Siti Annisa

Guru MtsN Tanjung Pinang Sejarah Kebudayaan Islam ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Jangan jadi monyet dan babi !!

Bani Israil merupakan suatu kaum yang banyak sekali dibahas dalam Al-Qur’an. Kaum yang sangat popular ini bahkan sering kali digambarkan Allah secara gamblang sebagai suatu kaum yang super nyeleneh, super pembangkang terutama jika diberi perintah. Akan ada saja alasan untuk selalu meminta kelonggaran bahkan dalam perintah pelaksanaan ibadah sekalipun. Dahulu kala, ibadah kaum bani Israil pada mulanya Allah tetapkan pada hari jum’at. Nabi Musa diminta mengumumkannya agar dilaksanakan oleh seluruh bani Israil pada saat itu. Banyak dari mereka justru melayangkan protes dan meminta Nabi Musa agar bernegosiasi dengan Allah agar mengganti hari jum’at menjadi hari sabtu. Malu kiranya Musa harus bernegosiasi sesuai dengan keinginan umatnya. Negosiasinya bukan sembarangan tapi kepada Allah. Jelas Musa malu. Rasanya lancang sekali. Tapi apa boleh buat, bani Israil saat itu mengancam akan tidak akan melaksanakan  ibadah. Akhirnya Allah yang jelas sudah sangat paham pada karakter bani Israil yang super “ngeyel” akhirnya meng-iyakan permintaan mereka. Ibadah diganti pada hari sabtu. Dengan catatan bahwa seluruh bani Israil Allah perintahkan meninggalkan segala urusan dunia, dan hanya focus ibadah. Bani Israilpun setuju.

Suatu ketika si Fulan berlarian menuju lapangan tempat mereka beribadah hari sabtu dalam keadaan tergesah-gesah. Minggu ini dia terlambat. Mungkin saja ibadah sabtu sudah dimulai dari tadi. Dia berusaha mempercepat larinya agar segera sampai kelapangan. Saat berlari, sepanjang pantai dia menyaksikan keadaan pantai yang sangat aneh dari biasanya. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada ikan ikan yang banyak berkumpul dipesisir pantai. Banyak sekali. Tak pernah kiranya dia menyaksikan keadaan seperti ini. Lalu dia memberanikan diri mendekati pantai dan semakin terkejut menyadari bahwa terdapat ikan yang bertebaran dipesisir pantai. Keadaan yang sangat langka. Akhirnya si fulan tadi membuat tempat untuk menampung banyak ikan yang ada dipesisir pantai  yang nantinya akan dia ambil setelah selesai ibadah sabtu. Si fulan akhirnya sampai dilapangan tempat ibadah. Beberapa temannya merasa terganggu atas keterlambatannya. Salah satu dari mereka bahkan bertanya, mengapa bisa sampai terlambat ibadah sabtu.

“Hey apa yang membuatmu terlambat datang kelapangan pagi ini ? apakah kau berniat untuk tidak ikut ibadah? hardik seorang teman yang ada disampingnya

“Bukan, bukan begitu. Aku tadi berrlari sepanjang perjalanan kelapangan. Tiba dipantai aku melihat banyak sekali ikan yang ada dipesisir. Jangan kau tanyakan banyaknya seperti apa. Itu banyak sekali. Aku tak pernah melihat ikan sebanyak itu !! jawab sifulan menggebu-gebu

“Lalu lalu.. “tanya beberapa temannya penasaran

“ Lalu aku buat saja tempat untung menampung ikan, akan ku ajak kau untuk melihatnya nanti

“Kau sudah melanggar perjanjian kita kepada Musa dan Allah. Bukankah kita diminta untuk meninggalkan segala perkara duniawi saat pelaksaan ibadah sabtu termasuk bekerja? Jika kau menangkap ikan itu sama saja dengan bekerja. Apa kau lupa?

“Aku tidak berniat bekerja , aku hanya menampung ikan yang terdampar dipesisir. Kalau kau tidak percaya lihat saja nanti. Aku hanya membuat tampungan ikan. Sungguh !!

Benar saja, setelah ibadah sabtu mereka sepakat melewati pantai dan melihat banyak sekali ikan sesuai dengan cerita fulan tadi. Banyak orang yang terkagum-kagum sebab begitu banyak ikan yang melimpah hari itu. Si fulan dan beberapa temannya sepakat menjual hasil pungutan ikan hari itu. Mereka dengan sadar dan sengaja melanggar kesepakatan agar meninggalkan perkara duniawi khusus hari sabtu.

Seminggu kemudian. Ternyata keadaan banyaknya ikan terdampar dipesisir pantai terjadi kembali. Bahkan kali ini fulan membawa rombongan teman-temannya untuk memungut ikan. Sebagian dari pemuda dikampung itupun akhirnya ikut memungut ikan dan menjualnya pada hari itu. Musa menyadari bahwa banyaknya jama’ah ibadah sabtu tidak pergi kelapangan. Barisan mereka yang biasanya tampak full, kini hanya tinggal beberapa baris saja.

“Lo apakah mereka lupa bahwa hari ini hari khusus ibadah ? kenapa sepi sekali? “tanya Musa kepada salah satu pengikut setianya

“ Maaf Tuanku. Banyak dari mereka yang kepantai memungut ikan !!

