Siti Fatimah

Alumnus PPS UNNES bekerja di SMP 2 Kudus sejak tahun 1995 Mata Pelajaran IPA...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kesabaran Tak Berbatas (Bagian 2)

Wina terus tancap gas dan melaju kencang. Hasratnya untuk cepat sampai di kampus membuatnya memacu motornya melaju dengan kecepatan tinggi. Tatapan matanya terus fokus ke depan. Hanya sesekali saja ia melirik spion untuk memastikan kondisi jalanan di belakang aman. Aman untuk mendahului kendaraan yang ada di depannya.

"Wina.....jangan ngebut." Kata Wina pada dirinya.

" Terpaksa ini kulakukan. Sekali ini saja. Maaf ya." Jawab Wina sendiri.

Dari kejauhan Wina melihat mendung hitam menggantung di angkasa. Langit menjadi gelap dan suram. Dalam hati Wina berkata " Wah, bentar lagi pasti hujan. Memang baru naas hari ini. Sudah kesiangan, ditambah kena hujan. Dijamin terlambat nih sampai kampus. Tapi memang sudah nasib mau bilang apa. Diterima dengan ikhlas. Toh aku sudah berusaha, tapi takdir berkata lain "

Prediksi Wina memang benar. Butiran air hujan satu demi satu menerpa tangannya yang berwarna sawo matang. Tangan yang setiap hari terpapar panasnya mentari. Tapi Wina masih tak mempedulikanya. Ia tetap berkonsentrasi penuh berkendara, melaju, dan melesat kencang seperti angin. Butiran air yang jatuh dari langit semakin deras, helm Wina pun terlihat kusam karena terpaan air hujan. Wina perlahan menginjak rem dengan kaki kanannya dan mengarahkan motor ke bawah pohon trembesi. Ia mengucap syukur "Alhamdulillah.... beruntung di sepanjang jalan ditanami pohon trembesi. Coba kalau tidak, bajuku pasti sudah basah semua. Terima kasih Ya Allah. Semoga Engkau selalu melimpahkan nikmat-Mu. Semoga Engkau memberi keselamatan dalam perjalanan ini.

Wina bergegas membuka jok motor dan mengambil jas hujan. Tas ransel yang menempel di punggung segera dilepaskan. Dengan cekatan Ia memakai jas hujan. Tas yang semula digendong diletakkan di atas bilah besi sepong jok. Jas hujan yang dipakai dibentangkan hingga menutupi tas. Ia menstater motornya, dan perlahan menarik gas .Ia melaju dengan hati-hati, karena jalanan menjadi licin terguyur air hujan.

Hujan semakin deras, pandangan mata ke depan pun jadi terbatas. Berkali-kali Wina mengusap kaca pada helmnya yang sangat kusam karena embun. Tubuhnya pun mulai menggigil kedinginan. Telapak tangannya berkerut, dan terlihat sangat pucat. Walaupun begitu Wina tetap melaju. Perlahan tapi pasti Wina teris melaju, sampai akhirnya dia memasuki kota. Sesampainya di kota hujan sudah mulai reda. Akan tetapi Wina tetap mengenakan jas hujannya yang masih basah kuyup.

"Ups....lampu merah.' katanya dalam hati. Serta Merta ia menarik double rem, dan berhenti di belakang Marka. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri. Dilihatnya banyak kendaraan yang mengantre di bangjo.

"Lama banget sih lampu merahnya." Gumamnya. Wina terlihat tidak sabar menunggu lampu berganti warna hijau. Ia ingin segera melaju sekencang- kencangnya untuk segera sampai di kampus. "Sudah jam 07.00 nih. Ayo cepat ganti warna hijau." Gumamnya lagi. Hampir dua menit ia menungg, akhirnya lampu hijau pun menyala. Wina langsung menarik gas ditangan kanannya dan melaju kencang. Tiba-tiba dari arah depan seorang polisi menghentikan lajunya. Ia diarahkan untuk menepi

"Permisi Ibu. Boleh lihat SIM dan STNK--nya?" tanya Pak Polisi.

"Ya.....Pak. Sebentar saya ambil dulu. Wina kemudian melepaskan jas hujan yang menutupi titubuhnya dan bergegas turun dari motor. Diambilnya tas yang terletak di bagian depan jok.

"Mana Bu SIM-nya" tanya Pak Polisi lagi.

" Bentar Pak. Nih baru saya ambil." Jawab Wina tenang .

Wina pun mengambil SIM dan STNK-nya dari dalam dompet.

"Ini Pak, SIM dan STNK-nya." Kata Wina sambil menyodorkan SIM dan STNK pada Pak Polisi.

Pak Polisi segera memeriksa SIM dan STNK. Kepalanya mengangguk-angguk, dan selang beberapa menit ia mengembalikannya.

