KISAHKU
KISAHKU
*******
Kisahku ini bercerita saat aku belajar daring. Saat masa pandemi Covid-19 sedang merebak. Namaku Andien. Aku seorang pelajar di SMP Kenanga di sudut kota ini. Setiap hari usai melaksanakan sholat Subuh, aku sarapan dan setelah itu bergegas mandi. Lanjut mempersiapkan alat belajar untuk rutinitasku, yaitu belajar daring. Saat itu aku baru saja lulus SD. Sebelumnya aku membayangkan betapa enaknya dan menyenangkan menjadi siswa SMP. Namun, keadaan berkata lain. Saat baru saja kududuk di bangku kelas VII, diliburkan satu tahun. Ya, libur tidak bersekolah namun belajar di rumah. Ya, saat itu aku belajar di rumah. Sebab pandemi Covid-19 yang tersebar di beberapa negara dan hampir dua tahun menjangkiti dunia.
Sekarang aku sudah duduk di bangku kelas IX. Kembali ke aktivitas yang kujalani, aku segera mempersiapkan alat belajar. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB. Sekarang aku bersiap-siap untuk belajar secara daring, kegiatan belajarku ini melalui zoom. Pukul 07.00 WIB guru mulai mendata kehadiran siswa, menjelaskan materi pelajaran dan memberi tugas. Walaupun hanya bisa mendengar suara dan melihat wajah teman-temanku melalui zoom, setidaknya dapat mengurangi rasa rinduku terhadap mereka. Setelah selesai belajar daring aku rapikan alat tulisku. Tiba-tiba ada benda yang terjatuh.
“Ah, ternyata raporku saat kelas VII.” bathinku dalam hati.
Aku lihat rapor itu, aku termenung memikirkan bahwa belajar daring di rumah tak menyenangkan seperti yang kukira. Aku sering bersedih, mengapa aku sering merasa kesulitan memahami materi pelajaran dan merasa bodoh. Sangat kubenci ketika aku sedang rapuh seperti ini. Ada butir cairan bening jatuh dari mataku. Aku menangis. Ternyata aku cengeng. Aku berjalan ke arah cermin di kamar dan melihat betapa menyedihkannya diriku. Lalu aku berkata di hadapan cermin.
"Maaf, aku hanya bisa menangis ketika merasa gagal dan rapuh. Karena ini bisa menenangkanku. " ucapku sambil terisak.
Tanpa kusadari mama melihatku. Ia masuk dan duduk di bibir tempat tidurku. Ia menyuruhku untuk duduk di sampingnya. Aku menurutinya dan duduk di sampingnya. Sambil menundukkan kepala, kurasakan usapan lembut tangan mama di kepalaku.
"Andien, lihat mata mama. Mengapa menangis? Sekarang waktumu belajar kan?" ucap mama dengan lembut.
Aku mendongakkan kepalaku.
“Mama, Andien lelah belajar daring. Andien merasa bodoh karena keterbatasan dalam memahami materi pelajaran." ucapku sambil menangis.
Terdengar helaan nafas mama. Lalu mama berkata lagi.
"Andien dengar ya. Kamu boleh lelah tapi dilarang menyerah. Proses seseorang untuk meraih ilmu itu berbeda. Tugas Andien berusaha dan belajar serta jangan lupa berdoa kepada Allah. Insyaa Allah semua berjalan dengan lancar.
"Aku semakin menangis, entah karena suasana hatiku sedang buruk atau kacau pikiranku. Aku sandarkan kepalaku di bahu mama.
"Andien anak mama. Anak mama gak bodoh, kok. Kamu pintar dengan caramu sendiri. Setiap manusia diberi kelebihan dan kekurangan, Nak. “ ujar mama perlahan.
“Mama paham perasaan Andien karena rindu ayah. Mama pun sangat rindu. Ayah memang sudah tak lagi di dunia. Tapi ayah sudah di surga dan selalu ada di hati kita. Jika Andien rindu ayah, berdoalah sebab doa bisa memeluk seseorang dari jauh tanpa melihat batasan yang terbentang dan akan sampai pada tujuannya." ucap mama berusaha menenangkanku.
Mama melihatku terdiam dan melanjutkan ucapannya.
"Andien, kesulitan belajar daring itu bukan keterbatasan penghalang untuk meraih ilmu. Andien harus berdoa agar bumi ini lekas sembuh dari virus Covid-19 dan dapat melanjutkan pergi belajar di sekolah seperti biasa. Tugas kita sebagai manusia berdoa dengan tujuan meminta kepada Allah. Maka nikmati dahulu. Kita harus meresapi, menyaring perlahan materi yang diberikan oleh guru. Semua gak bisa instan, sayang.
"Aku paham maksud mama. Aku bersyukur karena Allah menakdirkanku lahir dari rahim seorang wanita yang penuh kasih sayang, tegar, dan selalu ada di saat aku rapuh. Aku yakin akan ada masa dimana aku menikmati perjuangan ini dan berterimakasih kepada diri sendiri. Mungkin bukan sekarang tapi nanti dan itu pasti.
*********
Jakarta, 1 Desember 2022
# Tagur ke-19 (693)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mama yang keren. Makasih, Bunda
Mantap, Bu. Kisah yang mewakili siswa kita saat daring. Salam sukses selalu.
Ibu keren , sangat menyentuh hati dan kerinduan anak - anak bertemu dengan teman . Semoga ibu sehat selalu
Ibu keren , sangat menyentuh hati dan kerinduan anak - anak bertemu dengan teman . Semoga ibu sehat selalu