Siti Fatimah

Menjadi manusia yg lebih berati dg menulis ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Haruskah Anak Yang Salah

Covit 19 telah merenggut hari hari indah semua orang. Kini sudah masuk tahun kedua covid tebar pesona hampir disemua penjuru dunia. Ukuran nano telah menjadi sosok predator yang ditakuti semua penghuni bumi.

Pembelajaran daring kembali lagi bagaikan lagu lama yang terpaksa di nyanyikan. Harapan beberapa bulan yang lalu untuk bisa pembelajaran tatap muka sebatas mimpi penghias tidur. Karena pandemi masih juga enggan pergi dari Indonesia.

Malam ini ada perbincangan terdengar jelas antara bapak dan anaknya melalui handphon. Sang bapak marah lantaran tugas dari guru belum selesai karena hari Sabtu semua tugas- tugas selama satu Minggu harus dikumpulkan.

Kalimat demi kalimat yang dikeluarkan membuat hati bagai ditusuk duri. Kemarahan terhadap sang anak terdengar jelas. Semua kesalahan ada dipihak anak. Dengan tuduhan yang beraneragam. Bermain saja, main game saja, malas belajar dan masih banyak lagi yang lainnya.

Pemandangan yang sangat menyakitkan, melihat seorang bapak mengeluarkan nada tinggi untuk memarahi anaknya. Benarkah semua merupakan kesalahan sang anak?

Pernahkah orang tua melihat sejauh mana perhatiannya terhadap pendidikan anak di era pandemi saat ini. Peran orang tualah yang akan menguatkan semangat anak-anak belajar. Tidak hanya difasilitasi gadget agar bisa sekolah dengan baik. Selesai...

Pernahkah para orang tua berfikir bagaimana keadaan psikologi mereka tanpa harus belajar bersama teman-temannya?

Dimana letak kesalahan dalam kasus ini?

Orang tua. Guru ataukah siswa sendiri?

Separuh dari semangat mereka telah dirampas oleh covid-19. Kebersamaan dalam menuntut ilmu merupakan jembatan menuju mimpi mereka. Haruskah orang tua menambah beban lagi dengan kondisi siswa yang terpuruk dan haus akan bimbingan nyata.

Mereka bukanlah boneka jika diisi baterei akan mau bergerak seperti yang kita inginkan. Anak-anak butuh dukungan. Butuh kasih sayang .Hanya peran orang tualah yang akan mampu menguatkan semangat belajar mereka meski pandemi melanda.

Semua juga tidak lepas dari masalah ekonomi yang kian mencekik kehidupan mereka. Mungkin disisi lain berpendapat bahwa dengan belajar dirumah maka kedekatan dengan orang tua akan semakin erat.

Bagaimana yang orang tua dari pagi hingga petang harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhan perut keluarganya. Tak jarang anak harus ikut bekerja orang tua yang dengan terpaksa membuka usaha baru lantaran PHK. Dan berujung pada pendidikan no 2.

Kekuatan hati, kesabaran tingkat dewa sangat dibutuhkan.untuk bisa memanusiakan manusia lainnya. Mungkin bagi yang masih zona nyaman ekonomi keluarganya tentu tidak berpengaruh sama sekali.

Mari kita ikut rasakan penderitaan saudara kita yang lain, agar kita bisa lebih bersyukur atas semua nikmat yang kita terima. Dan bayangkan jika kita ada pada posisi mereka, sanggupkah kita hidup seperti saudara kita yang sedang kekurangan.

Semoga percikan kisah ini mampu merubah hati kita agar dapat lebih bersyukur. Empati dan simpati dengan kesedihan saudara kita yang berada disekitar kita. Berbagi adalah jalan satu satunya agar batin kita sehat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Positif dan negatif Corona itu sudah kita rasakan. Kini yang penting bagaimana kita menyikapinya. Keren salam sehat selalu dan salam Literasi

07 Feb
Balas

Makasi bunda cantik.salam literasi

07 Feb

Keren bun ulasannya. Memang ada plus minusnya bund. Salam kenal dan salam literasi

07 Feb
Balas

Terima kasih sahabat. Salam kenal juga dari saya

07 Feb

Ulasannya bagus, Bun. Semoga kita bisa memiliki kesadaran seperti itu. AamiinSalam kenal dan salam literasi dari pulau Dewata, Bali. Izin follow ya.

06 Feb
Balas

Makasih bunda salam kenal dan salam literasi dari mojokerto

07 Feb



search

New Post