Jejak Pioneer (Bagian 1)
Good morning students. How are today? Anyone absent today? Begitu biasanya aku mengawali pembelajaran di kelasku. Kelas yang kecil tapi terkesan sangat mewah. Ukurannya hanya 7x9 m, dihuni oleh 24 siswa yang natabennya secara akademis di atas rata-rata. Di dalamnya dilengkapi dua AC sehingga udaranya sejuk dan sangat nyaman untuk belajar. Tidak hanya itu, di kelas itu juga dilengkapi dengan LCD dan computer. Kalau dibayangkan, wah enak sekali mengajar murid yang cerdas-cerdas dengan fasilitas yang serba ada. Itu hanya bayangan saja. Faktanya aku sangat tertekan. Terasa sangat berat ketika mau mengajar. Paling tidak semalaman aku harus belajar mengenali dan memahami kota kata yang ada dalam konsep yang akan aku sampaikan, dan kosa kata untuk percakapan dalam bahasa inggris. Lebih parah lagi ketika baru pertama kali mencoba jadi guru IPA yang harus mengajarkan dengan bahasa inggris. Aku yang bahasa inggrisnya pas-pasan, harus mengajar IPA dengan berbahasa inggris. Coba bayangkan kosa kataku terbatas, mengajari anak yang inggrisnya juga terbatas. Karena kami sama-sama terbatas bahasa inggris, akhirnya kami belajar secara perlahan bersama-sama. Bilingual. Menggunakan dua bahasa, Inggris dan Indonesia. Bahkan kadang-kadang trilingual berbahasa, inggris, Indonesia dan jawa. Pertama kali mengajar diawali pembukaan pembelajaran dengan berbahasa inggris dengan logat yang medok dengan aksen bahasa jawa, setelah itu penyampaikan konsep dengan bahasa Indonesia. Seiring dengan bertambahnya waktu kosa kataku semakin bertambah, jadi mengajar dengan berbahasa inggris tidak hanya saat pembukaan saja tetapi sudah ada peningkatan sedikit pada konsep materinya, walaupun mengajarkannya harus diulangi dengan bahasa Indonesia.
Ini adalah pengalaman awalku sebagai guru di sekolah ternama. Ketika itu aku menjelaskan tentang besaran. “ quantities divided into two kinds, basic quantities and derived quantities” Kemudian aku mengajukan pertanyaan “ what is the defferences between two kinds of quantities? Aku tunggu respon dari murid-muridku. Mungkin ada yang tunjuk jari untuk menjawab. Tapi tak satu pun dari mereka yang mau menjawab. Sunyi…senyap…bagai tak berpenghuni. Aku pun berusaha memecahkan suasana sunyi dengan memberikan penawaran ulang bagi yang mau menjawab. “ who want to answer, please rise your hand” oke anak-anak saya ulangi pertanyaannya “Apakah perbedaan antara besaran pokok dan besaran turunan? Akhirnya aku mengulangi pertanyaan dengan bahasa Indonesia. Tapi mereka masih terdiam, sepi, takut mengacungkan jarinya. “Kalian boleh menjawab dengan bahasa Indonesia”. Kataku. Spontan saja…banyak dari mereka yang berebut untuk menjawab. Begitulah suasana awal kelasku di sekolah yang dikenal dengan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar