Bukan Sekadar Roman
Hari ke-50
Bukan Sekadar Roman
Sejatinya aku bukan penggemar cerita romantis. Masa remajaku lebih seru menikmati kisah detektif macam Hercule Poirot atau Sherlock Holmes. Masa kanak-kanak imajinasiku terpuaskan dengan membaca petualangan Tintin, Pasukan Mau Tahu, dan Lima Sekawan.
Itu pun berupa kumpulan cerita. Aku tipe orang yang penasaran sama suatu cerita. Berusaha menikmati sampai tamat. Lha kalau novel tebal khan bacanya ngga bisa sebentar.
Termasuk novel 240 halaman berjudul Seribu Musim Merinduimu karya Bunda Istiqomah. Dari beberapa ulasan yang kubaca, isinya tentang konflik batin seorang wanita yang mencintai lelaki beristri.
Ada beberapa praktisi poligami di lingkunganku. Ada yang terlihat layaknya keluarga bahagia, ada yang dipenuhi air mata. Qodarullah aku kenal akrab beberapa istri pertama yang menerima kehadiran wanita kedua di hati suaminya. Tapi anehnya, ada saja wanita kedua berusaha menyingkirkan istri pertama, bahkan menjauhkan suami dari anak-anak kandungnya. Baik secara diam-diam atau terang-terangan. Entah apa yang merasuki mereka.
Itulah sebabnya aku ingin membaca novel ini. Apa gerangan yang membuat para wanita mengabaikan norma dan akal sehat, memburu cinta yang rentan menyisakan luka?
Selesai melakukan aktivitas rutin petang hari, kaki selonjoran cari PW (Posisi Wuenak). Mulai deh baca....
Satu jam pertama aman, meskipun aku merasakan "sesuatu". Kupikir isinya melulu kisah romantis, tapi malah aku dapat inspirasi pembelajaran menyenangkan, tips si tokoh utama meresapi amanah baru sebagai guru.
Di halaman-halaman sebelumnya, dadaku sedikit sesak kala membaca keakraban keluarga dan betapa "dalam"nya nasehat dari seorang ibunda. Tetiba aku teringat ibuku. Allahummaghfirlaha....
Terjeda aktivitas maghrib, aku lanjut baca. Yang penting kebutuhan suami dan anak-anak sudah terpenuhi. Lanjut....
Tak sekadar kisah roman yang menguras emosi dan airmata, isi novel ini ternyata banyak memberikan pelajaran. Ujian kehidupan yang berbeda-beda dari setiap tokoh memperkaya wawasan pembaca. Pantaslah penulisan novel ini sampai dua tahun. Butuh perenungan untuk membuat kisah sarat makna.
Mana yang akhirnya menang, menghalalkan cinta yang membara atau keikhlasan tanpa batas menerima takdir-Nya?
Ambisi hati tokoh Rey, mengingatkanku pada rindu dendam Scarlett O'Hara atas kakak iparnya dalam novel legendaris Gone with the Wind.
Gemas sekali pada tokoh utama, ekspresiku terlihat oleh suami.
"Baca apa sih, Mi, serius amat?" katanya sambil mengambil jagung rebus yang terhidang.
"Ini, lho, novel yang dibahas grup WAku," jawabku dengan wajah memohon supaya boleh meneruskan baca.
"Isinya tentang apa?" tanyanya sambil menyodorkan jagung rebus,"makan dulu jatahmu."
"Wanita yang cinta mati ama suami orang, pengen dinikahi meskipun secara sirri." Aku menjawab sambil menunjukkan muka sebal.
"Wah, beruntungnya si laki-laki." sahut suamiku dengan muka menggoda.
"Ih...dasar...," Aku tertawa menanggapinya.
"Terusin bacanya. Kalo udah selesai ceritain, ya!" katanya sambil memakai peci. Beliau keluar menuju masjid.
Lanjut....
Eh, bapakku yang tiga bulan terbaring sakit minta disuapi makan.
Berhenti lagi deh, bacanya. Hehehe.
Penasaran?
Baca sendiri ya....
Jakarta, 4 Maret 2020
Siti Alimah Sofyan
Membaca bagiku, harus dapat ilmu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Thanks. Ini review keren yang bikin pembaca tergoda.Makasih yaa
Mantap..jiwa umiku...
kereenn banget reviewnya bu
Keren bun
Iya Penasaran. Belinya di mana?
Di bunda isti...bu
Mantap