Ketika Umar Makan Tuhan
Ketika Umar Makan Tuhan
Umar Bin al-Khattab adalah salah satu sahabat nabi termasuk Khulafaur rasyidin. Umar Bin al-Khattab pemimpin yang tegas, adil dan kharismatik. Kisah-kisah beliau penuh dengan hikmah. Ada sebuah kisah humor yang melegenda dari perjalanan hidup singa padhang pasir ini.
Pada suatu hari yang cerah Umar Bin al-Khattab menangis tersedu-sedu dan kemudian tertawa terbahak-bahak sehingga para sahabat yang lain kebingungan. Tersebutlah seorang sahabat menghampiri beliau seraya bertanya,” Mengapa engkau menangis sebentar kemudian tertawa terbahak-bahak, apa yang terjadi denganmu wahai Umar?”
Kemudian dengan menghentikan tawanya Umar menjawab,”Aku teringat pada peristiwa yang sudah lalu, dikala aku masih masih menjadi pemuka kaum Quraisy”.
“Cerita apakah itu wahai Umar hingga membuatmu menangis tersedu-sedu sekaligus tertawa” tanya seorang sahabat
“Aku membunuh anak perempuanku yang sudah berumur kurang lebih empat tahun. Hatiku sedih teringat peristiwa itu. Aku telah berdosa membunuh anakku sendiri, darah dagingku sendiri. Aku sangat kejam,bodoh dan tidak menyanyangi sesama manusia. Seorang ayah telah tega membunuh anaknya sendiri.Itulah yang menyebabkan aku menangis.Menangisi diriku sendiri” Umar kembali menangis tersedu-sedu setelah selesai bercerita itu dihadapan para sahabat.
“Lantas mengapa engkau setelah itu tertawa terbahak-bahak wahai Umar, bukankah engkau sedang bersedih?” tanya salah satu sahabat
“Aku tertawa terbahak karena teringat pengalamanku dahulu” kata Umar Bin al-Khattab
“Pengalaman apakah itu wahai Umar” tanya sahabat penasaran
“ Aku adalah salah seorang saudagar yang pulang pergi antara Yaman, Syam dan Mekah. Suatu hari berangkatlah aku bersama kafilahku. Di tengah jalan aku teringat tidak membawa “Tuhan” patungku dari logam yang biasanya selalu menemaniku dan ku sembah-sembah di tengah perjalanan. Saat itu hatiku gelisah sehingga salah seorang temanku mengusulkan untuk membuat Tuhan dari kayu.
“Apakah engkau menyetujui usul itu wahai Umar”tanya salah satu sahabat yang mendengar kisah Umar
“ Usulnya kusetujui, maka kubuatlah patung itu.Pikiranku agak tenang setelah itu.Tetapi dalam perjalanan patung itu jatuh dan hancur terinjak-injak oleh rombongan kafilah di belakangku.”
Para sahabat menunggu kelanjutan cerita Umar Bin al- Khatab.
“ Ku buatlah patung dari gandum yang berbentuk roti. Entah kenapa perjalanan kala itu membutuhkan waktu yang lebih lama dari biasanya, sehingga bekal makan habis semua. Sekarang tinggal roti yang telah kusulap menjadi Tuhan dalam perjalanan itu. Dengan berat hati dan terpaksa kumakan roti iyu. Nah… dengan demikian aku telah memakan Tuhan ha… ha… ha…. Pernahkah engkau memakan Tuhan?”
Mereka sama-sama tertawa.”Ha…ha…ha…”(dari beberapa sumber)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi
terima kasih suportnya,salam literasi juga
sippp. . .belum pernah denger cerita yg ini saya
Alhamdulillah,bermanfaat,makasih Bund..
Semangat bu Chomaria. Lanjut nulisnya. Monggo sareng sareng belajar.
Belajar Pak,ini tulisan kedua disini,... belum folow tulisan teman, mana Pak tulisan panj.yg terbaru saya folow he he..
terima kasih,Pak atas suportnya..