“Bukankah kita sudah sepakat bahwa meninggalkan segala perkara duniawi untuk hari ini termasuk bekerja. Apa mereka lupa ?’’ Musa sudah tampak murka nada bicaranya sudah tinggi

“Sudah kita peringatkan Tuan, tapi mereka tetap ingin memungut ikan dipesisir pantai. Ikan tiba-tiba banyak sekali pada hari ini. Hingga mereka banyak yang memutuskan untuk kepantai saja dan meninggal ibadah !!

Musa akhirnya memahami ada yang tidak beres dengan bani Israil. Minggu berganti minggu, bani Israil tetap dalam pendiriannya untuk tetap memungut ikan yang selalu banyak pada hari sabtu kemudian menjualnya. Mereka sudah lupa dengan kesepakatan semula yang melarang mereka untuk melakukan perkara duniawi pada hari sabtu.

Sabtu berikutnya, jama’ah benar-benar parah. Hanya segelintir manusia yang bisa Musa hitung jumlahnya. Musa semakin sedih. Musa meminta pengikut setianya untuk mengecek keadaan desa mencari tau apakah mereka dipantai atau dimana.

“Wahai Tuanku mari ikut bersamaku ada hal yang menakutkan yang harus kau saksikan Tuan !!’’ujar pengikut Musa dengan suara gemetaran. Dilihat dari suaranya, pengikut Musa itu sangat ketakutan. Bahkan mukanya seperti tak dialiri darah lagi. Pucat pasi.

“Ya Allah !! ‘’Musa refleks mundur satu langkah menyadari apa yang dilihatnya.

Lebih dari penduduk desanya sudah berubah menjadi dua hewan yang mengerikan. Monyet dan babi. Kedua hewan itu bertopang dadu menatap kosong tanah yang ada di depan mereka. Tampak gambaran penyesalan dari kedua hewan itu. Para pengikut setia Musa bertanya-tanya apa yang terjadi. Musa menjawab bahwa monyet dan babi ini merupakan bani Israil yang sudah Allah kutuk dan berubah sebab melanggar kesepakatan ibadah sabtu.

“Lalu mengapa mereka terbagi menjadi dua jenis hewan wahai Musa. Kenapa ada yang menjadi monyet dan ada yang menjadi babi ? “ tanya salah satu pengikut setia Musa

“Baik lah akan aku jelaskan. Mereka yang Allah kutuk menjadi monyet adalah gambaran kita yang suka sekali bekerja. Bekerja hanya sekedar bekerja. Hingga kita lupa bahwa ada kewajiban-kewajiban yang harus kita penuhi. Ada beberapa atur-aturan dalam bekerja yang harus kita patuhi.Bukankah kita sudah sepakat untuk meninggalkan pekerjaan kita untuk satu hari saja dan mengisinya dengan ibadah bukan ? Mengapa bisa suatu pekerjaan justru menjadikan seseorang kemudian menjadi malas ibadah?  Jika kita kerja hanya sebatas kerja, maka monyetpun sejatinya bekerja. Tapi jelas monyet bekerja tanpa aturan. Kita jangan sampai lalai terhadap aturan-aturan yang ada sebab kecintaan kita yang terlalu berlebih kepada pekerjaan kita.

“ Lalu babi ??

“Babi adalah gambaran mereka yang menikmati hasil dari pekerjaan seseorang. Sebenarnya dia tau, bahwa , hasil pekerjaan seseorang itu berasal dari sesuatu yang tidak baik, tidak halal, atau justru merugikan orang lain. Tapi dia diam saja. Dia ikut menikmati hasil perbuatan orang-orang yang bekerja. Salahnya dia hanya karena dia diam saja dan tak bersedia memberi tau mana yang baik dan benar atas kesalahan yang seseorang perbuat, karena dia ingin tetap menikmati hasil bekerjanya seseorang. Jika hidup sekedar hidup tanpa memberikan peringatan pada suatu yang salah, maka kita tak ubahnya seekor babi hutan. Yang hidup tanpa aturan. Yang hidup hanya sekedar hidup dan menikmati segalanya meskipun itu dihasilkan dari sesuatu yang jelas salah. Babi dalam kisah ini adalah gambaran orang tua yang tau apa yang dilakukan oleh anaknya mengambil ikan dipantai pada hari sabtu itu adalah pelanggaran tapi dia diam saja. Bahkan ikut menikmati hasil jualan dari ikan-ikan tersebut.

“Maka dari itu manusia hendaknya menghindari dua sifat yang menempel pada monyet dan babi. Jika bekerja hendaknya kita paham terhadap aturan-aturan yang berlaku. Setidaknya apa yang kita kerjakan bernilai manfaat bagi sesame, jangan sampai merugikan sesama manusia. Dan juga mencintai pekerjaan boleh saja, asal jangan menjadikan pekerjaan sebagai alasan kita untuk meninggalkan ibadah yang semestinya kita kerjakan.

“Pada sifat babi kita diminta agar hidup harus saling mengingatkan. Jika sesuatu itu dirasa keliru, katakanlah. Jangan berdiam diri saja dan ikut menikmati hasil dari kesalahan yang orang itu perbuat. Kita manusia, hendaknya hidup saling mengingatkan sesama. Apa susahnya untuk saling mengingatkan kepada sesama.

Orang-orang yang sudah Allah kutuk menjadi monyet dan babi akhirnya menangis. Keduanya baru menyadari segala kesalahan yang sudah di perbuat oleh mereka. Sepanjang hari mereka menangis, tak mau makan dan minum.

3 hari kemudian, Allah menakdirkan para monyet dan babi itu mati secara bersamaan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post