Anamonic Aku dan Dia

Sore itu aku berjalan menyusuri Jalan Jenderal Sudirman. Langkah kakiku terhenti ketika melihat kecelakaan yang terjadi di depan KUD. Ada dua pengendara yang saling beradu, gara -gara membelok tidak sesuai dengan lampu sein. Karena ingin tahu, aku melangkah mendekat ke lokasi kejadian. Kulihat salah satu kaki pengendara terluka seperti tertusuk kudi. Darahnya mengucur deras hingga membasahi seluruh kain yang menutupi kakinya. Dengan sedikit nyali kucoba membantu membalut lukanya dengan sapu tangan merah ku.

"Aa, mau ke mana?" tanyaku padanya.

"Saya mau ke KUA, Dik. Terima kasih sudah sudi menolong saya. Perkenalkan nama saya Adi. " jawabnya sambil mencoba bangkit dan melangkah ke arah motornya yang tergeletak tidak jauh darinya. Dia meneguk akua yang tersimpan di dalam tas punggungnya. Wajahnya mrnjadi tampak lebih segar. Dengan senyum manis di bibirnya, dia berpamitan untuk melanjutkan perjalanannya.

Sejenak aku termrnung. Tergiang kata KUA yang barusan diucapkannya. Kulihat cincin emas yang melingkar di jari manisku. Ingin rasanya ku lepas dan kumasukkan dalam kui bila mengingat dia. Kekasihku yang lama menghilang tak berkabar. Dia bekerja di AD dan ditugaskan di Timika. Aku ai padanys, tetapi dia tak kunjung tiba. Janji ke KUA hanya tinggal cerita.

A-di: nama seseorang yang berarti baik

Aa: Abang

AD: angkatan darat

Ai: sangat rindu

KUD: koperasi unit desa

Kudi: Senjata tajam seperti kujang

KUA: kantor urusan agama

Kui: kuali kecil untuk melebur emas

Akua: akuadestilata

#edisi latihan menulis anamonic

Cikfat. 18 Februari 2019