud dalam lelapku.

“Dini, Ayo bangun!” tampak sosok perempuan tangguh di hadapanku, dengan kain yang menutupi seluruh tubuhnya.

“Ibu, sudah selesai salat?” tanyaku menatap mata teduhnya seraya bangkit.

Aku pun beranjak menuju kamar kecil. Segera kubasuh mukaku. Tetesantirta mengaliri urat nadiku, membangkitkan semangat untuk melanjutkan perjuangan.

Keluar dari kamar kecil, aku berpapasan dengan bapak yang baru pulang dari masjid. Suara batuknya mengingatkan pada vonis dokter yang aku dengar dari ibu tiga pekan yang lalu. Tubercolosis, itu sakit yang menyerang bapak. Alasan itu pula yang akhirnya memaksa bapak untuk di rumah saja. Kini ibu yang menjadi tulang punggung bagi keluargaku.

“Berilah kekuatan untuk ibu, yang harus mencari belanja hidup, bekal sehari-hari bagi kami! Aamiin.” Panjatku di akhir sujudku.

“Dini, ibu pergi ya, nasi sebentar lagi tanak. Tolong kau mandikan adikmu setelah bangun nanti!” suara ibu dari luar bilikku, aku pun segera menghampirinya .

“Jangan lupa kamu pergi ke rumah temanmu! Agar tidak tertinggal pelajaran!” Lanjut ibu mengingatkan aku.

Ya, sudah hampir enam bulan ini sejak aku duduk di kelas lima. Aku belajar tanpa pergi ke sekolah. Menyelesaikan tugas-tugas dari lembaran gambar yang dikirim guruku melalui gawai. Larat rasa hatiku, karena harus menumpang belajar pada temanku. Kadang aku bisa merasakan, temanku seperti terganggu. Tapi apalah daya, aku tebalkan saja kulit mukaku agar tetap dapat menimba ilmu.

Senja menjelang, semburat merah tampak menghiasi lukisan jagat raya. Ah, kenapa ibu belum tiba di rumah? Tak biasanya, padahal pekerjaannya sebagai buruh cuci dari rumah ke rumah yang telah dilakoninya selama vonis terhadap bapak tak pernah membuatnya belum tiba hingga senja seperti ini.

Aku akhiri malam ini dengan empat rakaat kewajibanku, akan tetapi sosok ibu masih belum hadir di hadapanku. Aku pun beranjak menuju bilik. Do’a malam menjelang istirahat aku sisipkan untuk keselamatan ibu. Akhirnya mimpi indah itu hadir menemani lelapku.

“Dini, ayo bangun!” tepukan halus itu apakah masih di alam bawah sadarku, bisik hatiku seraya membuka kelopak mataku.

“Ibu! Kapan ibu pulang, bu?” aku melompat dari dipan memeluk ibu, perempuan yang tak sempat kutemui tadi saat jelang istirahatku.

“Tadi malam, tapi kamu sudah lelap bersama adikmu”. Jawab ibu.

“Hari ini kamu tidak perlu pergi ke rumah temanmu untuk belajar, kamu belajar di rumah saja! Hape ini sudah bisa kamu pergunakan” ibu menyodorkan benda yang selama ini aku inginkan, gawai sebagai alat belajarku di masa pandemi corona yang kata guruku amat berbahaya.

Terima kasih ibu! Jadi inikah yang membuat ibu pulang terlambat? Aku minta maaf, karena aku telah merepotkan ibu, membuat ibu harus bekerja lebih keras agar bisa membelikan gawai, aku berjanji akan mempergunakan gawai ini untuk keperluan belajarku.

Bogor, 14 September 2020 Menjelang Magrib

Penulis adalah peserta Kelas Menulis Cerpen MediaGuru 1

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren bun, salam sukses selalu, udah di follow ya

14 Sep
Balas

Keren bun, salam sukses selalu, udah di follow ya

14 Sep
Balas

Terima kasih, follow balik nih

15 Sep

Kerja keras ibu demi dapat membeli hp untuk anaknya, supaya bisa belajar online. Keren Bun

14 Sep
Balas

Terima kasih bu, Salam sehat selalu.

14 Sep



search

New Post