"Maaf Ibu, surat Ibu Sudah lengkap, tapi Ibu tetap kami tilang.

Wina pun melongo mendengar pernyataan Pak Polisi.

"Lha ...kesalahan saya apa Pak? Saya Khan tidak melanggar lalu lintas .

" Maaf, lampu depan Ibu tidak menyala." Jawab Pak Polisi.

"Masak sih...tadi pas saya berangkat sudah saya nyalakan Pak. Masak sekarang mati." Kata Wina.

"Coba Ibu cek sendiri, benar apa tidaknya." Jawab Pak Polisi.

" Terus gimana Pak?" Tanya Wina dengan hati galau.

"Ya Ibu saya beri surat tilang, STNKnya saya bawa. Nanti Ibu ambil STNKnya pada saat sidang." Jawab Pak Polisi.

"Sidang Pak?" Tanya Wina dengan mata agak terbelalak.

"Iya Bu. Kira-kira waktunya dua Minggu lagi.

"Saya tidak bisa Pak. Rumah saya jauh. Lagian ini saya juga mau kuliah. Masuknya jam 07.00 Pak. Sekarang sudah jam 07.15. Sudah terlambat Pak. Tidak bisakah diambil sekarang? Tanya Wina panjang lebar.

"Bisa Bu. Mari ke pos jaga Bu." Jawab Pak Polisi.

Wina pun berjalan menuju ke pos jaga. Didalamnya banyak Polisi yang sedang bertugas.

"Wina pun masuk, dan menemui polisi yang bertugas menerima uang pelanggaran

" Pelanggarannya apa Bu?" Tanya Polisi itu.

"Lampu tidak dinyalakan Pak." Jawab Wina.

Pak Polisi kemudian mengambil buku besar yang berisi tentang jumlah denda yang harus dibayar .

"Nih. Lihat Bu. Dendanya seratus ribu." Jawab Pak Polisi.

"Haahh....100 rb? Mahal amat Pak. Gak bisa kurang Pak. Please....Saya ini rumahnya jauh Pak, dan ini juga mau kuliah. Bisa kurang ya Pak

"Maaf Ibu, tidak bisa. Ibu bisa bayar ke saya atau langsung ke rekening ini. Bayarnya sama Bu. Silakan pilih Ibu." Kata polisi

"Bayar nitip bapak sajalah. Lagian ini saya tergesa-gesa." Kata Wina sambil memberikan uang seratus ribu kepada Pak Polisi.

"Oke, saya terima. Ibu bisa.melanjutkan perjalanan. Dalam hati Wina berkata "mimpi apa aku semalam? Sudah kehujanan, ketilang, telat lagi."

Wina pun segera mengambil motor dan memacu dengan kecepatan tinggi. Dia melihat jam di gawainya menunjukkan pukul 07.30.

"Sudah telat setengah jam nih. Pak ulung pasti marah-marah. Harus siap mental dan alasan yang masuk akal." Katanya dalam hati.

Sesampainya di kampus Wina mencari ruangan tempat kuliahnya. Diruang D201 .Ber Berakuliah di gedung D lantai 2 nomor 1. Wina berlari-lari kecil disepanjang teras kampus, hingga ia sampai di depan ruangan.

Dengan tangan gemetar, ia mengetuk pintu. Secara perlahan ia mendorong daun pintu. Sedikit demi sedikit pintu terbuka, kemudian ia menengok ke dalam ruangan.

"Kok masih sepi?" Ke mana teman-teman?" Gumamnya.

Wina kembali menutup pintu. Ia menoleh ke kanan dan kiri. Suasana kampus masih sepi. Mungkin karena hujan, jadi jalanan macet dan akhirnya terlambat.

Tiba-tiba dari ruang D203 muncul teman karibku. "Mbak Wina, sini. Sudah tak kapling ke bangku. Duduk di sebelahku ya Mbak."kata temanku sambil menarik lenganku ke arahnya.

"Iya...tenang saja. Aku pasti duduk di sebelahku." Jawab Wina sambil tersenyum di kulum.

"Pak Ulung belum datang?" Biasanya pagi sekali sudah sampai kampus.?" Tanyaku.

Kata komting hari ini Pak Ulung tidak bisa hadir, karena baru melakukan riset.

"Alhamdulillah....ternyata dibailk kesulitan yang kualami, ada kemudahan yang diberikan oleh Allah. Pleh karena kita harus selalu bersabar dalam menghadapi apapun yang diberikan Allah. Sabar itu tanpa batas." Kata Wina sambil mengusapkan telapak tangan di wajahnya.

"Ayo sarapan dulu, mumpung jamkos "

Bersambung....

Cikfat 11.11.2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow..super ceritanya..lanjuut..

12 Nov
Balas



search

New Post