Siti Fatimah

Menjadi manusia yg lebih berati dg menulis ...

Selengkapnya
Navigasi Web

PELAYANAN EKSTRA ERA PANDEMI

Mindset perlahan pudar seiring berjalannya waktu terhadap kinerja guru yang dipertanyakan oleh orang tua. Guru duduk santai dirumah dan tetap digaji. Sementara disisi lain banyak suadara kita yang terpaksa harus kehilangan pekerjaannya lantaran pandemi melanda. Orang tua dalam waktu singkat disulap menjadi sosok guru bagi anaknya dirumah. Tuntutan yang kian menghimpit berdampak pada menyebarnya racun ke dalam hati manusia. Sehingga guru dipandang profesi yang paling aman. Tanpa harus susah datang ke sekolah/madrasah tetap mendapatkan gaji.

Selama hamper 8 bulan lamanya guru harus ekstra melayani siswanya agar tetap mendapatkan pendidikan. Meskipun wabah covid-19 melanda, guru berjuang untuk mencari trobosan-trobosan dalam rangka melayani siswanya secara optimal. Tak jarang guru harus datang kerumah siswanya secara bergantian, membentuk kelas kecil di ujung desa yang minus jaringan internet, serta mencari inovasi-inovasi baru agar siswa tetap dapat belajar.

Jika guru mengajar dengan hati, maka tiada yang tidak mungkin dilakukan untuk siswanya. Ikatan hati telah memanggilnya untuk senantiasa memenuhi kewajibannya mengantarkan siswanya menuju pintu kesuksesan. Rasa cinta akan profesi, rasa rindu kehadiran siswa, rasa cemas akan perkembangan siswa, serta rasa resah memikirkan pendidikan siswa Indonesia selama pandemi telah mengusik hati guru.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang berhasil dalam pendidikannya. Yang akan mencetak generasi Indosesia yang cerdas, aktif, kreatif, berbudaya, berkarakter dan berakhlakul karimah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Selama pandemi orang tua dipaksa menjadi guru dirumah. Harus menemani belajar saat menggunakan internet, membantu menyelesaikan tugas anak, bahkan tak jarang malah orang tua yang mengerjakan tugas sementara sang anak asik dengan gamenya. Kenyataan inilah yang membuat pilu para orang tua dan guru. Jika seperti ini dalam waktu yang panjang, bagaimana nasib pendidikan anak, mereka sangat jarang belajar. Ditambah lagi orang tua terkadang harus mengirim pekerjaan anak kerumah guru setiap hari. Sungguh pemandangan yang sangat mengganggu hati guru dan orang tua.

Kejadian - demi kejadian memilukan telah mewarnai dunia pendidikan selama pandemi. Ditambah lagi saat pandemi sang anak harus membantu bekerja orang tuanya yang baru saja kehilangan pekerjaan. Tak dapat kita menutup mata, kebutuhan no wakhid saat pandemi adalah terpenuhinya urusan perut setiap hari. Belum lagi dikeluarga tersebut hanya memiliki satu handphone, dan harus dibawah orang tuanya bekerja. Sehingga anak tak dapat mengikuti pembelajaran hingga petang menjelang.

Jika sudah demikian peran pelayanan ekstra seorang gurulah yang bisa membantu siswa yang miliki kasus demikian. Dengan PJJ ( Pembelajaran Jarak jauh) bukan serta merta guru hanya duduk manis mengajar dirumah di depan laptop. Setelah mengajar maka gugurlah kewajibannya. Guru bukanlah mesin cetak. Guru memiliki cinta terhadap siswa dan profesinya. Maka dengan ketulusan hati, guru akan tetap melayaninya sesuai kondisi siswa.

Selama pandemi guru memberikan banyak kemudahan dalam pembelajaran. Pelayanan untuk siswa yang biasanya dari pukul 07.00 – 14.00, telah berubah menjadi 24 jam. Bagi guru yang terpenting siswa mendapatkan haknya untuk mendapatkan pendidikan yang layak dengan atau tidak adanya pandemi. Guru harus merubah waktu belajar sesuai dengan kemampuan dan kesiapan siswa. Hal ini orang tua tidak memahimnya, sehingga racun telah merusak hati, dengan memberikan label guru duduk manis dirumah dan enak mendapatkan gaji.

