Siti Fatimah

Alumnus PPS UNNES bekerja di SMP 2 Kudus sejak tahun 1995 Mata Pelajaran IPA...

Selengkapnya
Navigasi Web

Lani si Bidadari Kecil (Bagian 2)

Lani si Bidadari Kecil (Bagian 2)

Pak Hasan terus berjalan menyusuri jalanan kampung yang berbatu. Dia merasa sangat sedih karena kakaknya tidak dapat memberinya pinjaman. Kakinya yang beralaskan sandal jepit terus melangkah menuju rumahnya yang terletak di sudut desa. Rumah yang sangat sederhana, dindingnya terbuat dari anyaman bambu, dengan lantai tanah tanpa berbalut keramik, dan didalamnya ada dua bilik yang tersekat dengan dinding anyaman bambu. “Akhirnya sampai rumah juga” gumam pak Hasan sambil membuka pintu yang juga terbuat dari anyaman bambu warna putih.

“Assalamu’alaikum…” ucapnya sembari mendorong pintu. Suara derik pintu pun mengiringi suara salam pak Hasan. Dari dalam rumah terdengar suara nyaring anak kecil yang menjawab salam pak Hasan dan suara langkah kaki kecil yang mendekati pintu.

“Walaikumus salam….Eh Bapak….” Jawab lani sambil mengulurkan tangannya. Dia cium tangan Bapaknya yang masih belepotan dengan tanah lumpur.

“Lani…. Di mana Ibumu?” Tanya Bapak sambil mengangkat tubuh Lani yang mungil.

“Ibu masak di dapur Pak. Tadi Lani juga membantu ibu masak.” Jawab Lani sambil bergelantungan di gendongan Bapaknya.

“Anak pintar….Emang kamu bantu masak apa?” Tanya Bapaknya sambil mencubit hidung Lani yang mancung.

“Lani bantu Ibu menggoreng tempe dan membuat sambal Pak. Lani kasihan sama Ibu. Mata Ibu kan gak bisa melihat, jadi ibu yang meracik-racik, Lani yang goreng - goreng dan ngulek sambalnya.” Jelas Lani panjang lebar.

“Anak Bapak memang hebat.” Puji pak Hasan pada anaknya sambil mengacungkan jempol.

“Kamu turun dulu ya….Bapak mau ketemu Ibu dulu.” Kata pak Hasan sambil menurunkan Lani dari gendongannya.

Dari dapur terdengar langkah kaki dan tongkat yang bersautan bergerak menuju ke arah pintu. Sesosok wanita separuh baya keluar dari pintu dapur. Wajahnya yang cantik dibalut dengan kerudung putih yang warnanya kusam. Dia berjalan terseok-seok mendekati pak Hasan. Dia adalah istri pak Hasan, namanya Mira. “Bagaimana Pak? Berhasil apa tidak?” Tanya Mira pada pak Hasan.

“Belum Bu. Mungkin belum rizki kita. Tapi Bapak akan terus berusaha mencari uang agar Lani bisa sekolah, Bu.” Jawab pak Hasan dengan wajah kecewa.

“Besok Bapak akan coba ikut kerja di sawahnya pak Lurah, Bu. Siapa tahu masih memerlukan tenaga untuk menggarap sawahnya yang akan ditanami padi. Bapak bisa mencangkul atau “ndaut” bibit padi yang mau di tanam. Doakan Bapak ya Bu, semoga diperbolehkan bantu-bantu nggarap sawah pak Lurah. Kan lumayan, uangnya nanti bisa ditabung untuk membeli keperluan sekolah Lani.” Ujar pak Hasan pada istrinya sambil menikmati tempe hangat yang baru diangkat dari penggorengan oleh Lani.

“Iya Pak….Semoga saja pak Lurah masih mau menerima Bapak untuk kerja di sawahnya. Maafkan Ibu ya Pak…karena aku gak bisa membantumu mencari uang. Seandainya mataku ini bisa melihat lagi, aku pasti membantumu”kata Mira pada pak Hasan.

“Bapak yang harusnya minta maaf pada Ibu, karena Bapak gak punya uang katarak di mata Ibu gak bisa dioperasi. Ya sudahlah Bu, mungkin ini ujian dari Allah yang harus kita jalani. Kita harus kuat dab bersabar Bu” Jawab pak HasanTerdengar adzan magrib sayup-sayup dari surau yang terletak tidak jauh dari rumahnya.

“Ayo pak… kita sholat dulu. Bapak yang jadi imamnya.” Ajak Mira pada suaminya.

“Lani….ambil air wudlu. Ayo sholat berjamaah bareng Bapak.” Panggil Mira mengajak Lani sholat Magrib berjamaah.

“Ya, Bu.” Jawab Lani sambil lari ke belakang rumah untuk mengambil air wudlu.

Mereka kemudian sholat berjamaah dengan khusyuk di ruang depan, yang sekaligus sebagai ruang tamunya.

Apakah pak Hasan diterima kerja di tempat pak Lurah?

Tunggu lanjutannya…….

Cikfat. 07.09.2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semakin cetar ceritanya bu, lanjutkan

07 Sep
Balas

In shaa Allah......semoga bermanfaat

07 Sep

Kita tunggu kisah selanjutnya. Semoga Allah selalu beri kemudahan untuk orang-orang yang bertaqwa pada-Nya. Namun kita tidak tahu kapan Allah akan memberikannya, cepat atau lambat. Semoga pak Hasan dan keluarga tetap dalam keadaan sabar dan tawakkal di jalan-Nya. Aamiin ya robbal alaamiin. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah...cikfat.

07 Sep
Balas

Iya Bun. Tapi pak Hasan hanya ilusi yang mungkin benar- benar ada di alam nyata. Semoga sehat dan sukses selalu untuk Bunda Raihana

07 Sep

Selalu menunggu kisah selanjutnya Bu.....Barakallah...

07 Sep
Balas

Ok. Ibu yang cantik. Barakallah

07 Sep



search

New Post