Siti Fatimah

Menjadi manusia yg lebih berati dg menulis ...

Selengkapnya
Navigasi Web

MEMBUMIKAN LITERASI DI MADRASAH

Untuk mengukur kualitas hasil pendidikan dari negara-negara di seluruh dunia, PISA melakukan tes kemampuan membaca, matematika, dan sains terhadap siswa berusia 15 tahun yang dipilih secara acak dari berbagai negara. Program ini diselenggarakan setiap tiga tahun sekali. PISA adalah sebuah sistem ujian yang dilakukan oleh Organization for Economics Cooperation and Development (OECD). Hasil studi Program for International Student Assessment (PISA) 2018 telah dirilis. Hasil studi ini menempatkan Indonesia di peringkat 72 dari 78 negara yang mengikuti tes kompetensi PISA. Berikut ini rincian hasil penilaian PISA terhadap siswa indonesia dengan 5 negara di atas dan dibawahnya.

Dari hasil studi PISA diatas, dapat dilihat bahwa kemampuan membaca siswa Indonesia adalah terendah dibanding kemampuan dalam bidang matematika dan sains. Skor PISA pada tabel diatas menunjukkan kemampuan membaca siswa Indonesia adalah 371 (tiga ratus tujuh puluh satu), tertinggal dari rata-rata negara lain yang mencapai 487. Nilai kemampuan Matematika sebesar 379, lebih rendah dari rata-rata negara lain yaitu 489. Sedangkan nilai sains adalah 396, lebih rendah rata-rata PISA sebesar 489. Merujuk hasil PISA siswa Indonesia sangat memprihatinkan dan sangat membutuhkan perhatian penuh. Khususnya pada kemampuan membaca.

Dalam permaslahan ini tentu yang paling disalahkan oleh publik adalah pemerintah. Karena dianggap tidak serius dalam menangani masalah pendidikan. Tak jarang pula orang menanyakan sejauh mana usaha pemerintah Indonesia dalam mengembangkan budaya membaca rakyat Indonesia. Dari permasalahan yang darurat ini pemerintah mengambil langkah cepat dalam membangun budaya membaca di Indosesia.

Haruskah kita menutup mata terkait hasil studi PISA 2018 yang mengalami penurunan dari tahun 2015. Mendikbud meminta semua pihak untuk menjadikan data ini sebagai acuan perbaikan kualitas Pendidikan. Beliau berpesan untuk tetap bersikap terbuka dan tidak bersembunyi di balik alasan. “Tidak perlu dikemas agar menjadi berita yang positif. Tidak perlu. Kita harus punya paradigma baru dimana semua pemimpin mulai dari kementerian sampai kepala sekolah, kalau ada sesuatu yang buruk, kita harus jujur dan langsung meng-address dan bergerak.” .(Mendikbud Nadiem Makarim, Kompas.com, 7 Desember 2019).

Untuk membangun budaya literasi di Indonesia, pemerintah menerbitkan delapan payung hukum yang terkait diantaranya:

1. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 4 ayat 5

2. Undang-undang nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 48 ayat 1

3. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan pasal 1 dan 36

4. Peraturan Pemerintah (PP) nomor 24 tahun 2014 tentang pelaksanaan UU nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 74

5. Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti bagian VI.

6. Standar Nasional Perpustakaan Nasional 2017

7. Panduan gerakan literasi nasional tahun 2017

8. SK Dirjen Pendis Kementerian Agama nomor 511 tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah.

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Budaya membaca, menulis dan berhitung disebut dengan literasi. Darurat minim membaca menjadikan pemerintah bertindak tegas ingin menyampaikan sebuah pesan bahwa membaca adalah tolak ukur kualitas Pendidikan sebuah negara, dan merupakan kawah candradimuka untuk peradaban umat manusia.

Sesuai Gerakan nasional gemar membaca yang diamanatkan PP nomor 24 tahun 2014 ini, bahkan diperkuat lagi dengan Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Untuk mengembangkan potensi peserta didik secara utuh, sekolah hendaknya memfasilitasi secara optimal agar siswa dapat menemukenali dan mengembangkan potensinya. Untuk mencapai tujuan ini sekolah wajib menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain buku mata pelajaran (setiap hari). Untuk menunjang program tersebut pemerintah menerbitkan petunjuk teknis tentang Gerakan Literasi Nasional (GLN) 2017. Setelah GLN, kemendikbud menerbitkan petunjuk teknis Gerakan Literasi Keluarga (GLK), Gerakan Literasi Sekolah (GLS), dan Gerakan Literasi Masyarakat (GLM). Ini menunjukkan bahwa pemerintah telah serius dalam membangun budaya literasi di Indonesia.

Gerakan literasi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, namun merupakan tanggung jawab semua pemangku kepentingan, Pelaku usaha, perguruan tinggi, organisasi sosial, penggiat literasi, orang tua, masyarakat dan madrasah/sekolah. Pengaruh tersebut yang akan merubah masyarakat minim membaca menjadikan membaca adalah sebuah kebutuhan. Guru merupakan penentu utama terbentuknya karakter siswa pada dunia pendidikan. Gerakan membumikan literasi di Madrasah/sekolah merupakan implementasi dari Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003.

Peran guru sangat diharapkan agar dapat mendukung program Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Hal ini sesuai dengan apa yang telah diterapkan oleh sahabat guru Bapak Purwanto, S.Kom, dari SMP Taruna Bakti di Kota Bandung. Kepiwaiannya dalam mengelaolah literasi di sekolahnya layak dapat penghargaan. Kiprahnya tidak diragukan lagi sejak tahun 2011 beliau sudah bergelut dengan literasi pada program Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Akhinya beliau diberi tanggung jawab sebagai ketua penggerak literasi dan hasilnya tahun 2019 sekolahnya mendapat Juara Literasi 1 se Kota Bandung, dan mendapatkan anugerah utama untuk bidang literasi. Tak hanya sampai disitu pemateri pada kegiatan belajar menulis online yang diprakarsai om Jay ini pada tahun 2019 mendapat Nominasi Guru Inspiratif Een Sukaesih Award 2019.

Sungguh sangat luar biasa dan memotivasi sahabat penulis tentang bagaimana membumikan literasi di Madrasah/ sekolah. Dengan sabar dan telaten beliau mendatangi setiap kelas untuk mencatat siapa saja siswa yang telah mambaca pagi itu. Hal ini tentu tidaklah muda. Kejujuran sangat ditanamkan. Untuk memotivasi siswa dalam kegiatan 15 menit membaca dalam setiap tahun sekolahnya memberikan reward bagi 3 siswa yang paling sering membaca. Ini salah satu jurus ampuh yang diterapkan oleh sekolah beliau hingga pembiasaan membaca 15 menit sebelum pembelajaran berjalan sesuai target.

Bagaimana dengan kita para pendidik yang setiap hari bergelut dengan siswa?

Sudahkah ini diterapkan di madrasah/sekolah Anda?

Dari uraian tersebut diatas penulis dapat simpulkan. Peran guru untuk membumikan literasi di madrasah/ sekolah sangatlah mutlak. Bukan hanya tanggung jawab para wali kelas saja. Guru adalah lentera yang meneragi gulita. Kalimat ini mampu memantik guru untuk segera menyadari betapa sangat berartinya program membumikan literasi di Madrasah/ sekolah. Banyak hal yang dapat kita perbuat bersama fihak madrasah/sekolah. Salah satunya adalah membumikan literasi di madrasah/sekolah kita tercinta.

Adapun langkah yang pertama kita lakukan adalah membuat jadwal kegiatan membaca. Meskipun saat ini digital telah mampu mengkafer dengan E-booknya. Namun akan berbeda rasanya jika di sudut kelas telah kita siapkan buku bacaan yang non pelajaran. Jika siswa hanya disuguhkan buku pelajaran saja, maka kurangnya minat membaca akan menggerogoti pikiran siswa. Kita bisa bekerja sama dengan perpustakaan dalam mengisi dan memperbarui sudut baca dengan buku-buku yang selalu tidak sama di setiap minggunya.

Untuk mempermudah dan menghindari bertabrakan dengan program madrasah dalam literasi, maka bisa di buatkan jadwal yang terintegrasi dengan program madrasah yang lain. Misalnya sebagai berikut.

1. Hari senin membaca Surat Ar Rohman ( Kegiatan keagamaan)

2. Hari Selasa membaca buku bebas di sudut baca yang tersedia

3. Hari Rabu membaca buku bebas di sudut baca yang tersedia

4. Hari Kamis membaca surat yasin ( Kegiatan keagamaan)

5. Hari Jum’at kegiatan Mari menulis. ( terserah siswa akan menulis puisi, cerpen atau hanya sekedar curhatan)

6. Hari Sabtu membaca buku bebas di sudut baca yang tersedia atau kegiatan keagamaan

Jadwal tersebut hanyalah sebatas contoh pelaksanaan membumikan literasi di madrasah/sekolah. Yang lebih tahu kondisi madrasah/sekolah dan siswa adalah guru masing-masing. Dengan kegiatan membumikan literasi di madrasah/sekolah diharapkan mampu mendobrak hasil PISA pada tahun 2022. Dengan merangkaknya grafik naik nilai PISA siswa Indonesia, akan mengangkat martabat Indonesia di mata dunia melalui keberhasilan Pendidikan.

Mari terapkan kegiatan membumikan literasi di madrasah/sekolah kita. Yakin jika tugas dijalankan dengan kerja keras dan kerja ikhlas maka usaha tidak akan mendustai hasil.

Dan selamat mencoba para guru Indonesia yang hebat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

klik https://wijayakusumahmpd.gurusiana.id/, mampir yuk!

14 Jan
Balas

Ok

14 Jan

Mantul bunda, semoga literasi disekolah bunda,smkin mantap

15 Jan
Balas

Insyaalloh bunda, makasi

24 Jan

Mantabs ulasannya...

14 Jan
Balas

Makasi say

14 Jan



search

New Post