Siti Fatimah

Menjadi manusia yg lebih berati dg menulis ...

Selengkapnya
Navigasi Web
LITERASI DIGITAL NUTRISI HANDAL ERA  PJJ

LITERASI DIGITAL NUTRISI HANDAL ERA PJJ

Seorang koki professional akan mampu mengolah bahan makanan yang tersedia. Dari daging sapi, ayam, seefood sampai sayuran mampu disulap menjadi hidangan yang lezat. Selain lezat untuk dinikmati, sajiannya pun harus mampu membuat orang terpesona dengan keunikan dan keindahannya. Demikian juga guru, guru ibarat koki yang professional. Bagaimanapun latarbelakang siswa dan dalam keadaan apapun gurulah yang memiliki peran penting untuk memberikan pendidikan. Guru harus mampu meramu secara professional menjadi sebuah pembelajaran yang tetap menyenangkan.

Pandemi telah melanda hampir 8 bulan lamanya. Berbagai intansi memberikan sikap tegas untuk melakukan aturan yang ketat sesuai protokol kesehatan. Dari masuk bergilir sampai harus memberhentikan kayawan. Semua berdampak pula pada perekonomian terutama pada dunia pendidikan. Bagaimanapun kondisi Indonesia, pendidikan tidak akan berhenti. Karena keberhasilan pendidikan merupakan aset negara untuk menyiapkan Indonesia emas di tahun 2025.

Sementara dilapangan sang pahlawan tanpa tanda jasa benar-benar diuji keprofesiannya. Dimasa pandemi ini tak dapat dipungkiri internet merupakan kebutuhan primer. Yang berdampak pada bertambahnya jumlah pengguna internet. Pada bulan Februari 2020, di Indonesia pengguna internet telah mencapai 175,2 juta. Dibanding tahun sebelumnya telah mengalami kenaikan 17%, sungguh merupakan nilai yang cukup fantastis.

Kata Internet, tentu tidak asing lagi di telinga kita. Baik pada anak-anak, orang dewasa, bahkan lansia. Internet (International Network), merupakan jaringan komunikasi elektronik dengan media elekronik lainnya. Saat ini, internet sudah banyak digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Baik di sektor perdagangan, perkantoran, perbankkan, terlebih dalam dunia pendidikan.

Peranan internet menjadikan guru bukan lagi sebagai sumber informasi satu-satunya, tetapi beralih menjadi fasilitator, pelatih, dan mitra belajar bagi peserta didik. Selain itu teknologi Informatika sangat berperan sebagai media pembelajaran yang ampuh dan menyenangkan. Guru berpeluang untuk lebih berkreasi dan berinovasi dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.

Berbagai aplikasi media pembelajaran tersedia di dalamnya, watshap, zoom, google meet, kahoot, wabex, classroom dan masih banyak yang lainnya. Meskipun pada awalnya di lapangan masih banyak dijumpai guru yang gaptek (gagap teknologi). Namun seiring berjalannya waktu dengan “Bismillah Bim Salabim” dengan cepat dan tanggap guru menjadi sosok yang mahir dalam menggunakan berbagai aplikasi untuk media pembelajaran.

Apa yang tidak bisa disuguhkan dalam internet, hampir semua informasi ada di sana. Oleh karena itu literasi digital merupakan nutrisi yang sangat dibutuhkan dalam PJJ. Karena dengan literasi digital akan semakin memperluas cakrawala, serta memperoleh wawasan baru dalam ilmu pengetahuan. Bahkan hadirnya E-book melengkapi kebutuhan untuk mendapatkan semua informasi dengan mudah melalui literasi membaca.

Lalu apa sebenarnya Literasi Digital itu?. Literasi (Latin=Literatus) secara harfiah memiliki arti orang yang belajar (a learned person). Dalam pengertian sederhana, literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Sedangkan dan kata digital (Yunani=Digitus) memiliki arti jari -- jemari. Manusia memiliki sepuluh jari – jemari. Digital merupakan gambaran dari suatu kondisi bilangan yang terdiri dari angka 1 dan 0 atau Off dan On (sistem bilangan biner), yang disebut juga dengan istilah Bit (Binery Digit). Semua sistem komputer menggunakan sistem digital sebagai basis datanya.( Dyna:2019)

Istilah literasi digital (Digital Literacy) diperkenalkan dan digunakan pertama sekali oleh Paul Gilster dalam bukunya Digital Literacy (1997). Ia mendefinisikan literasi digital sebagai kemampuan menggunakan teknologi dan informasi dari piranti digital secara efektif dan efisien dalam berbagai konteks, seperti akademik, karir, bisnis sampai kehidupan sehari – hari.

Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan, Literasi digital adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengenalisis dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat komunikasi dengan orang lain agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat. Lebih mudahnya literasi digital merupakan nutrisi di era PJJ guna mencerdaskan kehidupan masyarakat untuk berinteraksi dalam dunia digital.

Dampak dari pandemi hampir seluruh guru di Indonesia menggunakan literasi digital sebagai media pembelajaran yang menyenangkan. Bagaimana tidak, dengan berbagai macam media yang ada, guru dengan leluasa menentukan media pembelajaran yang tepat untuk PJJ. Seiring berjalannya waktu PJJ makin asik dan menyenangkan, karena dengan memberikan asupan nutrisi dalam PJJ, dapat menumbuhkan inovasi - inovasi guru untuk menciptakan berbagai media pembelajaran yang menarik. Kemahiran dalam mengimplementasikan literasi digital dalam PJJ makin masif. Sehingga menumbuhkan rasa percaya diri untuk mengolah, memilih dan memilah informasi secara benar.

Mengingat derasnya arus penyebarluasan berita hoax, serta penyebaran paham radikal dan berbagai bentuk pembodohan lainnya di media sosial. Maka penggunaan literasi digital membutuhkan pengawasan dari orang tua dan guru, Agar siswa tidak tenggelam dalam informasi yang dapat menyesatkan. Karena pada dasarnya tujuan literasi digital mengajak masyarakat agar lebih cerdas dalam berinteraksi di dunia digital atau media sosial.

Litersi digital merupakan nutrisi dalam PJJ, agar tujuan pendidikan nasional tercapai yaitu bertujuan untuk mengembanglan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

Namun sehebat apapun digital tak akan mampu menandingi kehadiran guru ditengah-tengah siswanya. Dan guru tanpa teknologi akan tergantikan oleh masifnya perubahan zaman. Meskipun guru harus menguasai teknologi digital, namun ada satu yang hal yang tidak dapat tergantikan, yakni ikatan batin seorang guru dengan siswa.

Ikatan hati dan ketulusan dari sang gurulah yang akan mengantar siswa menjadi siswa yang cerdas dan berakhlak sesuai tujuan pendidikan nasional. Bentuk motivasi yang disampaikan dengan kasih sayang, akan mengena dan tertancap dalam ingatan seumur hidup pada diri siswa. Itulah kehebatan kehadiran sang pahlawan tanpa tanda jasa di tengah-tengah siswanya.

Tak jarang guru tidak bisa tidur atau resah, lantaran ada siswa bermasalah yang telah memenuhi pikiran. Entah siswa tersebut sering berbuat ulah ataupun siswa yang dalam katagori rendah daya tangkapnya. Bahkan guru resah saat hasil penilaian harian siswa banyak yang di bawah rata-rata. Jika jujur, maka guru akan menanyakan hal itu pada hati kecilnya yang terusik. Apa yang kurang sehingga hal itu terjadi?. Mungkin penanaman konsep dari materi tersebut belum final, metode pembelajaran kurang tepat, bahkan media yang digunakan belum mampu mengkafer materi yang berikan. Disinilah bedanya guru mengajar dengan hati.

Guru sejati mengajar dengan hati. Dengan hati guru akan lebih mawas diri, mengenali kekurangan dan menggali potensi yang tersembunyi. Guru bukan hanya sekedar menyampaikan materi. Untuk selanjutnya urusan siswa. Jika di Indonesia lahir guru yang semacam ini maka, profesi guru tak ubahnya lahan mendapatkan pundi-pundi rupiah semata. Gaji setiap bulan mengalir, ditambah lagi nominal sertifikasi yang menambah daftar orang terancam kaya dari dunia pendidikan. Namun sayang sekali masih banyak guru yang belum memenuhi tugas dan kewajibannya meskipun kesejahteraan sudah terpenuhi. Dalam surat Ar Rohman telah disampaikan:

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?’’ (Ar Rohman : 13)

Oleh karennya bersyukur merupakan vitamin hati yang harus dikonsumsi guru setiap saat. Agar tetap layak menyandang sebutan pahlawan tanpa tanda jasa meskipun pandemi melanda. “Layani siswa secara maksimal agar siswa mampu berkembang secara optimal”(Suhud:2020). Mengajar dengan kemampuan terbaik adalah tanggung jawab guru. Siapa pun siswa yang kita ajar, layani secara maksimal agar siswa dapat berkembang dengan optimal.

Salam Literasi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post