Ditingkat Aliyah/SMA banyak siswa yang harus dilayani oleh gurunya dengan limit tak hingga. Sebab permasalahan pada usia remaja sangat kompleks. Profesi yang dengan dadakan sanggup ia sandang. Serbagai seorang pelajar sekaligus sebagai tulang punggung keluarga. Hal ini yang membuat sedih para guru, bukan karena ia bekerja dan tidak mengikuti pembelajaran. Namun rasa takut akan masa depan mereka yang harus putus sekolah. Mereka mau tidak mau harus menyandang profesi barunya sebagai tulang punggung keluarga lantaran orang tua meninggal terkena virus yang telah melanda Indonesia dalam kurun waktu yang cukup lama.

Siswa menghilang tanpa jejak, tidak pernah mengikuti pembelajaran lagi. Tanpa kabar apa yang menjadi penyebab siswanyanya yang tidak dapat ia temui mekipun hanya sekedar mendengar suaranya. Jika sudah demikian tidak hanya orang tua yang hatinya teriris, namun guru merupakan orang tua kedua dari siswa. Guru juga kan merasa sedih dengan kejadian yang menimpah siswanya.

Sesak rasanya jika kita mau melihat kebawah, Dimana banyak siswa kita yang menjerit terhimpit kenyataan pahit yang menimpanya. Yang mengharuskan ia mengatasi masalah yang ada di keluarganya. Hanya cinta guru dan pelayanan ekstra yang dapat membantu siswa gara dapat mendapatkan pendidikan yang layak seperti teman-temannya.

Meski dilapangan banyak kita jumpai beberapa guru yang tidak perduli dengan kondisi siswa dan tidak mau mencari informasi mengapa , kenapa dan dimana. Guru hanya menuntut saat daring siswa harus lengkap kehadirannya. Tanpa ijin pada guru dianggap tidak patuh pada perintah guru. Miris hati jika melihat kejadian ini. Meskipun tidak banyak guru yang bertindak demikian, namun itu cermin untuk kita, haruskah siswa kita pandang sama jika dilihat dari kacamata ekonomi. Tentu semua siswa kan memiliki keinginan yang sama. Yakni bisa belajar layak menggunakan handphone dan fasilitas kuota internet yang memadai seperti temannya yanga lain.

Rasa cinta yang tuluslah yang akan membantu siswa. Pelayanan ekstra wajib diberikan pada mereka, agar mereka dapat mendapatkan pendidikan yang layak meski pandemi melanda. Guru tanpa tanda jasa akan berjuang dengan ketulusan mengantar siswanya pada pintu kesuksesan. Menjadi manusia yang cerdas dan berhati nurani. Label yang guru sandang menjadi guru bak pelita penerang dalam gulita bukanlah isapan jempol belaka.

Meskipun pandemi melanda guru akan tetap memberikan cahaya untuk menerangi setiap langka siswanya dalam mendapatkan pedidikan secara optimal. Melayani dengan ektra diera pandemi pada siswa merupakan wujud cinta guru terhadap siswa dan profesinya, karena guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang luar biasa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kami tetap work from office walaupun suswa belajar dari rumah. Terimakasih telah berkunjung ke sriyonospd.gurusiana.id untuk saling SKSS

25 Nov
Balas

Makasih

25 Nov

Mantap bun menginspirasi sekali, terima kasih sdh berbagi.

24 Nov
Balas

Makasih . Sukses juga untuk Bu nur

25 Nov

Aamiin. Makasih bunda, sukses sll untuk bu Sri

25 Nov
Balas

Ulasan yang sangat bermanfaat bunda .. sukses selalu

24 Nov
Balas

Aamiin. .Makasi Bu Bu Sri, Sukses all buat Bu Sri

25 Nov



search

New Post